Almuhtada.org – Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita sebagai manusia pastinya pernah atau bahkan sering menghadapi berbagai macam godaan. Misalnya saja yaitu godaan yang mendorong kita untuk berbuat keburukan, kemudian juga kita suka menunda kewajiban, atau sekadar mengikuti arus meskipun hal itu bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan. Godaan ini tidak selalu datang kepada kita sebagai manusia dalam bentuk keburukan saja, justru seringkali godaan yang datang kepada kita dibungkus dengan hal-hal yang kelihatannya baik dan juga menyenangkan padahal sejatinya itu merupakan hal yang buruk. Salah satu kisah yang menggambarkan mengenai hal ini adalah kisah dari Nabi Adam Alaihissalam dan juga Siti Hawa ketika keduanya tergoda oleh iblis di dalam surga.
Allah SWT. menciptakan Nabi Adam dari tanah dan kemudian memberinya ilmu, setelah itu menciptakan Hawa sebagai pendamping hidupnya. Nabi Adam Alaihissalam dan Istrinya ditempatkan di dalam surganya Allah SWT., dan juga diberi kebebasan untuk menikmati segala kenikmatan yang ada didalamnya, kecuali satu hal yaitu keduanya dilarang untuk mendekati dan juga memakan buah dari pohon yang disebutkan Allah SWT.
“Dan Kami berfirman: Wahai Adam! Tinggallah kamu dan istrimu di surga, dan makanlah sepuasnya di mana saja yang kamu suka. Tapi jangan dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 35)
Akan tetapi, Iblis merasa yang iri dan juga membencinya sejak Nabi Adam Alaihissalam diciptakan, lalu setelah itu mulailah Iblis melancarkan aksinya. Di dalam Kitab Suci Al-Quran Surah Al-A’raf ayat yang ke-20, dijelaskan bahwasanya Iblis membisikkan rayuannya secara halus. Ia mengatakan bahwasanya buah dari pohon itu bisa membuat keduanya jadi malaikat atau menjadi hidup kekal abadi. Bahkan sampai-sampai iblis bersumpah bahwa ia melakukan itu hanya menasehati demi kebaikan mereka berdua.
Namun pada akhirnya, Nabi Adam Alaihissalam dan juga istrinya Hawa tergoda. Keduanya memakan buah terlarang itu. Lalu seketika aurat keduanya terbuka dan merasa malu. Setelah itu penyesalan pun datang, dan keduanya langsung memohon ampunan kepada Allah SWT. Meskipun taubat keduanya diterima, Allah SWT. memutuskan untuk menurunkan keduanya ke atas muka bumi.
“Kemudian setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya untuk menampakkan apa yang tersembunyi dari aurat mereka…”
(QS. Al-A’raf: 20)
Kaitannya dengan Kehidupan di Zaman Sekarang ini
Di zaman sekarang, berbagai macam bentuk godaan iblis lebih kompleks dan juga kadang tidak terasa hal tersebut sebagai godaan yang datang kepada kita. Misalnya saja yaitu;
- Konten yang ada di dalam media sosial yang kelihatannya menyenangkan akan tetapi justru malahan menyesatkan kita
- Gaya hidup yang lebih mengutamakan kesenangan dunia semata saja, dan
- Berbagai macam Informasi yang jika tidak kita saring maka akan menipu dan juga membuat kita menjadi kehilangan arah hidup
Iblis akan selalu bekerja seperti dulu yaitu membuat keburukan tampak menjadi sebuah keindahan, dan juga menyelipkan bisikan kedalam hati kita sebagai manusia untuk selalu mengikuti dan memperturutkan hawa nafsu kita daripada segala perintah Allah SWT. Kalau kita tidak punya bekal iman dan juga ilmu, maka diri kita bisa saja mengulang sebuah kesalahan yang dilakukan sama seperti Nabi Adam Alaihissalam dan Hawa.
Jadi, dari kisah Nabi Adam Alaihissalam dan juga istrinya Siti Hawa menjadi pengingat kita bersama bahwasanya iblis tidak akan pernah berhenti untuk menggoda kita sebagai manusia. Godaan tersebut bisa saja datang dari arah mana saja, bahkan mungkin saja bisa lewat orang terdekat kita ataupun hal-hal yang tampak kelihatannya ‘baik’ tapi sebenarnya menyesatkan kita. Maka kita harus senantiasa belajar bahwasanya hal sekecil apapun larangan yang datangnya dari Allah SWT, sudah sepatutnya untuk wajib kita patuhi. Jangan pernah sekali-kali meremehkan perintah-Nya.
Sebagai orang mukmin maka kita wajib mengambil hikmah dari kisah diatas yaitu kita sebagai manusia biasa bisa saja jatuh, kedalam godaan iblis akan tetapi Allah SWT. selalu membukakan pintu taubat selebar-lebarnya bagi hamba-Nya yang benar-benar menyesali dan tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama lagi.
Yang terpenting yaitu kesadaran hati kita untuk senantiasa kembali kepada Allah SWT. dan yang paling utama dari kisah diatas yaitu sebagai bahan refleksi kita dalam menghadapi berbagai macam tantangan hidup di dunia ini. Harapannya semoga kita semua bisa selalu terus untuk waspada dan juga tetap berada didalam jalan yang benar dan lurus, serta tidak mudah tertipu oleh kehidupan dunia yang fana ini. Aamiin. [] Alfian Hidayat