Almuhtada.org – Dalam kehidupan sehari-hari,kita sebagai seorang hamba sering kali merasa kecewa terhadap takdir yang telah allah tetapkan,khawatir akan bagaimana kondisi kehidupan atau masa depan kita dihari esok,serta terkadang kita juga marah kepada allah akan suatu musibah yang menimpa kita.
Sebagai seorang hamba,kita juga sering sekali berburuk sangka kecewa dengan takdir yang telah allah gariskan kepada kita,sering kali kita sebagai hamba memiliki rasa hasud,iri,dengki terhadap takdir orang lain,sehingga sering kai kita cepat menyimpulkan bahwa allah tidak adil dengan kita,allah itu pilih kasih,dan prasangka buruk lainnya.
Padahal,apabila kita cermati dalam Al-Qur’an, Surah Al-Hujurat ayat 12 Allah berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.”Ayat ini jelas mengingatkan kita bahwa prasangka buruk bukan hanya merugikan diri kita, tetapi juga bisa mengganggu hubungan kita dengan sesama manusia dan dengan Allah.
Ketika kita mulai berprasangka buruk kepada allah, makanya keyakinna kita,serta keimanan kita terhadap allah patut untuk dipertanyakan,sebab sebenarnaya kita sedanf mengabaikan kebesaran dan kebijaksanaan Allah.
Prasangka buruk sering kali muncul ketika kita hanya melihat dunia dengan mata yang sempit, seringkali kita terfokus pada apa yang tampak di permukaan tanpa mengetahui hikmah yang ada di baliknya. Allah mengajarkan kita untuk selalu berprasangka baik.
Dengan berprasangka baik, kita bisa melihat hidup dengan perspektif yang lebih luas, yaitu bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana terbaik-Nya. Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Jika kita selalu berprasangka baik kepada-Nya, maka Allah akan memperlihatkan kebaikan-Nya dalam hidup kita, bahkan dalam keadaan yang sulit sekalipun.
Misalnya, ketika kita menghadapi ujian hidup yang berat, seperti kehilangan pekerjaan, sakit, atau masalah lainnya,seringkali kita merasa sangat terpuruk dan mulai meragukan takdir-Nya. Namun, Allah selalu mengingatkan kita bahwa setiap ujian adalah cara Allah untuk menguji kesabaran dan keteguhan iman kita.
Allah tidak akan memberikan ujian yang melebihi kemampuan hamba-Nya. Karana sesungguhnya Dalam setiap kesulitan, pasti ada pelajaran yang bisa kita ambil, bahkan mungkin ada jalan yang lebih baik yang sedang dipersiapkan oleh Allah untuk kita.
Berprasangka baik kepada segala ketetapannya berarti kita tidak mudah menyalahkan takdir atau merasa kecewa dengan apa yang sudah terjadi. Ketika kita berprasangka buruk, kita akan selalu merasa tertekan, kecewa, dan bahkan marah. Tetapi ketika kita berprasangka baik, kita akan merasa lebih tenang, lebih sabar, dan lebih ikhlas dalam menghadapi hidup.
Prasangka baik kepada Allah adalah bentuk keimanan kita. Allah mengajarkan kita untuk selalu yakin bahwa setiap peristiwa dalam hidup kita adalah bagian dari takdir yang telah ditentukan dengan penuh kasih sayang.
Terkadang, apa yang kita inginkan mungkin tidak sesuai dengan apa yang Allah berikan, tetapi yakinlah bahwa Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita. Allah mengetahui apa yang terbaik bagi kita, bahkan sebelum kita mengetahuinya.
Maka, mari kita mulai hari-hari kita dengan berprasangka baik kepada Allah. Cobalah untuk melihat segala sesuatu dengan positif, meskipun terkadang itu terasa sulit. Jika kita berprasangka baik, hati kita akan lebih lapang, pikiran kita akan lebih tenang, dan hidup kita akan lebih penuh dengan keberkahan.
Ingatlah bahwa Allah selalu mendengar doa kita dan memberikan yang terbaik, meskipun tidak selalu sesuai dengan yang kita harapkan.
Dengan berprasangka baik, kita akan lebih mudah menerima kenyataan, lebih sabar dalam menghadapi ujian, dan lebih ikhlas dalam menjalani takdir-Nya. Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya, jadi percayalah, segala yang terjadi dalam hidup kita adalah bagian dari kasih sayang-Nya yang tak terbatas. Jangan pernah biarkan prasangka buruk menguasai hati kita. Sebaliknya, percayalah bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita adalah bagian dari rencana terbaik Allah. [] Juliana Setefani