Adab dalam Menuntut Ilmu dan Keutamaanya dalam Islam

Adab Menuntut Ilmu
Adab menuntut ilmu dalam islam (Dok. Pribadi - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Ilmu merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jika hidup kita ini tidak dilandasi dengan ilmu, bisa saja kita salah dalam melangkah.

Di agama Islam pun sudah ditegaskan beberapa kali baik dalam AL Qur’an maupun Hadist tentang pentingnya berilmu.

Namun, menuntut ilmu tidaklah sama dengan mencari rumput di ladang, terkumpul kemudian dibawa pulang. Seorang penuntut ilmu harus mengikuti  tata cara dan aturan tersendiri.

Banyak kitab-kitab karya ulama’ besar yang membahas tentang adab dalam menuntut ilmu, karena memang ini hal yang cukup penting untuk dibahas.

Al-Imam Fakhruddin ar-Razi, dalam kitabnya Tafsir al-Fakhru ar-Razi memiliki kajian  yang cukup menarik dalam menafsirkan surah al-Kahfi ayat 66 yang menceritakan tentngg Nabi Musa sebelum berguru kepada Nabi Khidir ‘alaihima as-salam.

Dari firman Allah subhanahu wa ta’ala yang berbunyi:   قَالَ لَهُ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰ أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا   Artinya: Musa berkata kepadanya (Khidir), “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu sebagai petunjuk?”

Dari tafsir ini, imam Ar Raxi membuat kesimpulan bahwasanya ada beberapa adab yang harus dimiliki oleh seorang murid dalam menuntut ilmu diantaranya sebagai berikut:

Memiliki Sikap Tawadlu Kepada Guru

Ketika kita mau menimba ilmu kepada seseorang, sudah seharusnya kita memiliki sikap tawadlu atau rendah hati kepada guru.

Baca Juga:  Umat Muslim Minimal Hafalkan 5 Surah Ini Sebelum Meninggal!

Seorang murid sebelum menimba ilmu dari gurunya dianjurkan untuk meminta izin terlebih  dahulu dan berikrar untuk sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan juga mengabdi kepada sang guru.  Karena ini merupakan salah satu adab yang sangat mulia dan harus dimiliki oleh setiap murid.

Dan melalui kalimat أتّبعك ar-Razi juga menyimpulkan bahwa dalam menuntut ilmu seorang murid harus ikut kepada gurunya secara kafah, tanpa syarat dan ketentuan apa pun. Terbukti saat prosesi permintaan izin untuk ikut dengan Nabi Khidir, Nabi Musa tidak menyertakan syarat apa pun.

Menyatakan diri Kalau Belum Tahu Apa-Apa

Maksud dari belum tahu apa-apa bukan berarti ini merendahkan diri kita sendiri, tapi sebagai bentuk sikap  rendah hati terhadap guru. Sebagai murid kita tidak boleh memiliki sikap sombong, angkuh, atau  merasa sudah banyak ilmu yang kita miliki.

Namun, kita harus menanamkan prinsip bahwa ilmu atau pengetahuan yang kita miliki ini masih dangkal dan perlu diupgrede ke tingkat yang lebih tinggi.

Tidak Boleh Menuntut  Banyak Hal  dari Guru

Sebagai seorang murid kita dianjurkan untuk tidak menuntut atau meminta banyak dari sang guru. Misalnya meminta ilmu atau semua isi yang ada dikepala sang guru ini ditransfer semua, pokoknya nggak mau pulang sebelum isi kepala pindah semua ke kita.

Jangan sampai memaksa punya keinginan untuk melebihi  kealiman dari sang guru. Meskipun demikian seorang guru yang profesional sudah pasti memiliki keinginan dan cita-cita agar murid atau santrinya memiliki tingkat kealiman melebihi  mereka.

Baca Juga:  Gambaran Kondisi Politik Bangsa Arab Sebelum Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Mengakui Semua Ilmu datangnya dari Allah

Sebagai seorang murid kita harus paham betul bahwasanya setiap ilmu yang kita punya pada dasarnya milik Allah SWT. Begitupun ilmu yang dimiliki oleh guru kita, beliau-beliau ini hanya sebagai perantara untuk menyampaikan ilmu dari Allah kepada kita.

Hal ini sejalan dengan apa yang ditafsirkan oleh imam Ar-Razi yang mengatakan bahawasanya Nabi musa meminta nabi Khidir untuk mengajarkan sebagian ilmu yang diajarkan Allah kepadanya.

Meminta Petunjuk dan Bimbingan kepada Guru

Guru bukan hanya sebagai agen transfer of knowladge, tapi juga sebagai orang yang berhak untuk mengarahkan kita, memberikan nasihat-nasihat kehidupan yang baik. Murid tidak hanya meminta ilmu kepada gurunya melainkan juga memohon petunjuk, nasihat dan arahan ke jalan yang benar.

Menata Niat dengan Baik
Adab menuntut ilmu yang terakhir adalah menata niat dengan sebenar-benarnya. Sebagai murid kita harus mampu memperbaiki niat dan tujuan awal dalam menuntut ilmu. Jangan sampai niat kita dalam menuntut ilmu ternodai dengan keinginan-keinginan duniawi, seperti ingin mendapatkan pekerjaan, jabatan dan lain sebagainya. [] Ridwan

Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah

Related Posts

Latest Post