Almuhtada.org – Dinasti Abbasiyah dimulai sejak tahun 132 H – 656 H (749-1258 M). Periode ini merupakan masa kejayaan bagi pendidikan Islam meskipun pada fase yang kedua terdapat beberapa pemerintahan dan kerajaan yang independen, namun sebagiannya telah memberikan kontribusi yang besar terhadap Islam.
Misalnya pemerintahan Saljuk, pemerintahan keturunan Zanki, pemerintahan bani Ayyub, Ghazni, dan Murabithun. Pada masa ini pula muncul gerakan perang salib yang dilakukan oleh negara-negara Eropa yang menaruh kebencian dan dendam pada negara-negara Islam di kawasan Timur.
Pemerintahan Abbasiyah hancur bersamaan dengan penyerbuan orang-orang Mongolia yang melumatkan pemerintahan bani Abbasiyah ini.
Pasca keruntuhan dinasti Umayyah, tonggak kepemimpinan Islam berpindah kepada Bani Abbasiyah. Penamaan Daulah Abbasiyah adalah karena para pendiri dan penguasa di masa ini ialah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW.
Dinasti Abbasiyyah didirikan oleh seorang bernama Abdullah al-Saffah Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al-Abbas, yang lahir di Humaimah pada tahun 104 H dan dilantik menjadi Khalifah pada 3 Rabiul awwal 132 H.
Dinasti Abbasiyah berkuasa selama hampit 5 abad, terhitung mulai abad ke-8 hingga abad ke-13 Masehi. Ibukota dimasa Dinasti Abbasiyah berada di Baghdad. Saat itu, kota Baghdad menjadi pusat perdagangan di dunia, pusat ilmu pengetahuan, serta pusat kebudayaan di dunia Islam.
Kejayaan Dinasti Abbasiyah
Pada saat perpindahan kekuasaan dari Umayyah ke Abbasiyah, wilayah geografis dunia Islam meluas dari timur ke barat, meliputi Mesir, Syam, Sudan, Iraq, Arab, bahkan Cina.
Perluasan wilayah ini memungkinkan adanya interaksi intensif antara daerah satu dengan yang lainnya. Interaksi ini meningkatkan kemungkinan proses asimilasi budaya dan peradaban setiap wilayah.
Di masa Dinasti Abbasiyah, ibu kota Baghdad menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan di dunia Islam. Banyak terjadi Pembangunan diantaranya jalan-jalan dan jembatan yang menghubungkan berbagai daerah, promosi perdagangan antar wilayah.
Selain itu, di masa Bani Abbasiyah seniman-seniman terkenal dan berbakat mulai bermunculan menunjukkan perkembangan budaya yang pesat, diantara seniman itu adalah, Ibrahim bin Mahdi, Ibrahim al Mosuly dan anaknya Ishaq.
Wilayah sekitar istana pun berubah sedemikian rupa, banyak pernak-pernik bernuansa Borjuis mulai dari pakaian, makanan, dan hadirnya pelayan-pelayan Wanita.
Abbasiyah mencapai kemajuan besar dalam ilmu pengetahuan. Mereka membangun perpustakaan dan universitas, mempekerjakan ahli untuk melakukan penelitian, dan mendorong kemajuan bidang matematika, astronomi, kedokteran, dan kimia.
Sebagai contoh, ilmuwan Abbasiyah Al-Khwarizmi menemukan metode aljabar yang digunakan di seluruh dunia dan menciptakan sistem angka yang masih digunakan hingga saat ini.
Selain itu, para ilmuwan seperti Al-Farabi, Ibn Rushd (Averroes), dan Ibn Sina (Avicenna) melakukan penelitian dan membuat kontribusi signifikan dalam berbagai bidang pengetahuan.
Melahirkan Tokoh Tokoh Islam Mendunia
Sebagaimana zaman kejayaan melahirkan tokoh hebat, di masa Dinasti Abbasiyah pun banyak melahirkan tokoh-tokoh islam yang hebat dan mendunia. Diantaranya:
- Al Khawarizmi
Sekitar tahun 780 M, Al-Khwarizmi lahir di Khwarizm (sekarang Uzbekistan). Dia adalah ilmuwan dan matematikawan terkenal di zaman Abbasiyah. Pengembangan sistem angka Arab adalah karyanya yang paling terkenal.
Selain itu, ia menemukan metode aljabar, yang disebut “aljabar”—kata yang berasal dari kata Arab “al-jabr”—yang menjadi dasar ilmu matematika kontemporer. Penemuan Al-Khawarizmi ini kemudian menjadi dasar ilmu Algoritma yang digunakan di komputer, smartphone, dan berbagai alat elektronik lainnya.
- Harun al-Rashid
Harun al-Rashid lahir di Rayy, Persia, pada tahun 763 M, dan menjadi khalifah kelima Abbasiyah di usianya yang baru 23 tahun yakni pada tahun 786 M.
Ia adalah khalifah yang bijaksana dan adil yang menghargai seni dan ilmu pengetahuan. Ia menjadi pahlawan dalam cerita-cerita seru seperti “Seribu Satu Malam”.
Di masa kepemimpinannya, ia memperluas kekuasaan Abbasiyah ke Spanyol dan India. Di masa Harun al-Rashid juga, keempat mazhab tumbuh dan berbagai perkembangan di dunia Pendidikan dan agama. Harun al-Rashid pensiun pada tahun 809 M setelah 23 tahun menjabat.
- Ibn Sina
Ibn Sina lahir di Bukhara, Persia (sekarang Uzbekistan) pada tahun 980 M. Dia adalah dokter, filsuf, dan ilmuwan terkenal di zaman Abbasiyah.
Ia menulis karya filsafat seperti “Kitab al-Shifa” dan “Kitab al-Najat”, yang menjadi referensi kedokteran selama berabad-abad. Karya terkenalnya adalah “Al-Qanun fi al-Tibb” sebuah ensiklopedia medis monumental yang menggabungkan pengetahuan medis dari berbagai budaya dan peradaban sebelumnya.
Berkat pencapaiannya yang luar biasa di bidang ilmu pengetahuan terkhusus kedokteran, Ibn Sina mendapatkan julukan Bapak Kedokteran Modern Dunia.
- Al-Farabi
Lahir di Transoxiana (sekarang Kazakhstan) pada tahun 870 M, Al-Farabi adalah seorang filsuf, musikus, dan ilmuwan terkenal di zaman Abbasiyah. Ia menulis karya penting seperti “Kitab al-Madinah al-Fadhilah” (The Virtuous City) dan “Tafsir al-Plato” (The Commentary on Plato’s Republic), setelah mempelajari filsafat Yunani kuno dan menggabungkannya dengan pemikiran Islam.
Pemikiran politik dan filosofis dipengaruhi oleh karyanya. Orang-orang barat mengenal dengan nama Alpharabius, Al Farabi, Farabi atau Abu Nasir. Al Farabi merupakan tokoh filsafat yang menjadi “Guru Kedua”, sebagaimana Aristoteles yang menjadi “Guru Pertama”.
- Al-Kindi
Al-Kindi lahir di Basra, Irak, pada tahun 801 M. Dia sangat terkenal di zaman Abbasiyah sebagai filsuf, matematikawan, dan ilmuwan. Ia dianggap sebagai “Bapak Ilmu Falak” (Astronomi) dan telah melakukan banyak hal untuk ilmu pengetahuan, termasuk sastra, teori musik, dan metafisika. Karyanya juga berdampak pada kemajuan ilmu pengetahuan di Barat.
Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Tentara mongol yang menyerang pusat Dinasti Abbasiyah menyebabkan semua pemukiman termasuk istana emas rata dengan tanah, selain itu Angkatan bersenjata Mongol juga menghancurkan perpustakaan yang menjadi salah satu fasilitas penyimpanan dan arsip segala informasi, menyisakan bangunan yang rata dengan tanah.
Sebagaimana sebuah kekuasaan pasti ada masanya, Khalifah Abbasiyah mengalami kemunduran disebabkan oleh dua factor, yaitu factor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah adanya ketimpangan kemampuan antara pemimpin/khalifah dengan Menteri.
Mereka memiliki Menteri-menteri yang kuat namun kualitas pemimpin yang dipilih lemah dan tidak berdaya sehingga tidak mampu mengontrol wilayah yang dipimpinnya dengan baik dan bijak, dan berdampak pada munculnya perselisihan dalam lingkup politik.
Sementara faktor eksternal yang menyebabkan mundurnya Dinasti Abbasiyah adalah adanya kejadian perang salib dan penyerangan yang dilakukan oleh bangsa Mongol. Hal ini mengakibatkan hancurnya kota Baghdad sebagai pusat kekuasaan sehingga menjadi tanda berakhirnya kekuasaan Dinasti Abbasiyah. [] Raffi Wizdaan Albari
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah