Kisah Umi Salamah Wanita Setia yang Dipersunting Nabi

Umi Salamah
Gambar ilustrasi kisah Umi Salamah istri Nabi (Freepik.com - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Umi Salamah merupakan wanita yang memiliki pribadi setia dan sangat mencintai suaminya. Karena itu di manapun berada Umi Salamah selalu menceritakan tentang kebaikan suaminya. Pernah suatu kali Umi Salamah bercakap dengan suaminya:

“Bila istri yang ditinggal syahid sang suami tidak menikah lagi. Maka kelak, Allah akan mengumpulkannya kembali di Surga. Itulah yang akan aku lakukan, apakah kamu akan melakukan hal yang sama?”

Abu Salamah menjawab, “Jangan, seperti itu, menikahlah! sepeninggalku nanti aku mendoakanmu agar mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dariku, yang tak akan pernah membuatmu sedih, apalagi menyakitimu.”

Abdullah Abi Salamah merupakan saudara sepersusuan Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam. Dari ibu susu budak perempuan Abu Lahab yang bernama Tsuwaibah. Dalam sebuah riwayat Nabi pernah ditanya:

“Wahai Rasul, kenapa engkau tidak menikahi Durroh?” (Durroh: Adik dari Salamah)

“Mana mungkin? Selain ia adalah anak tiriku, ia juga anak dari saudara sepersusuanku, Abi Salamah.” jawab Nabi.

Peristiwa Hijrah Nabi

Peristiwa Hijrah ke Madinah menjadi peristiwa yang amat berat. Karena tak bisa mengikuti perintah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan harus berpisah dengan suami yang begitu dicintainya. Hal ini dikarenakan pihak keluarga Umi Salamah melarang dirinya. Berhari-hari ia selalu menangis.

Tekad untuk ikut hijrah sudah tak terbendung, dengan bekal seadanya dan bahaya yang mengancam perjalanan 455 km. Makkah-Madinah, tak dihiraukannya.

Baca Juga:  The Story of the Prophet's Friend Who Was Ugly But Was Fought Over by Angels

Ia menyusul rombongan Nabi, sendirian. Di tengah perjalanan, Allah mempertemukannya dengan Usman bin Tholhah kemudian mengantarnya hingga Madinah.

Singkat cerita, Abi Salamah menjadi Syahid pada perang Uhud

Doa sang suami selalu menghantui pikirannya. Setelah masa iddah ada yang melamarnya. Pertama Abu Bakar. Kedua Umar bin Khatthab. Beliau menolak lamaran mereka berdua.

Namun kedatangan orang yang ketiga Nabi Muhammad. Hal ini membuatnya bingung. Karena sama sekali tak terlintas dipikirannya bahwa Rasulullah yang akan melamarnya.

“Aku merasa tak pantas untuk bersanding denganmu wahai Rasul, Aku hanyalah janda tua pencemburu sedangkan engkau punya istri banyak. Apalagi saya bersama 4 anak (yatim; Umar, Salamah, Durroh dan Zaenab).”

Nabi menjawab “Aku pun juga tua. Untuk sifat cemburu itu aku berdoa semoga Allah menghilangkannya. Sedangkan anakmu, akan aku anggap anakku sendiri”.

Pernikahan Rasul dengan Umi Salamah pun berlangsung sederhana. Malam harinya, Rasul yang pemalu merasa sungkan, karena di setiap malam Umi Salamah selalu menyusui si bungsu Zaenab.

Tiap kali Rasul datang, beliau selalu bertanya, “Adakah Zaenab?”. Hingga salah satu sahabat ada yang paham dengan pertanyaan “Adakah Zaenab?” dan ia pun berinisiatif momong Zaenab untuk sementara.

Selain cantik Umi Salamah juga dikenal sebagai perempuan yang cerdas. Suatu ketika Rasul bersama para sahabat yang hendak masuk Makkah untuk ibadah Haji dicegat Musyrik Quraisy, beliau dipaksa untuk menandatangani kesepakatan Hudaibiyah yang isinya pun banyak merugikan kaum Muslimin. Salah satunya adalah Nabi dilarang memasuki Makkah saat itu juga.

Baca Juga:  Kisah Inspiratif: Nabi Muhammad dan Pengemis Buta

Obat Kekecewaan Nabi

Nabi Muhammad dengan perasaan kecewa karena dilarang memasuki tanah kelahirannya, Makkah. Memutuskan kepada para sahabat untuk hanya menyembelih hewan kurban dan memotong rambut (tahallul).

Sahabat pun merasakan apa yang dirasa Rasulullah. Kalut, kecewa membuat mereka merasa enggan untuk melaksanakan perintah Allah kali ini.

Kecewa tak bisa memasuki Makkah dan keengganan para sahabat melaksanakan perintah, membuat Nabi agak geram hingga tak bisa menutupi perasaannya. Beliau masuk ke dalam tenda yang di sana terdapat Umi Salamah.

“Mereka sudah payah” kata Nabi Muhammad.

Dengan lemah lembut Umi Salamah memberikan saran kepada Nabi Muhammad:

“Jangan seperti itu wahai Nabi. Karena mereka tengah bersedihan hebat. Harapan sepanjang perjalanan untuk melihat tanah air telah hancur akibat perjanjian ini. Tak usah memerintah mereka. Cukuplah keluar sembelihlah kurban dan potonglah rambut. Mereka akan senantiasa mengikutimu.”

Inisiatif ini pun diambil oleh Nabi Muhammad dan sesuai dengan perkiraan Umi Salamah, para sahabat tanpa diperintah mengikuti yang dilakukan Nabi Muhammad. Wallahu ‘alam bissawab. [] Rosi Daruniah

Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah

Related Posts

Latest Post