Indahnya Ikhlas dalam Beribadah

Ikhlas Beribadah
Gambar Ilustrasi Ikhlas Beribadah (Freepik.com - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Istilah ikhlas termasuk salah satu istilah yang sangat dekat dengan kita. Akan tetapi, sudahkah kita menghayati istilah tersebut dengan sebenarnya? Firman Allah dalam Q.S Al An’am: 162-163

قُلۡ اِنَّ صَلَاتِىۡ وَنُسُكِىۡ وَ مَحۡيَاىَ وَمَمَاتِىۡ لِلّٰهِ رَبِّ الۡعٰلَمِيۡنَۙ

لَا شَرِيۡكَ لَهٗ‌ۚ وَبِذٰلِكَ اُمِرۡتُ وَاَنَا اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِيۡنَ

Artinya : Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).”

Secara keseluruhan, Surah Al An’am berisi tentang hukum, keimanan dan kisah-kisah. Sedangkan Surah Al An’am ayat 162-163 ini berisi tentang kewajiban manusia untuk beribadah secara ikhlas. Ikhlas berarti melakukan ibadah kepada Allah semata-mata untuk mencari ridhonya dan tidak bercampur dengan hal-hal lain yang dapat merusak nilai ibadah itu sendiri.

Secara garis besar kandungan ayat ini berisi tentang pernyataan komitmen manusia dengan Allah SAW untuk berkeyakinan bahwa shalatnya, hidupnya, dan matinya hanyalah semata mata untuk Allah SWT dan bentuk perintah Allah kepada umat manusia untuk ikhlas dalam berkeyakinan, beramal, beribdaha dan menjadi orang yang berserah diri kepada-Nya.

Diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan shalat malam hingga kakinya bengkak-bengkak. Melihat hal tersebut Aisyah r.a bertanya kepada beliau “ Wahai Rasulullah kenapa engkau melakukan ini padahal Allah SAW telah mengampuni dosamu yang telah berlaku dan yang akan datang? Lalu beliau menjawab “Apakah aku tidak suka jika menjadi hamba yang bersyukur?”.

Baca Juga:  Makna Keikhlasan dan Cara Melatihnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Masyaallah, Rasulullah SAW merupakan teladan bagi umat islam. Beliau melaksanakan ibadah sedemikian itu bukanlah untuk mengharap pujian akan tetapi atas dasar ikhlas hanya untuk mencari ridho Allah SWT sekaligus sebagai bentuk rasa bersyukur beliau kepada Allah SWT.

Menurut pengarang kitab Manazilus-Sa’irin, ikhlas itu ada tiga derajat yakni:

  1. Tidak melihat amal sebagai amal, tidak mencari imbalan dari amal dan tidak puas terhadap amal
  2. Malu terhadap amal sambil tetap berusaha, artinya merasa amal tersebut belum layak dilakukan karena Allah SAWT akan tetapi amal tersebut selalu diupayakan
  3. Memurnikan amal, maksudnya adalah melakukan amal berdasarkan ilmu agama

Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya, lalu apakah ada sikap yang harus dibiasakan sebagai bentuk penghayatan ikhlas dalam beribadah? Tentu saja. Terdapat beberapa sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai bentuk penghayatan ikhlas dalam beribadah diantaranya:

  1. Beribadah kepada Allah SWT secara ikhlas, menghindari riya’ dan syirik
  2. Ikhlas dalam beramal dengan mengharap ridho Allah SWT
  3. Senantiasa melaksanakan amal shaleh
  4. Tidak mengingat amal baik yang telah dilakukan, sebab seringkali menimbulkan kemalasan dalam beribadah
  5. Selalu bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan. [] Khariztma Nuril Qolbi Barlanti

Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah

Related Posts

Latest Post