Almuhtada.org – Sebagai seorang murid sudah seharusnya kita mempunyai prasangka baik terhadap guru. Hal-hal yang dilakukan oleh seorang guru tentu ada alasan dan dasar ilmu yang telah dikuasainya. Mereka tidak mungkin mengajarkan atau menerapkan suatu hal yang belum ada dasarannya.
Ketika menemui sesuatu yang janggal yang dilakukan oleh guru kita, jangan sampai langsung menghakimi dan berburuk sangka bahwasanya apa yang dilakukan oleh guru kita itu salah. Padahal kita belum mengetahui seluk beluk terkait latar belakang dari apa yang dilakukan oleh guru kita.
Ada sebuah kisah yang diceritakan oleh salah satu guru di Al-anwar 2 Sarang, bahwasanya ada seorang santri, yaitu santri dari Habib Muhammad Maulad Dawilah (ulama dan auliya’ dari Hadramaut) yang ahli fiqih.
Suatu hari Sayid Muhammad Dawilah telah mengkhatamkan satu kitab dan mengajak santri-santrinya untuk jalan-jalan. Di pertengahan jalan, beliau menemukan seekor unta, ditangkap dan disembelihlah unta tersebut oleh beliau. Lalu beliau mengajak santri-santrinya untuk makan bersama.
Murid yang ahli fiqih tersebut membatin dalam hati “Katanya habib dan wali, unta siapa ko dimakan?”.
Habib Muhammad Maulad Dawilah mengetahui isi fikiran santri tersebut dan mengajaknya untuk makan bersama, namun santri tersebut menolaknya dengan beralasan masih kenyang. “Subhat ko dimakan?” batinnya lagi.
Kemudian, ia memutuskan untuk beristirahat. Setelah beberapa menit berlalu, ada seseorang bertanya kepadanya “Apakah kamu melihat seekor unta?” Tanya seseorang tersebut.
Saat itu juga ia ingat unta yang dimakan oleh Sayid Muhammad dan teman-temannya. Lalu iapun bertanya kepada seseorang tersebut dan menyebutkan ciri-ciri unta yang dimakan oleh Sayid Muhammad. Seseorang tersebut menjawab “iya, benar sekali. Itu unta saya”.
“Wah, habislah kamu, untamu telah dimakan oleh sayid Muhammad.” Ujar ahli fiqih tersebut.
“Alhamdulillah” Ucap seseorang tadi.
Mendengar jawaban dari seseorang tersebut sang ahli fiqih terheran-heran dan bertanya “Loh, ko malah bersyukur?”.
“Sebenarnya unta itu sudah mau saya kasihkan kepada habib Muhammad Maulad Dawiyah satu bulan yang lalu, tetapi untanya lepas. Jadi, alhamdulillah jika sudah ada di beliau saya tidak perlu mencarinya lagi”.
Dari cerita di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwasanya sejanggal apapun perilaku guru atau seseorang yang dekat dengan Allah Swt. janganlah suudzon terhadap perilaku tersebut, karena kita tidak mengetaui latar belakang dari apa yang dilakukan. Sedangkan dia mengetahui dan mempunyai dasar dan ilmunya.
Seperti syair yang dituliskan oleh Imam Abdullah ibn Alawi Al-Hadad
وسلم لأهل الله في كل مشكل لديك لديهم واضح بالأدلة
Artinya: “Jangan mengkritik setiap kejanggalan yang engkau jumpai, dari orang-orang yang dekat kepada Allah Swt. sebab beliau mempunyai dasar ilmu. [] Nayla Syarifa
Editor : Moh. Aminudin