Almuhtada.org – Sebagai seorang muslim beriman, sudah sepatutnya kita untuk senantiasa taat kepada Sang Pencipta, Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.
Maksud taat di sini adalah mengerjakan segala sesuatu yang menjadi perintah-Nya serta menjauhi apa-apa yang telah dilarang-Nya.
Lebih jauh lagi, taat tidak hanya sebatas perintah dan larangan semata, tetapi juga tentang kepatuhan dan kerelaan hati untuk menerima qadha dan qadar Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.
Qadha dan qadar telah ditetapkan oleh Allah Subhanallahu Wa Ta’ala terhadap kehidupan seluruh makhluk-Nya yang ada di alam semesta ini.
Untuk itu, setiap muslim harus mengimani dan menerima qadha dan qadar Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yang telah digariskan kepadanya, entah itu baik maupun buruk.
Ada ancaman berat bagi siapa saja yang mengingkari qadha dan qadar-Nya.
Dalam sebuah hadis qudsi, Nabi Muhammad bersabda, “وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {أَوْحَى اللهُ تَعَالَى إِلَى مُوسَى بْنِ عِمْرَانَ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ يَا مُوْسَى مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَائِيْ وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلَائِيْ وَلَمْ يَشْكُرْ نَعْمَائِيْ فَلْيَخْرُجْ مِنْ بَيْنِ أَرْضِيْ وَسَمَائِيْ وَلْيَطْلُبْ لَهُ رَبًّا سِوَائِيْ
Dari hadis tersebut, dapat kita ketahui bahwa terdapat tiga ciri-ciri orang yang diancam Allah Subhanallahu Wa Ta’ala untuk diusir dari muka bumi ini.
Pertama, orang yang tidak rida terhadap ketetapan Allah. Apapun keadaan dan kondisi hidup yang dijalani, seorang muslim haruslah menerimanya dengan lapang dada.
Namun, terkadang ada beberapa orang yang di dalam hatinya terbesit rasa muak, marah, dan kecewa dengan hidupnya selama ini.
Ia merasa dirinya merupakan manusia paling sial, hina, dan tidak beruntung sehingga ujung-ujungnya menyalahkan ketetapan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yang dianggap tidak adil.
Kedua adalah orang yang tidak sabar atas cobaan yang menimpanya.
Setiap manusia pastinya pernah ditimpa ujian dan cobaan dalam hidupnya. Namun, beberapa orang menganggap cobaan yang dihadapinya terlampau berat baginya.
Ia merasa cobaannya tak kunjung selesai yang membuat hidupnya berantakan. Lama-kelamaan kesabarannya semakin terkikis dan pada akhirnya menyalahkan takdir Tuhan.
Ketiga yaitu orang yang tidak bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan kepadanya. Pastinya, setiap orang pernah mendapatkan rezeki, baik yang sifatnya materiil maupun non materiil.
Rasa syukur kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala menjadi ungkapan yang selayaknya diucapkan atas nikmat tersebut.
Namun, tidak sedikit yang merasa bahwa semuanya itu adalah hasil jerih payahnya sendiri.
Kufur nikmat semakin membekas di hati sehingga lupa jika semua kenikmatan itu merupakan pemberian Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.
Ketiga ciri-ciri di atas diancam Allah Subhanallahu Wa Ta’ala untuk pergi dari bumi dan langitnya. Bahkan orang-orang tersebut disuruh untuk mencari Tuhan yang lain.
Padahal Allah Subhanallahu Wa Ta’ala adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan alam semesta ini merupakan ciptaan-Nya.
Mau tidak mau, kita harus patuh dan tunduk atas segala ketetapan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, jika masih ingin tetap tinggal di bumi.
Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam pernah menyebutkan tiga ciri-ciri orang yang benar-benar beriman.
Ketiga ciri tersebut yaitu sabar atas cobaan hidup, syukur atas nikmat (rezeki), dan rida atas ketetapan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.
Oleh karena itu, kita sebagai seorang muslim yang beriman harus menerapkan tiga hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari agar hidup penuh dengan kebahagiaan dan keberkahan. [] M.Khollaqul Alim
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah