Surat ‘Abasa: Teguran Allah kepada nabi Muhammad SAW

Gambar Surat ‘Abasa dalam Al Quran (freepik.com - almuhtada.org)
Gambar Surat ‘Abasa dalam Al Quran (freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Pada suatu hari, Nabi Muhammad sedang berdakwah kepada para pemuka Quraisy, berharap agar mereka mau menerima Islam. Lalu, datanglah Abdullah bin Ummi Maktum, seorang sahabat yang buta, beliau datang untuk menanyakan sesuatu kepada Rasulullah. Karena sedang fokus kepada pemuka Quraisy, Rasulullah tampak sedikit bermuka masam dan berpaling dari Abdullah.

Saat itulah turun surat ‘Abasa ayat pertama hingga ayat keempat.

“Dia (Nabi) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin menyucikan dirinya? Atau ia ingin mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?” (QS. ‘Abasa: 1-4)

Dari ayat tersebut, Allah menegaskan bahwa perhatian dalam dakwah seharusnya tidak berdasarkan status sosial seseorang. Justru, mereka yang datang dengan hati yang ikhlas untuk mencari ilmu lebih pantas mendapatkan perhatian dibanding mereka yang enggan menerima kebenaran.

Setelah peristiwa ini, Rasulullah sebisa mungkin memperlakukan Abdullah bin Ummi Maktum dengan penuh hormat dan bahkan beberapa kali menjadikannya sebagai pemimpin di Madinah saat Rasulullah sedang bepergian.

Dari peristiwa ini, ada beberapa pelajaran penting yang bisa kita ambil. Pertama, Islam tidak membeda-bedakan seseorang berdasarkan status sosial, kekayaan, atau kondisi fisik. Yang membedakan manusia di hadapan Allah hanyalah ketakwaannya.

Kedua, setiap orang berhak mendapatkan perhatian dan ilmu, terutama dalam dakwah. Kita tidak boleh hanya memperhatikan mereka yang memiliki kekuasaan atau pengaruh.

Baca Juga:  Peradaban Islam di Andalusia: Negara Pencetak Ilmuwan Islam Ternama di Dunia

Yang ketiga yaitu, Rasulullah tidak marah ketika ditegur oleh Allah. Sebaliknya, beliau menerima teguran tersebut dengan lapang dada dan menjadikannya sebagai pelajaran untuk lebih baik lagi. Ini adalah contoh bahwasanya nabi adalah teladan yang sangat baik.

Lalu, saat ini, kisa sebagai umatnya apakah kita hanya memperhatikan orang yang berpengaruh dan mengabaikan mereka yang dianggap tidak penting? Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita lebih tertarik untuk berinteraksi dengan mereka yang memiliki kedudukan tinggi dan tanpa sadar mengabaikan mereka yang lebih membutuhkan perhatian.

Islam mengajarkan kita untuk menghargai semua orang tanpa membeda-bedakan. Jika ada seseorang yang membutuhkan bantuan atau ingin belajar, kita harus menyambut mereka dengan tangan terbuka, sebagaimana Rasulullah memperbaiki sikapnya setelah menerima teguran dari Allah.

Surat ‘Abasa mengajarkan kita bahwa dalam Islam, semua manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah. Tidak ada yang lebih utama kecuali karena ketakwaannya. Rasulullah telah memberikan contoh luar biasa dalam menerima teguran dan memperbaiki sikapnya. Sebagai umatnya, sudah seharusnya kita belajar dari keteladanan Rasulullah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. [] Pranita Wulan 

Editor : Juliana Setefani Usaini

Related Posts

Latest Post