almuhtada.org – Kita pasti sudah tidak asing dengan cerita tujuh pemuda ashabul kahfi bersama seekor anjing yang ditidurkan oleh Allah selama kurang lebih 350 tahun. Mereka ditidurkan selama itu lantaran berlindung dari raja yang menolak menyembah Allah.
Namun tahukah kalian? Ternyata ada juga kisah seorang nabi yang ditidurkan oleh Allah selama 100 tahun bersama seekor keledai yang ia tumpangi.
Ia adalah Nabi Uzair, seorang nabi dari kalangan Bani Israil yang hidup pada zaman nabi Saleh dan nabi Ibrahim. Beliau tidak termasuk dalam 25 nabi yang wajib kita imani.
Kisahnya tertulis dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 259.
اَوْ كَالَّذِيْ مَرَّ عَلٰى قَرْيَةٍ وَّهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَاۚ قَالَ اَنّٰى يُحْيٖ هٰذِهِ اللّٰهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ فَاَمَاتَهُ اللّٰهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهٗ ۗ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۗ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالَ بَلْ لَّبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ اِلٰى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۚ وَانْظُرْ اِلٰى حِمَارِكَۗ وَلِنَجْعَلَكَ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَانْظُرْ اِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوْهَا لَحْمًا ۗ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗ ۙ قَالَ اَعْلَمُ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ٢٥٩
Artinya: “Atau, seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh menutupi (reruntuhan) atap-atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah kehancurannya?” Lalu, Allah mematikannya selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (kembali). Dia (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya engkau telah tinggal selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, (tetapi) lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang) dan Kami akan menjadikanmu sebagai tanda (kekuasaan Kami) bagi manusia. Lihatlah tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging (sehingga hidup kembali).” Maka, ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Aku mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS Al Baqarah: 259)
Disebutkan oleh Abi Hatim ar Razi dalam tafsir Ibnu Hatim, Nabi Uzair disapa sebagai nabi Allah. “Uzair nabi Allah telah keluar dari kotanya dan dia adalah seorang pemuda. Dia melewati sebuah negeri Khirbat.”
Mukhtasya tarih dimasyq dalam Ibnu Katsir menuliskan, “Aku tidak tahu apakah Uzair membeli tanah makam itu atau tidak dan aku tidak tahu apakah Uzair itu seorang nabi atau bukan.” Maka dari itu, ada yang beranggapan bahwasanya nabi Uzair ini adalah hamba Allah yang sholeh dan bijaksana.
Mulanya, nabi Uzair tengah menyusuri sebuah desa dengan keledai yang ia gunakan sebagai tumpangannya. Nabi Uzair tersesat dan tiba di sebuah kampung yang dalamnya sudah hancur berantakan di mana ditemukan banyak bangkai dan tulang belulang berserakan serta reruntuhan rumah yang sudah menyatu dengan tanah.
Ia pun bertanya dalam hatinya bagaimana Allah dapat menghidupkan kembali makhluk hidup yang sudah mati berhamburan di tanah.
“Atau, seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh menutupi (reruntuhan) atap-atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah kehancurannya?” (QS Al Baqarah: 259)
Malaikat Izrail kemudian diutus Allah untuk mencabut nyawa nabi Uzair dan ia pun tertidur selama 100 tahun. Setelah 100 tahun, Allah lalu menghidupkan kembali nabi Uzair dan saat itulah nabi Uzair mendapat mukjizat untuk melihat kekuasaan Allah dalam mematikan dan menghidupkan makhluknya.
“Lalu, Allah mematikannya selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (kembali). Dia (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya engkau telah tinggal selama seratus tahun.” (QS Al Baqarah: 259)
Sebangunnya dari tidur panjangnya, nabi Uzair menyadari bahwa keledai yang ia tunggangi untuk membersamainya berkelana telah mati dan menyatu dengan tanah. Tapi Allah mengutus malaikat untuk menghidupkannya kembali.
“Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, (tetapi) lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang) dan Kami akan menjadikanmu sebagai tanda (kekuasaan Kami) bagi manusia. Lihatlah tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging (sehingga hidup kembali).” Maka, ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Aku mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS Al Baqarah: 259)
Karenanya, nabi Uzair juga dapat bertemu dengan anak-anaknya setelah bangun dari tidur panjangnya. Nabi Uzair juga dikenal sebagai penghafal kitab Taurat. Nabi Uzair pernah diuji hafalan dan pengetahuannya oleh seorang nenek tua yang mengetahui keberadaannya yang membuktikan kepadanya bahwa ia memanglah nabi Uzair. [Alya Rosadiana]
Editor: Syukron Ma’mun