Almuhtada.org – Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya. Ketika ia hendak berbicara, ia berpikir terlebih dahulu. Jika ucapannya bermanfaat baginya, ia mengucapkannya, tetapi jika membahayakan dirinya, ia diam. Sebaliknya, hati orang bodoh berada di belakang lisannya. Jika ia hendak berbicara, ia langsung mengucapkannya, baik itu bermanfaat maupun merugikan dirinya.” Dari perkataan Hasan Al-Bashri diatas ketika kita akan berbicara, hendaknya kita berpikir terlebih dahulu apakah ucapan tersebut bermanfaat atau justru akan membahayakan diri kita sendiri.
Ucapan yang agung ini menjelaskan: “Lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya.” Artinya, jika ia hendak berbicara, ia berpikir dan merenung terlebih dahulu. Jika ucapannya bermanfaat bagi dirinya, ia berbicara. Namun, jika ia khawatir bahwa ucapannya dapat membawa mudarat dalam urusan agama atau dunianya, ia memilih diam.
Sebaliknya, “Hati orang bodoh berada di belakang lisannya.” Jika ia hendak berbicara, ia langsung mengucapkannya tanpa memikirkan apakah ucapan tersebut bermanfaat atau merugikan dirinya.
Oleh karena itu, sebagian orang mengatakan: “Apa yang ada di hatiku akan kuucapkan apa adanya. Semua isi hatiku ada di lisanku.” Pernyataan ini keliru. Tidak semua yang ada di hatimu harus keluar melalui lisanmu. Sebaliknya, segala sesuatu yang terlintas dalam hatimu harus dipikirkan dan direnungkan terlebih dahulu: apakah ada manfaatnya atau tidak. Jika memang ada manfaatnya, maka bicaralah. Namun, jika tidak ada manfaatnya, atau bahkan dapat membahayakan dirimu dalam urusan agama maupun dunia, maka jangan berbicara.
Kelak di akhirat seseorang akan dimintai pertanggungjawaban yang besar atas kata-kata yang diucapkannya. Dalam sebuah hadits Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya :“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah kalimat tanpa berpikir terlebih dahulu, lalu dengan sebab itu ia terjerumus ke dalam neraka, lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.” (Muttafaqun ‘alaih).
Subhanallah! Hanya karena satu kalimat yang diucapkan seseorang tanpa berpikir terlebih dahulu, ia terjerumus ke dalam neraka, lebih jauh dari jarak antara timur dan barat. Padahal, itu hanya sebuah kalimat!
Dampak terburuk dari ucapan adalah ucapan yang berisi klaim berlebihan terhadap Allah ﷻ, protes terhadap ketetapan Allah, atau ucapan yang bertentangan dengan sifat kehambaan kepada Allah ﷻ. Termasuk pula adalah ucapan yang menyerang kehormatan orang lain, terutama jika berupa tuduhan palsu. Dosa tuduhan ini sangat besar di sisi Allah ﷻ, khususnya tuduhan zina. Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang terhormat, yang lengah, dan beriman, mereka dilaknat di dunia dan di akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.” (QS. An-Nur: 23)
Orang yang menuduh orang lain dengan tuduhan palsu yang sebenarnya tidak bersalah berhak mendapatkan laknat di dunia dan akhirat. Hal yang sama berlaku pada tulisan, sebagaimana ucapan. Barang siapa menulis sesuatu, ia juga akan dimintai pertanggungjawaban atas tulisannya. Karena itu, seseorang harus berhati-hati terhadap setiap ucapan yang keluar dari mulutnya ataupun tulisan yang dibuatnya, dan hendaknya ia bertakwa kepada Allah ﷻ.
Dengan demikian, kita harus bersikap lebih berhati-hati ketika akan berbicara atau mengeluarkan perkataan, apakah perkataan yang kita ucapkan tersebut bermanfaat serta tidak menyakiti hati saudara kita, karena sejatinya setiap perkataan yang kita ucapkan akan dipertanggungjawabkan di hari akhir kelak. [] Puan Sukowati