Almuhtada.org – Ikhlas merupakan sebuah kata dari Bahasa Arab yang bermakna “sungguh-sungguh” atau “dengan tulus”.
Menurut pendapat beberapa ulama, ikhlas didefinisikan sebagai ketulusan hati dalam beribadah kepada Allah Swt. tanpa mengharapkan pujian maupun penghargaan dari mahluk-Nya. Ikhlas sendiri sangat berpengaruh terhadap kehidupan seorang muslim, terutama kehidupan akhiratnya. Mengapa demikian ?
Seperti yang telah kita ketahui bersama, Allah Swt. tidak akan menerima amal seorang muslim, jika amal tersebut tidak dilakukan dengan ikhlas. Hal tersebut juga dijelaskan dalam sebuah hadist riwayat Abu Dawud dan Nasa’i yang berbunyi :
“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya” (H.R. Abu Dawud dan Nasa’i)
Berdasarkan penjelasan dan hadist di atas, dapat disimpulkan bahwasannya dalam menjalankan suatu amal harus disertai dengan niat yang ikhlas. Apabila dalam menjalankan suatu amal, namun tidak disertai dengan niat yang ikhlas, maka amal tersebut akan berakhir sia-sia.
Salah satu penyebab suatu amal ibadah seorang muslim menjadi sia-sia adalah riya. Menurut Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, riya merupakan sikap ingin dilihat oleh orang lain dengan mengharapkan apresiasi yang sepadan. Apabila dalam melakukan suatu amal ibadah maupun amal perbuatan lainnya, kita ingin dilihat serta disanjung oleh orang lain, maka amal ibadah dan amal perbuatan yang kita lakukan kala itu menjadi sia-sia.
Riya sendiri dapat menghapus seluruh amal yang telah kita perbuat, tidak peduli betapa banyak amal perbuatan maupun amal ibadah yang kita lakukan. Dengan kata lain, tidak peduli betapa banyak amalan baik yang kita kerjakan, tidak peduli betapa banyak harta benda yang kita sedekahkan, tidak peduli berapa banyak haji dan umroh yang telah kita tunaikan, itu semua akan berakhir sia-sia jika hati kita sudah ternoda dengan riya. Allah Swt. juga menjelaskan hal tersebut dalam firmannya dalam Q.S. Al-Kahfi ayat 103 – 104 yang berbunyi :
“Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya”. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (Q.S. Al-Kahfi : 103-104)
Berdasarkan Q.S. Al-Kahfi ayat 103-104 di atas, Allah Swt. menggolongkan orang-orang yang tidak sadar bahwa segala amal perbuatan dan amal ibadah yang mereka lakukan ketika hidup di dunia menjadi sia-sia sebagai golongan orang-orang yang paling merugi perbuatannya.
Maka dari itu, hendaknya kita berusaha untuk menanamkan niat yang ikhlas dengan tujuan mengharap ridha dari Allah Swt. dalam mengerjakan suatu amal iabadah maupun amal perbuatan. Semoga segala amal ibadah serta amal perbuatan yang telah kita usahakan ketika kita hidup di dunia diterima di sisi Allah Swt. serta semoga kita terhindar dari golongan orang-orang yang paling merugi perbuatannya.
Cukup sekian artikel yang dapat saya tulis, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan maupun kekurangan yang terdapat pada karya tulis ini. Saya berharap agar artikel yang saya tulis menjadi bermanfaat bagi para pembacanya.[] Muhammad Khoirul Anwar
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah