Almuhtada.org – Imam Abu Darda’ dikenal sebagai ahli zuhud yang sama sekali tidak terpengaruh dengan kehidupan duniawi yang fana.
Imam Abu Darda’ selalu haus dengan ibadah, ketika malam selalu melaksanakan ibadah tahajud dan di siang hari senantiasa melasanakan ibdaha puasa.
Beliau juga terkenal sebagai sosok yang adil, jujur dan bijaksana, yang kemudian membuatnya menjadi hakim di pengadilan Syam. Karena kepiawaiannya sebagai hakim, Rasulullah menyebutnya sebagai Ahli Hikmah atau ahli bijak.
Nama lengkap beliau adalah umaimir bin Malik bin qayyiz bin Umayyah Al Ansori Al kasroji namun ia dikenal dengan nama Abu Darda’.
Abu Darda’ awalnya merupakan seorang musyrikin yang menyembah berhala. Keislamannya bermula ketika datang seorang sahabat yang sudah dulu masuk Islam yaitu Abdullah bin rawahah berkunjung ke rumahnya.
Tanpa sepengetahuan Abu Darda’ yang ketika itu masih di luar dan sibuk dengan dagang Abdullah masuk ke kamar tempat berhala tersebut dipajang lalu Abdullah bin rowahah mengambil kapak dan menghancurkan berhala tersebut
Mendapati berhalanya telah dihancurkan oleh Abdullah bin rawahah abu darda’ marah besar, namun di penghujung marahnya itu tersadar dan timbullah pertanyaan seandainya berhala itu Tuhan. mengapa dia tidak melawan membela dirinya?
Ketika pertanyaan ini muncul lalu datanglah hidayah dari Allah subhanahu wa ta’ala untuk hamba yang berfikir
Lalu abu darda’ mencari Abdullah bin rawahah bukan untuk meminta pertanggungjawaban atas hancurnya berhala sesembahannya akan tetapi berniat untuk masuk agama Islam.
Setelah bertemu, Abdullah bin rawahah mengajak abu darda’ untuk menjumpai nabi Muhammad SAW kemudian masuklah Islam abu darda’ di hadapan nabi Muhammad SAW
Setelah ia menjadi muslim kehidupannya berubah total dengan meninggalkan profesinya sebagai pedagang
Abu darda’ khawatir berdagang membuat dirinya lalai dari dzikir mengingat Allah SWT, nabi mempersaudarakannya dengan Salman Al farisi.
Kecintaannya terhadap Allah SWT membuatnya menjadi orang yang sangat zuhud sehingga istrinya terlantar dan tidak terpenuhi beberapa kebutuhannya.
Abu darda’ menghiasi malamnya dengan salat sedangkan di siang hari ia menghabiskan untuk berpuasa
Pada suatu hari Salman Al Faris berkunjung ke rumah abu darda dan mendapati istri abu darda berpakaian yang sangat lusuh lalu Salman Al Farisi bertanya ” wahai Ummu darda’, kenapa engkau berpakaian seperti itu?”
Lalu istri abu darda’ menjawab “Saudaramu ini tidak suka dengan kesenangan duniawi, iya bangun malam untuk tahajud sementara di siang harinya ia berpuasa”
Tatkala abu darda’ datang dan mempersilahkan Salman Al farisi untuk duduk dan mencicipi hidangan yang disuguhkan, Salman Al farisi menolak untuk makan kecuali abu darda’ ikut makan bersama,abu darda menjawab “aku sedang berpuasa ”
“Berbukalah” kata Salman Al farisi lalu abu darda: menuruti Salman, pada malam harinya ketika abu darda’ ingin salat Salman berkata “tidurlah!”
Lalu abu darda’ mengikutinya hingga di penghujung malam Salman membangunkannya untuk melakukan salat tahajud.
Setelah selesai salat Salman berkata “Wahai abu darda sesungguhnya tuhanmu memiliki hak atas dirimu, badanmu mempunyai hak atas dirimu dan keluargamu juga memiliki hak atas dirimu, maka tunaikanlah hak mereka”
Walaupun ia termasuk sahabat yang lahir dalam masuk Islam,tentapi keimanannya setelah masuk Islam tidak diragukan lagi.
“Aku harus mengejar ketinggalan ku” ucap abu darda suatu ketika.
Benar saja ia mencurahkan semua perihal perhatiannya untuk mempelajari Islam lebih dalam menghafal dan mengkaji Alquran siang dan malam.
Ketika urusan dagangnya mengganggu untuk menghadiri majelis ilmu,maka tanpa ragu ia memutuskan untuk meninggalkan dunia dagang.
Dalam tempo yang singkat ia sudah setara keilmuannya dengan sahabat yang lebih dulu masuk Islam.
Banyak sahabatnya terjangum-kagum agar kegigihan abu darda mengejar akhirat kemudian ia menjadi seorang ahli fiqih ahli hikmah filosof dan juga diplomasi.
Pada zaman Umar bin Khattab abu darda ditugaskan jabatan penting di suatu wilayah namun tanpa ragu ia menolaknya ia lebih memilih menjadi pengajar di wilayah itu bukan sebagai pejabat penting .
Barulah pada zaman Khalifah Usman bin Affan abu darda’ menjadi hakim di Syam sebagai pejabat ia sama sekali tidak tergoda dengan gemerlap dunia dan menjadi sosok pembuat keadilan teladan akan kejujuran dan ulama yang berilmu.
Beliau wafat pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan sepanjang hidupnya ia telah meriwayatkan sebanyak 179 hadis dari nabi salah satu hadis riwayatnya yang termasuk adalah
” Jadikanlah aku disenangi di kalangan orang-orang lemah, sesungguhnya kalian meraih kemenangan dan rezeki karena bantuan orang-orang lemah diantara kalian”. [] Juliana Setefani Usaini
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah