Kedatangan bangsa Arab di Indonesia dimulai ketika orang-orang Arab dari Hadramaut, Yaman, bermigrasi ke Gujarat di India, kemudian melanjutkan perjalanan mereka ke pantai utara Sumatra sekitar abad ke-14. Pada masa itu, Sumatra adalah salah satu pusat perdagangan global. Migrasi ini dipicu oleh keruntuhan Bendungan Ma’rib, sebuah struktur penting yang menyediakan air irigasi di Arab Selatan.
Keruntuhan tersebut mengakibatkan banjir bandang pada sekitar tahun 575 M, yang dianggap sebagai teguran Tuhan kepada kaum ‘Ad, keturunan Nabi Nuh, yang lalai menjalankan perintah Tuhan dan menindas rakyatnya. Sebelum peristiwa itu, wilayah Arab Selatan termasuk Hadramaut dikenal subur dan kaya sumber daya alam.
Namun, setelah rusaknya sistem irigasi, wilayah tersebut mengalami kemiskinan, yang mendorong penduduknya untuk mencari kehidupan di tempat lain. Gelombang migrasi berikutnya terjadi pada akhir abad ke-18, di mana orang-orang Hadramaut mulai tiba di Nusantara. Mereka pertama kali mendarat di Aceh, kemudian menetap di Palembang dan Pontianak.
Pada 1820-an, komunitas Arab mulai berkembang di Jawa, dan pada tahun 1870, koloni Arab sudah menyebar ke bagian timur Nusantara. Batavia menjadi pusat utama koloni Arab, yang terus berkembang pesat dan menjadi salah satu komunitas terbesar di Nusantara. Meskipun awalnya datang untuk berdagang, orang-orang Arab ini kemudian terlibat dalam aktivitas dakwah Islam.
Mereka mendirikan pemukiman di berbagai kota di Jawa seperti Jakarta, Cirebon, Tegal, Pekalongan, dan Surabaya, serta berinteraksi dengan penduduk lokal. Komunitas ini memainkan peran penting dalam perkembangan Islam dan perdagangan di Indonesia
Ada beberapa kampung Arab yang terkenal di Indonesia diantaranya ada Kampung Pekojan di Jakarta, Ampel di Surabaya, Pasar Kliwon di Solo, Al-Munawar di Palembang, serta komunitas di Bondowoso, Sumenep, Cirebon, Pontianak, Tegal, dan kampung arab Sugihwaras di Pekalongan.
Kampung-kampung ini berperan penting dalam perdagangan, dakwah Islam, dan mempertahankan budaya Arab yang menjadi bukti interaksi erat antara komunitas Arab dan penduduk lokal di Nusantara. [Deya Sofia]