Al Muhtada.org – Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang sempurna, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an Surah At-Tin ayat 4 yang berbunyi:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Tak hanya dibekali tubuh yang luar biasa, manusia memiliki empat mutiara yang melekat pada dirinya sebagaimana diterangkan dalam suatu hadist sebagai berikut.
اَرْبَعَةٌ جَوَاهِرٌ فِي جِسْمِ بَنِي آدَمَ يُزِيلُها اربَعَةُ اشْياءَ، امَا اجَواهِرُ العَقْلُ، والدِينُ، والحَياءُ، والعَمَلُ الصالِحُ، فالغَضَبُ يُزِيْلُ العَقْل، والحَسَدُ يُزِيْلُ ادِينَ، والطَمَعُ يُزِيْلُ الحَياءََ، والغِيْبَةُ يُزِيْلُ العَمَلَ الصالِح
Artinya: “Empat macam mutiara yang ada pada diri manusia dapat hilang dengan empat perkara yang lain. Empat mutiara itu ialah: akal, agama, malu, dan amal saleh. Kemarahan dapat menghilangkan akal, hasud (dengki) dapat menghilangkan agama, tamak dapat menghilangkan malu, mengumpat (ghibah) dapat menghilangkan amal saleh” (Ibn Hajar Asqalani, kitab Nashaihul Ibad).
- Akal
Akal merupakan hal dasar yang menjadi pembeda antara manusia dengan hewan. Manusia dibekali Allah Swt. berupa akal untuk bisa berpikir secara rasional agar ia mampu menyadari keberadaan Allah Swt. di dunia ini.
Salah satunya yakni pada Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 44 yang berbunyi:
أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَٰبَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Artinya: “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)-mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
Ayat tersebut memperingatkan kaum Yahudi untuk berpikir dengan introspeksi diri mereka sendiri. Ungkapan melupakan pada ayat tersebut menunjukkan betapa lalainya mereka terhadap apa yang seharusnya dilakukan. Ayat tersebut juga mengajarkan kepada kita untuk bisa berkaca pada diri sendiri dalam melakukan suatu kebaikan sebelum memperingatkan kebaikan kepada orang lain.
Berdasarkan hadist di awal tadi, dijelaskan bahwasanya akal dapat lenyap oleh kemarahan. Kemarahan manusia merupakan hal yang disukai setan, karena kemarahan membuat emosi seseorang menjadi tidak stabil. Hal tersebut akan menyebabkan seseorang tidak akan bisa lagi untuk berpikir secara rasional.
- Agama
Yang kedua adalah agama. Setelah manusia memiliki akal yang baik, agama bisa masuk dengan mudah dalam hati mereka. Agama memberikan fondasi dan aturan yang jelas serta dapat diterima seseorang dengan baik jika ia mau berpikir.
Yang menghancurkan mutiara agama adalah hasud. Hasud adalah mengharapkan hilangnya sesuatu dari orang lain.
Agama seseorang akan runtuh apabila ia membiarkan rasa hasud pada dirinya. Ia tentu akan dibutakan kebenciannya kepada orang lain, mengabaikan agama yang seharusnya ia ikuti.
- Malu
Malu merupakan benteng umat muslim. Malu kepada Allah Swt. akan membuat diri seseorang terjaga dari perbuatan maksiat. Ia akan merasa diawasi Allah Swt. dan enggan melakukan semua hal yang dilarang Allah Swt.
Akan tetapi, tamak dapat menghilangkan malu yang ada pada diri manusia. Orang yang tamak akan kehilangan kewibawaannya.
Misalkan di suatu tempat terdapat acara makan bersama. Ketika ia tamak mengambil banyak makanan di depan banyak orang, maka hilanglah rasa malu pada dirinya. Ia akan dikenal sebagai orang yang tamak dan hilanglah wibawa pada dirinya.
- Amal Salih
Yang terakhir adalah amal salih. Amal salih adalah perbuatan baik dan bijak manusia yang diniatkan karena Allah Swt..
Ketika seseorang memiliki akal yang cemerlang, agama yang kuat, dan malu yang menjaga, ia akan condong untuk melakukan amal salih. Orang tersebut akan mendedikasikan dirinya untuk selalu beramal salih selama masih hidup di dunia.
Di samping itu, ada hal yang merusak amal salih seseorang, yakni gibah. Gibah adalah membicarakan aib atau kejelekan orang lain.
Amal salih yang dikumpulkan seseorang seketika akan runtuh apabila ia melakukan gibah. Integritas yang sebelumnya dibangun dengan hati yang ikhlas, runtuh seketika dikarenakan melakukan gibah. Yang semula ahli kebaikan, justru menjadi ahli keburukan.
Semoga kita semua senantiasa dijauhkan dari 4 hal buruk tadi, yakni kemarahan, hasud, tamak, dan gibah. [] Syukron Ma’mun