Almuhtada.org-People pleaser didefiniskan sebagai istilah yang merujuk pada seseorang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain, bahkan jika harus mengorbankan diri sendiri. Dalam Islam, sikap seperti ini memerlukan pemahaman yang seimbang karena niat menyenangkan orang lain dapat menjadi amalan mulia, tetapi jika berlebihan hingga melanggar prinsip syariat, maka hal ini menjadi tidak diperbolehkan.
Islam mengajarkan pentingnya niat dalam setiap perbuatan. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan (balasan) sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menyenangkan orang lain adalah bentuk akhlak mulia jika diniatkan untuk mencari ridha Allah. Sebagai contoh, membantu saudara yang kesulitan atau menjaga hubungan baik adalah perintah dalam Islam, sebagaimana firman Allah: “Dan berbuat baiklah kepada manusia sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu…” (QS. Al-Qashash: 77).
Namun, jika upaya menyenangkan orang lain dilakukan semata-mata untuk mendapatkan pujian atau takut tidak disukai, maka ini termasuk riya yang dilarang dalam Islam. Allah mengingatkan:
“Maka celakalah orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, yang berbuat riya.” (QS. Al-Ma’un: 4-6).
Dalam hadits lain, Allah swt melarang seseorang yang mengorbankan prinsip syariat. Islam mengajarkan bahwa ridha Allah adalah prioritas utama, melebihi kepentingan manusia, bahkan Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan (resiko) kebencian manusia, maka Allah akan mencukupkannya dari manusia. Dan barang siapa yang mencari keridhaan manusia dengan (resiko) kemurkaan Allah, maka Allah menyerahkan dia kepada manusia.” (HR. Tirmidzi).
Ini menunjukkan bahwa menjadi people pleaser hingga melanggar aturan agama, seperti berbohong, bermaksiat, atau meninggalkan kewajiban, adalah tindakan yang dilarang. Hal ini termasuk dalam bentuk kemunafikan yang ditegaskan dalam firman Allah:
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri tanpa mereka sadari.” (QS. Al-Baqarah: 9).
Pada dasarnya menyenangkan orang lain dalam Islam dianjurkan jika dilakukan dengan sikap yang adil dan tidak merugikan diri sendiri. Sebaliknya, Islam melarang perilaku yang menjadikan diri terlalu lemah sehingga mudah dimanfaatkan orang lain. Rasulullah SAW bersabda:
“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah…” (HR. Muslim).
Artinya, umat Islam harus menjaga keseimbangan antara membantu orang lain dan menjaga diri agar tidak dirugikan secara fisik maupun mental.
Menjadi people pleaser tidak sepenuhnya salah jika dilakukan dalam batasan syariat dan niat yang benar. Namun, ketika hal itu mengorbankan prinsip agama, hak diri sendiri, atau mendekati perilaku riya, maka menjadi tindakan yang dilarang. Oleh karena itu, umat Islam harus selalu mengutamakan ridha Allah dalam setiap perbuatan, termasuk ketika berusaha menyenangkan orang lain.
Dengan menjaga niat, proporsi, dan keseimbangan, seorang Muslim dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi sesama tanpa melupakan tanggung jawabnya kepada Allah.
Firman Allah yang dapat dijadikan sebagai pegangan kita terdapat dalam QS Al-Qasas ayat 77, dimana terkandung beberapa nasihat untuk keseimbangan hidup dunia dan akhirat, seperti perintah mencari kebahagiaan akhirat, anjuran berbuat baik, tidak melupakan kehidupan dunia, larangan berbuat kerusakan, serta keseimbangan dalam kehidupan. []Eka Diyanti
Editor : Ahmad Firman Syah