Kisah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Terkejam Sepanjang Sejarah

Ilustrasi Gambar Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Freepik.com - Almuhtada.org)

Almuhtada.org– Akhir-akhir ini media sosial sering digemparkan dengan kasus kekerasan dalam rumah tanggga atau yang kerap dikenal dengan KDRT.Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bukanlah sebuah isua baru. Dalam sejarah umat manusia, sudah banyak kisah pilu yang merekam penderitaan seorang perempuan akibat kekejaman pasangan mereka. Namun, salah satu kisah paling menyayat hati dan penuh keteguhan iman datang dari zaman kuno  yakni dari seorang perempuan bernama Asiyah, istri dari salah satu penguasa paling kejam yang pernah dikenal yakni Raja Firaun Mesir.

Asiyah binti Muzahim bukanlah wanita biasa. Ia adalah istri dari Firaun, penguasa Mesir kuno yang dikenal memiliki sifat yang  kejam, arogan, dan menganggap dirinya sebagai tuhan. Asiyah sebagai istri dari raja firaun hidup di istana yang penuh kemewahan, dikelilingi oleh kekuasaan dan kemegahan. Namun, ternyata ada kekosongan dan kebingunagannya mengenai siapa tuhan yang sebenarnya? Aisyah tak mempercayai suaminya yakni firaun yang dianggap tuhan pada masa itu.

Kebimbingan Asiyah pun dijawab oleh Allah dengan mengirimkan Cahaya Tauhid melalui nabi musa yang tak lain dan tak bukan adalah anak angkatnya sendiri, Asiyah mendengarkan firman allah yang dibawa oleh nabi musa dengan hati terbuka. Ia mulai meyakini bahwa hanya ada satu Tuhan yang layak disembah, Tuhan yang tak terlihat oleh mata, tapi terasa dalam setiap getar jiwa Yakni Allah SWT.

Baca Juga:  Menelaah Banyaknya Ayat Al-Qur’an yang Memerintahkan Umat Islam untuk Berpikir, Mengapa Demikian?

Asiyah mengimani serta mencintai Allah SWT sebagai tuhan bagi hamba disemesta alam,akan tetapi Cinta Asiyah kepada Allah SWT justru membuatnya berada di jalan yang berlawanan dengan suaminya sendiri. Sebab firaun menganggap bahwa dirinya adalah seorang tuhan,namun justru Asiyah malah mengimani Allah SWT sebagai tuhannya,Firaun, yang melihat keimanan Asiyah ini marah besar dan firaun melihatnya  sebagai bentuk pengkhianatan, tidak tinggal diam. Di sinilah kisah KDRT yang begitu kejam itu bermula  bukan karena cemburu, bukan karena masalah rumah tangga biasa, tapi karena perbedaan keyakinan dan keteguhan seorang wanita dalam mempertahankan imannya.

Dikisahakan bahwasanya Asiyah tidak hanya dicaci dan diancam. Ia disiksa secara fisik oleh perintah langsung dari suaminya sendiri yakni Firaun. Tubuhnya diikat, dijemur di bawah terik matahari, dipukul, dibiarkan menderita di tengah rasa sakit yang luar biasa. Namun yang lebih menyakitkan mungkin adalah kenyataan bahwa semua itu dilakukan oleh orang yang seharusnya melindunginya (suaminya). Di tengah siksa yang tiada henti, Asiyah tetap teguh. Ia tidak menyerah pada ancaman. Ia tidak menukar imannya demi keselamatan sementara. Dalam riwayat, disebutkan bahwa di saat-saat terakhirnya, ia menengadah ke langit dan berdoa :

رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

“Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim. ((QS. At-Tahrim: 11)

Baca Juga:  Perspektif Islam Tentang Selalu Merasa Unggul Dari Orang Lain

Doa itu adalah puncak keteguhan hati. Dalam kondisi yang mungkin membuat siapa pun berteriak minta tolong, Asiyah justru memohon tempat di sisi Tuhan. Ia tak mengutuk nasib, tak menyalahkan takdir, tak membalas kekerasan dengan kemarahan. Ia diam, tapi hatinya bersuara lantang ke langit.

Kisah Asiyah adalah pengingat bahwa kekerasan dalam rumah tangga tidak mengenal zaman. Ia bisa terjadi di istana atau di rumah sederhana, pada perempuan biasa atau bahkan seorang ratu. Namun yang membuat kisah ini abadi bukan hanya karena kejamnya perlakuan Firaun, tetapi karena luar biasanya keteguhan seorang wanita yang memilih mati demi mempertahankan kebenaran.

Asiyah telah tiada, namun semangatnya hidup dalam setiap jiwa yang berani berkata tidak pada penindasan. Dalam dunia sekarang, kita punya hukum dan perlindungan, namun keberanian tetap menjadi kunci pertama untuk melawan kekerasan. Semoga dari kisah ini, lahir keberanian baru bagi siapa saja yang tengah terjebak dalam hubungan yang penuh luka, bahwa jalan keluar selalu ada, dan bahwa Tuhan selalu bersama mereka yang teraniaya.[]Juliana Setefani Usaini

Editor : Aulia Cassanova

Related Posts

Latest Post