Ketika Sekolah Tidak dapat Diandalkan, Rumah Menjadi Pusat Pendidikan Utama

Ilustrasi gambar orang tua sebagai rumah pendidikan utama bagi anak (Pinterest.com – almuhtada. org)

almuhtada.org – Era modern ini, banyak orang tua tanpa sadar melakukan kesalahan besar dalam memaknai pendidikan anak. Kesalahan itu bukan terletak pada kurangnya perhatian, melainkan pada salah kaprah dalam membagi tanggung jawab. Tidak sedikit orang tua yang beranggapan bahwa guru adalah pendidik utama, sementara mereka hanya bertugas menyediakan fasilitas dan biaya. Dengan menyekolahkan anak, mereka merasa telah “membeli” pendidikan, seolah-olah tugas mendidik sudah berpindah sepenuhnya ke tangan sekolah. Padahal, ada bagian penting dari pendidikan yang tidak pernah bisa digantikan oleh guru ataupun sekolah.

Sekolah memang memiliki peran penting dalam mengajarkan ilmu pengetahuan, melatih keterampilan, dan membuka wawasan anak. Di ruang kelas, anak-anak bisa belajar matematika, bahasa, ilmu alam, sejarah, hingga teknologi. Namun, pembentukan karakter, penanaman nilai moral, serta penjagaan iman tetap menjadi tanggung jawab orang tua. Sekolah mengajarkan tentang knowing pengetahuan yang dipahami dengan akal. Akan tetapi, yang lebih dalam dari itu adalah being bagaimana anak menjadi pribadi yang berakhlak dan beriman. Proses being inilah yang terutama terbentuk dari lingkungan keluarga.

Rasulullah SAW dengan tegas mengingatkan umatnya tentang tanggung jawab kepemimpinan dalam keluarga. Dalam sebuah hadis disebutkan: “Sesungguhnya setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya tentang amanahnya. Sampai seorang laki-laki akan ditanya tentang keluarganya, apakah ia menjaga atau menyia-nyiakannya.” (H.R. Ibnu Hibban, dishahihkan Al-Albani). Hadis ini menjadi landasan bahwa orang tua tidak bisa melepaskan tanggung jawab mendidik kepada siapa pun. Guru boleh membantu, sekolah bisa menjadi mitra, tetapi pusat pendidikan tetaplah berada di tangan orang tua.

Baca Juga:  Politik Tidak Penting! Pelajar Harus Tahu Inilah Alasannya Mengapa Muslim Harus Melek Politik!

Lebih dari sekadar biaya sekolah dan fasilitas belajar, anak-anak sangat membutuhkan pelukan yang menguatkan, doa yang tidak pernah terputus, serta teladan nyata yang bisa mereka lihat setiap hari jauh lebih berharga daripada sekadar nasihat lisan. Teladan menjadi faktor paling penting, sebab anak-anak belajar dengan meniru. Mereka tidak hanya mendengar apa yang diajarkan, tetapi lebih sering menyalin apa yang mereka saksikan. Jika orang tua mencontohkan kejujuran, anak pun akan tumbuh jujur. Jika orang tua menanamkan kesungguhan dalam ibadah, anak juga akan terbiasa mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Sayangnya, banyak orang tua modern yang terjebak dalam rutinitas pekerjaan. Kesibukan mencari nafkah membuat sebagian dari mereka abai terhadap kebutuhan batin anak. Anak merasa dicukupi secara materi, tetapi kosong secara emosional. Akibatnya, mereka mencari perhatian di luar rumah, yang kadang justru mengarah ke pergaulan yang salah. Hal ini menjadi pengingat bahwa pendidikan yang sesungguhnya bukan hanya soal memenuhi kebutuhan lahiriah, melainkan juga menumbuhkan dan menjaga kebutuhan batiniah.

Jika orang tua kembali mengambil peran sebagai pendidik utama, maka anak-anak akan tumbuh secara lebih utuh. Mereka tidak hanya cerdas pikirannya, tetapi juga terang hatinya. Mereka tidak sekadar pandai menguasai teknologi, tetapi juga bijak dalam menggunakannya.

Maka, jangan sekali-kali menyerahkan tanggung jawab itu sepenuhnya kepada sekolah. Sekolah hanyalah mitra yang mendampingi. Rumah tetap menjadi sekolah pertama, dan orang tua adalah guru utama. Dari rumah yang hangat dan penuh keteladanan inilah, lahir generasi yang tidak hanya siap menghadapi tantangan dunia, tetapi juga siap menjaga iman hingga akhir hayatnya. [] Aisyatul Latifah

Baca Juga:  Mengenal Golden Age Untuk Meimbang Pendidikan Anak Berdasarkan Al-Qur’an

Related Posts

Latest Post