Almuhtada.org – Pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa masjid identik dengan kubah di atasnya? Hampir di setiap sudut dunia, termasuk Indonesia, masjid dengan kubah menjadi pemandangan yang umum. Namun, apakah kubah ini murni berasal dari budaya Islam? Menariknya, jawabannya tidak sesederhana itu.
Faktanya, kubah bukanlah elemen asli dari arsitektur Arab atau Islam. Sebelum dikenal sebagai simbol masjid, kubah lebih dulu digunakan dalam bangunan kuil dan gereja, bahkan berasal dari peradaban Romawi Kuno. Lalu bagaimana kubah bisa menjadi bagian yang melekat pada masjid? Simak penjelasan berikut ini!
Awal Mula Kubah: Dari Kuil hingga Gereja
Kubah sebagai elemen arsitektur sudah dikenal sejak era Romawi Kuno. Bangsa Romawi menciptakan atap berbentuk setengah bola ini untuk bangunan besar seperti kuil pemujaan dewa. Salah satu contoh kubah terkenal adalah di Pantheon Roma yang dibangun pada abad ke-1 Masehi.
Selain keindahannya, kubah punya fungsi praktis. Bentuknya yang melengkung memungkinkan setiap bagiannya saling menopang, sehingga tidak memerlukan banyak tiang penyangga. Ini menciptakan ruang yang lebih luas dan lega di dalam bangunan.
Ketika Kekaisaran Bizantium muncul, teknik konstruksi kubah terus berkembang. Gereja Hagia Sophia di Konstantinopel (sekarang Istanbul), yang dibangun pada abad ke-6, menjadi salah satu mahakarya arsitektur dengan kubah besar. Gereja ini kemudian menjadi inspirasi bagi arsitektur masjid setelah wilayah tersebut dikuasai oleh umat Islam pada tahun 1453 M.
Islam Mengadopsi Kubah
Meski kubah bukan berasal dari budaya Arab, Islam tidak ragu mengadopsi teknologi ini. Kubah pertama dalam arsitektur Islam digunakan pada abad ke-7 di masa Khalifah Dinasti Umayyh di Masjid Qubbat as-Sakhrah atau juga dikenal sebagai Masjid Kubah Batu (Dome of the Rock) di Yerusalem, Palestina. Bangunan ini menandai awal mula kubah menjadi elemen penting dalam desain masjid.
Dalam Islam, kubah tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika, tetapi juga memiliki makna spiritual. Bentuknya yang melengkung menyerupai langit, melambangkan kebesaran Allah yang meliputi segala sesuatu. Selain itu, kubah sering dihiasi dengan kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an, pola geometris, dan elemen floral yang mencerminkan keindahan Islam.
Keunggulan Kubah dalam Masjid
Selain maknanya yang dalam, kubah memiliki banyak kelebihan praktis. Salah satunya adalah kemampuannya menciptakan ruang luas tanpa tiang penyangga. Hal ini sangat penting dalam masjid, karena memungkinkan barisan shalat berjamaah (saf) tersusun rapi tanpa terhalang tiang.
Bentuk kubah juga dikenal tahan gempa. Struktur melengkungnya mampu mendistribusikan tekanan secara merata, sehingga bangunan tetap kokoh meski diguncang gempa. Itulah mengapa banyak masjid tetap berdiri tegak meski bangunan di sekitarnya runtuh.
Tidak hanya itu, kubah membantu menyebarkan suara dengan baik di dalam masjid, sehingga imam dapat terdengar jelas oleh jamaah tanpa bantuan pengeras suara. Dari segi estetika, kubah memberikan identitas unik pada masjid, membuatnya mudah dikenali dari kejauhan.
Evolusi Kubah Hingga Saat Ini
Seiring waktu, desain kubah masjid terus berkembang. Di wilayah Persia dan India, kubah sering berbentuk lebih tinggi dan runcing, seperti yang terlihat pada Taj Mahal. Di Turki, arsitek legendaris Mimar Sinan menciptakan kubah-kubah besar seperti di Masjid Süleymaniye dan Masjid Biru yang ikonik.
Saat ini, teknologi modern memungkinkan penggunaan bahan seperti baja dan fiberglass untuk membuat kubah yang lebih ringan dan tahan lama. Meskipun bahan dan tekniknya berubah, esensi spiritual dan fungsional dari kubah tetap sama.
Kubah: Simbol Keindahan dan Keagungan Islam
Dari kuil Romawi hingga masjid modern, kubah telah melewati perjalanan panjang yang luar biasa. Kini, kubah tidak hanya menjadi elemen arsitektur, tetapi juga simbol keindahan dan kebesaran Islam.
Setiap kali kita melihat kubah masjid, kita diingatkan akan harmoni antara seni, teknologi, dan spiritualitas yang diusung oleh peradaban Islam. Lebih dari sekadar atap, kubah adalah wujud nyata dari usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, menciptakan ruang yang menghubungkan bumi dengan langit.
Seiring berkambangnya zaman, arsitektur masjid mulai berkembang bukan hanya berbentuk kubah, bisa juga berbagai bentuk unik lainnya sebagaimana contoh pada Masjid Raya Sumatera Barat yang memiliki bentuk sebagaimana bentuk dari Rumah Gadang. Hingga saat ini, perkembangan bentuk arsitektur masjid masih terus terjadi. [] Raffi Wizdaan Albari
Editor: Nayla Syarifa