Almuhtada.org – Allah telah menanggung dan mengatur segala rezeki yang dilimpahkan kepada makhluk-Nya. Namun banyak sekali manusia yang salah menafsirkan rezeki tersebut. Di antara mereka ada yang mengira bentuk rezeki yaitu seperti mudah mencari makan.
Selanjutnya, bagi orang yang telah tercukupi kemudahan mendapatkan makanan, biasanya sifatnya akan lebih tamak lagi yaitu seperti harus mempunyai motor, mobil, dan lain sebagainya.
Tafsiran itu merupakan sebuah pemahaman yang keliru bagi orang-orang yang tidak bisa menerima dan mengelola rezeki dengan baik. Contoh lainnya misalkan Anda mempunyai selera makan yang tinggi dan berlokasi di Malioboro.
Kemudian Anda menganggap sebuah nikmat jika telah makan makanan itu sesuai yang direncanakan. Namun, di sisi lain akan merasa kecewa dan rugi apabila terjadi hal-hal yang tidak sesuai rencana seperti warungnya tutup, uang hilang, ataupun terjadi kecelakaan di jalan.
Bahayanya, orang yang terlanjur kecewa menyebabkan orang itu sulit berterima kasih dan bersyukur. Ketika sudah sulit bersyukur Allah pun murka dan bisa mendapatkan azab-Nya di akhirat kelak.
Manusia sering melupakan hikmah di balik sebuah ketidaksesuaian di setiap kejadian. Misalnya, Anda merasakan enaknya ikan gurame dan itu disebabkan normalnya fungsi dari lidah. Jika Anda mampu menganggap lidah normal itu sudah menjadi bagian dari nikmat tertinggi berdasarkan kejadian tersebut, maka Anda telah berhasil mengelola rasa syukur Anda dengan baik. Bukan fokus pada apa yang dimakan, tapi fokus ke normalnya keadaan dari tubuh kita.
Sehatnya keadaan jasad atau tubuh kita misalnya seperti sehatnya jantung, tangan, ataupun kaki kita merupakan suatu nikmat yang spektakuler, karena banyak juga diperlihatkan banyaknya biaya yang diperlukan artis-artis itu dalam mengobati penyakit mereka.
Maka dari itu, alangkah bodohnya sebagai manusia jika nikmat sehatnya tubuh dalam diri kita yang seringkali tidak dipikirkan hanya karena begantung pada ada atau tidak ada menu makanan yang diharapkan dan enak atau tidak enaknya suatu makanan.
Dapat dilihat besarnya perbandingan yang ada dari nikmat sehatnya lidah dan alat pencernaan lainnya dibandingkan nikmat enaknya makan gurame. Melalui pemikiran tersebut, kita akan jadi lebih bisa tenang dan tidak kecewa misalkan memakan suatu makanan apapun meski tidak sesuai dengan makanan-makanan yang sedang diinginkan. Setinggi apapun gelar atau profesi yang dimiliki tidak ada harganya apabila masih saja mempermasalahkan hal sepele misalnya seperti kecewa hanya tidak bisa memakan ikan lele.
Dengan memikirkan nikmat itu dimulai dari kondisi fisik kita, maka kebahagiaan kita tidak tergantung pada hal-hal remeh yang sering muncul di kehidupan sehari-hari. Ciri orang mukmin itu jika setiap bisa bersyukur maka syukurnya tidak bergantung pada asumsi, khayal, maupun nafsu. Seorang mukmin akan dijauhkan dari rasa kecewa karena hilangnya rasa tamak dan tidak merasa cukup.
Ciri-ciri orang yang pandai yakni orang itu bisa menerima keadaan dan berpandangan luas. Terlalu banyak selera yang dimiliki membuat hati kita tidak pernah merasa cukup. Hal demikian dapat menyebabkan bertambahnya masalah yang dimiliki dan berpotensi menjadikan tambah sulit bersyukur.
Demikianlah penjelasan sedikit tentang bagaimana cara kita mempunyai sudut pandang yang baik dalam menyikapi suatu hal melalui bersyukur. Dengan bersyukur, didapatlah kedamaian dalam menjalani segala aktivitas yang ada di kehidupan kita. Apapun masalah yang dihadapi, ataupun bagaimana harapan-harapan kita banyak yang tidak terwujud, setidaknya kita akan merasa terbantu dan lega jika mampu menerapkan rasa syukur di kehidupan sehari-hari.
Semoga Anda dapat menjadi orang yang memiliki sikap yang baik dalam menghadapi persoalan hidup. Percayalah Allah akan selalu ada dalam kegiatan kita. [] Syukron Ma’mun
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah