Almuhtada.org – Ada banyak aliran dalam Islam dan tentunya tidak semua aliran perlu untuk diyakini. Namun, tidak ada salahnya untuk mengetahui aliran-aliran yang ada dalam Islam sebagai bentuk kewaspadaan akan kesesatan pemikiran. Kali ini, akan dibahas aliran Jabariyah yang merupakan salah satu aliran yang tertua.
Definisi Jabariyah
Secara bahasa, Jabariyah berasal dari kata jabara atau jabr yang berarti memaksa atau paksaan. Sedangkan secara istilah, Jabariyah diartikan sebagai paham yang berpandangan bahwa segala perbuatan yang dilakukan oleh manusia adalah kehendak Tuhan atau telah ditentukan oleh Qada dan Qadar Tuhan serta manusia tidak memiliki peran di dalamnya dan secara terpaksa mengikuti kehendak-Nya.
Ada juga yang berpendapat dengan menganalogikan manusia sebagai wayang yang dimanikan oleh dalang yaitu Tuhan. Pendapat ini mengatakan bahwa manusia hanyalah wayang dalam pentas yang dimainkan oleh dalangnya yaitu Tuhan dan wayang tidak memiliki kehendak apa pun selain yang ditentukan oleh sang dalang.
Jabariyah juga sering disebut fatalism dan Jahmiyah (dinisbahkan kepada tokoh dari aliran ini yaitu Jahm bin Safwan)
Sejarah Aliran Jabariyah
Pemikiran Jabariyah ini dikatakan telah ada sejak zaman sahabat Nabi dan Bani Umayyah. Namun, dalam sejarahnya, aliran ini diperkenalkan pertama kali oleh Ja’ad bin Dirham di Damaskus. Dan kemudian, aliran ini ditonjolkan oleh Jahm bin Safwan (dapat dikatakan sebagai murid dari ja’ad bin Dirham) di Khurasan, Persia.
Dalam buku “Sejarah Peradaban Islam” oleh Rizem Aizid dikatakan kemunculan Aliran jabariyah didasarkan oleh dua factor, yaitu faktor politik (yang bermain disini adalah politik dari Bani Umayyah) dan faktor geografi (dari bangsa Arab)
Faktor yang pertama yaitu faktor politik, aliran dan pemikiran Jabariyah diperkenalkan dan dikemukakan saat masa pemerintahan Bani Umayyah. Kala itu, beberapa petinggi yang berkuasa menerima aliran Jabariyah dan berusaha menanamkan ajaran-ajaran Jabariyah kepada rakyatnya.
Hal itu dilakukan sebagai dalih bahwa kekuasaan Mu’awiyah saat itu merupakan takdir Allah dan ia tidak ada andil di dalamnya. Selain itu, para petinggi lain juga menamakan kejahatan yang dilakukan sebagai takdir yang sudah ditentukan Qada dan Qadar nya oleh Allah Swt.
Faktor kedua, faktor geografi yang dikaji dengan pendekatan geokultural dari bangsa Arab. Yaitu keadaan bangsa Arab yang dikelilingi oleh gurun Sahara yang ganas menyebabkan bangsa Arab merasa lemah dan mulai pasrah terhadap alam, bahkan bergantung pada kehendak alam. Pemikiran seperti itulah yang mulai mengarahkan kepada paham fatalism atau Jabariyah.
Ajaran atau Pendapat Aliran Jabariyah
Sebenarnya beberapa sumber menyebutkan bahwa aliran Jabariyah terbagi menjadi dua yaitu Jabariyah Ekstrem dan Moderat. Tokoh dari paham ekstrem yaitu Ja’ad bin Dirham dan Jahm bin Safwan. Sedangkan, tokoh dari paham moderat yaitu Husain bin Muhammad An-Najjar dan Dhirar bin Amr.
Namun, jika dilihat dari ajaran dan pendapatnya, paham moderat dapat dibilang melenceng dari intisari dan definisi Jabariyah itu sendiri. Oleh karena itu, ajaran dan pendapatnya hanya akan disajikan dalam satu kelompok. Beberapa ajaran dan pendapat aliran Jabariyah yaitu,
- Manusia tidak mempunyai kebebasan dan kekuasaan apa pun, semua yang manusia lakukan (perbuatan baik dan buruk) Allah Swt. yang menentukannya dan manusia tidak ada andil di dalamnya.
- Surga dan neraka tidak kekal karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah Swt.
- Allah Swt. tidak dapat dilihat di akhirat dengan indera mata.
- Allah Swt. tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluknya.
- Al-Qur’an merupakan makhluk bukan kalamullah
Penulis tidak ingin menyesatkan pembaca dengan adanya artikel ini, tapi hanya ingin menginformasikan sedikit tentang aliran dalam Islam yang harapannya dapat membuat pembaca lebih waspada. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa mungkin masih ada orang yang berpaham Jabariyah di luar sana. [] Abian Hilmi Hidayat
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah