Al Muhtada.org –Dunia hanyalah tempat mempersiapkan diri untuk langkah selanjutnya dan dalam mempersiapkan hal tersebut masih perlu perjuangan yang tak mudah jika dilakukan, banyak kejadian yang diluar ekspektasi kita , tak pernah bisa merasakan tenang dan kebahagiaan yang bertahan lama. Hati kita selalu terbolak balik oleh keadaan, tidak ada suatu kejadian yang sempurna sesuai dengan harapan yang diinginkan. Pasti ada kesalahan meskipun sebesar kerikil dijalan. Terombang ambing oleh keadaan tanpa memikirkan sebab akibat nya sehingga penyesalan datang dengan cepat. Suatu hal yang dari awal tidak bisa kita ubah, kejadian yang hanya terjadi 1 kali selama hidup baik itu musibah ataupun berkah. Kejadian yang tidak bisa diubah dari awal oleh manusia itu sendiri dengan akal maupun fisiknya karena hal tersebut adalah sebuah ketetapan Allah SWT., yang biasa disebut qada. Dan kejadian yang bisa di ubah sewaktu waktu jika doa seorang muslim diijabah oleh Allah walau terlihat mustahil bagi manusia untuk mengubah nya karena ketetapan Allah akan takdir yang diberikan ke umat manusia adalah mutlak biasanya disebut qadar.
Qada dan qadar merupakan salah satu dari rukun iman urutan ke-6, urutan terakhir dari rukun iman itu sendiri. Sebenarnya perbedaannya dari qada dan qadar tidak terlalu banyak, tapi terlihat jelas perbedaan nya.
Qada berasal dari bahasa Arab : قَضَاءٌ yang artinya hasil atau suatu konsekuensi dari ketetapan Allah. Secara pengertian Qada adalah keputusan atau ketetapan Allah yang sudah pasti atau mutlak dan tidak dapat diubah dengan cara apapun. Sedangkan qadar adalah sesuatu suatu takdir atau nasib yang ditanamkan pada setiap makhluk hidup ciptaannya untuk hidup dan ditentukan oleh Allah SWT. Qadar sendiri berasal dari bahasa arab : قَدَرٌ artinya Rencana atau rancangan Allah untuk makhluk-Nya. Qadar ini dapat di ubah sesuai kehendak Allah melalui doa seorang muslim karena qadar itu sebuah rencana yang sudah ditetapkan oleh Allah tapi belum terjadi pada makhluk-Nya, sehingga kita sebagai manusia dapat mencegah kejadian buruk ataupun memilih untuk berani mengubah nasib kita dengan ikhtiar, tawakal kepada Allah.
Mungkin dalam hidup kita pernah dalam suatu kondisi sedang galau, bingung dan menyesal akan pilihan kalian serta selama galau secara fitrah pernah bertanya pada diri sendiri, “kenapa saya jadi perempuan bukan laki-laki?, kenapa ya saya itu miskin ?, kenapa kehidupan saya broken home? Kenapa saya susah untuk masuk universitas Indonesia padahal nilai saya tinggi? Kenapa saya malah ngambil jurusan arsitektur bukan jurusan fisika atau astronomi padahal saya ingin sekali belajar luar angkasa ? Kenapa saya punya ayah dan ibu yang tidak seperti ayah dan ibu teman saya yang setiap hari selalu bahagia hidup nya tidak pernah ada masalah?”, dan sebagainya.
Kita sering mempertanyakan hidup kita sendiri sehingga kita sering protes, galau, dan menjadi beban. Tapi itu semua terdapat nasihat dari nabi, dari riwayat hadis Baihaqi
Nabi berkata beriman kepada qada dan qadar akan menghilangkan alham dan alhazll. Alhamun adalah penyakit akan khawatir tentang masa depan atau meng galau kan sesuatu yang belum terjadi dan Al hazl adalah penyakit mental alam sedih atau tidak menerima tentang kondisi nya dimasa lalu. Kedua penyakit ini memiliki obatnya yakni percaya rukun iman ke-6, qada dan qadar. Mengimani sebuah takdir itu penting sekali karena mengimani takdir hukumnya fardhu ‘ain untuk semua makhluk hidup, mana mungkin kita mau percaya apa yang belum ada dan belum terjadi pada hidup kita. Karena kita belum pernah mengalami suatu hal yang diluar ekspektasi kita jadi kita agak renggang dengan takdir, padahal kita bisa saja mendapatkan pengalaman yang belum kita hadapi dari orang yang sudah melaksanakan nya. Iman kepada Qada dan qadar akan membawa diri kita untuk berintrospeksi diri , bermuhasabah akan sadar bahwa diri kita hanyalah perahu yang bergerak mengikuti arus aliran air tanpa ada kemudinya. Setelah itu kita mulai memperbaiki sesuatu yang sudah rusak dari bagian layarnya, jangkarnya, kemudinya dan lainnya dengan bahan seadanya, kemudian mulai memegang kemudi dan mengarahkan perahu nya ke jalan yang benar dengan rintangan baru, karena perahu tersebut akan menerjang lawan arah arus air yang deras. Terus berdoa , berikhtiar, bertawakal, berdzikir, shalat mulai tepat waktu, sadar bahwa diri sendiri hanyalah sebuah bulu yang lemah dihadapan Allah SWT., terus menerus bertaubat , sehingga perahu yang tadinya rusak, terkoyak oleh hantaman ombak, kini menjadi kokoh dan terlihat gagah , mulai menemukan titik terang sebuah pulau berpenghuni, dan sampai pada pulau berakhirlah bahagia. [] Ngafif Fatah Damawan.