Almuhtada.org – Orang-orang yang bertakwa ialah orang-orang yang melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Tentunya kita ingin masuk golongan tersebut, dan mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT.
Derajat masing-masing individu ditentukan oleh seberapa banyak amalan sunnah yang dikerjakan dengan memenuhi dan memprioritaskan amalan wajibnya terlebih dahulu. Berkaitan hal tersebut, salah satu amalan sunnah untuk menjadikan diri kita mulia di sisi Allah SWT yakni dengan mengamalkan Sholat rawatib dalam kehidupan sehari-hari.
Sholat rawatib adalah Sholat sunnah dimana waktu pelaksanaannya mengiringi lima Sholat fardu, baik sebelum ataupun sesudah Sholat fardu. Berdasarkan waktu pelaksanaannya Sholat rawatib dibagi menjadi dua, yakni Sholat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum Sholat fardu atau biasa disebut sebagai Sholat sunnah qobliyah dan Sholat sunnah rawatib yang dikerjakan setelah Sholat fardu biasa disebut Sholat sunnah ba’diyah.
Untuk menaikan semangat menjalankan Sholat rawatib kami ingatkan kembali bahwa Sholat rawatib memiliki ganjaran yang luar biasa yaitu surga, yang dijanjikan oleh Allah SWT bagi mereka yang mengerjakan. Hal ini bersesuaian sebagaimana yang diterangkan dalam salah salah satu hadis yang diriwayatkan dari sabda Rasulullah SAW yaitu sebagai berikut.
Ummu Habibah berkata bahwa ia mendengar Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ
Artinya yaitu “Barangsiapa yang mengerjakan shalat 12 raka’at (sunnah rawatib) sehari semalam, akan dibangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Muslim no. 728).
Mungkin teman-teman masih bertanya-tanya mengenai Sholat rawatib apa saja yang masuk dalam 12 rakaat tersebut?
Pertanyaan tersebut dapat mendapatkan pencerahan melalui hadits lain yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. Beliau bersabda sebagai berikut.
مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنْ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ
Artinya: “Barangsiapa menjaga dalam mengerjakan Sholat sunnah dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan rumah untuknya di surga, yaitu empat rakaat sebelum zhuhur, dua rakaat setelah zhuhur, dua rakaat setelah maghrib, dua rakaat setelah isya dan dua rakaat sebelum subuh.” (HR. Tirmidzi).
Hadits di atas menguatkan hadist sebelumnya dan terdapat informasi tambahan tentang Sholat rawatib yakni tentang apa saja amalan dari Sholat rawatib. Hal tersebut menjadikan landasan kesepakatan bahwa terdapat 12 rakaat Sholat sunnah rawatib yang hukumnya adalah sunnah muakkad.
Artinya, Sholat sunnah rawatib tersebut adalah Sholat sunnah yang lebih ditekankan dan dianjurkan dalam pelaksanaannya atau biasa disebut Sholat rawatib muakkad.
Setelah melihat keutamaan dari Sholat rawatib, tentunya Anda lebih terinspirasi untuk lebih mengerjakan amalan Sholat rawatib muakkad bukan?
Selain dari 12 rakaat Sholat sunnah rawatib muakkad tersebut, Islam juga mengajarkan Sholat sunnah rawatib yang hukumnya ghairu muakkad yang mana bisa menaikan nilai tambah kita di mata Allah SWT bagi umat yang mengerjakannya.
Berikut ini terdapat Sholat sunnah rawatib yang berhukum ghairu muakkad menurut Kitab Sholatul Mu’min yang berjumlah delapan roka’at yaitu :
- Empat rakaat sebelum Sholat Ashar,
- Dua rakaat sebelum Sholat Maghrib,
- Dua rakaat sebelum Sholat Isya.
Panduan Niat Sholat Rawatib
- Sholat Sunnah Rawatib Muakkad
- Lafaz niat dua rakaat rawatib sebelum Sholat Subuh
أَصَلَّى سُنَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَةً لِلَّهِ تَعَالَى
Artinya: “Aku niat mengerjakan Sholat sunnah dua rakaat sebelum Subuh karena Allah Ta’ala.”
- Bacaan niat dua atau empat rakaat rawatib sebelum Sholat Dzuhur
أَصَلَّى سُنَّةَ الظهرِ رَكْعَتَيْنِ (أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ) قَبْلِيَةً لِلَّهِ تَعَالَى
Artinya: “Aku niat mengerjakan Sholat sunnah dua rakaat (atau empat rakaat) sebelum Dzuhur karena Allah Ta’ala.”
- Lafaz niat dua rakaat rawatib setelah Sholat Dzuhur
أَصَلَّى سُنَّةَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَةً لِلَّهِ تَعَالَى
Artinya: “Aku niat mengerjakan Sholat sunnah dua rakaat setelah Dzuhur karena Allah Ta’ala.”
- Bacaan niat dua rakaat rawatib setelah Sholat Maghrib
أَصَلَّى سُنَّةَ المَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَةً لِلَّهِ تَعَالَى
Artinya: “Aku niat mengerjakan Sholat sunnah dua rakaat sesudah Maghrib karena Allah Ta’ala.”
- Lafaz niat dua rakaat rawatib setelah Sholat Isya
أَصَلَّى سُنَّةَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْن بَعْدِيَهً لِلَّهِ تَعَالَى
Artinya: “Aku niat mengerjakan Sholat sunnah dua rakaat sesudah Isya karena Allah Ta’ala.”
- Sholat Sunnah Rawatib Ghairu Muakkad
- Bacaan niat empat rakaat rawatib sebelum Sholat Ashar
أَصَلَّى سُنَّةَ الْعَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ قَبْلِيَةً لِلَّهِ تَعَالَى
Artinya: “Aku niat mengerjakan Sholat sunnah empat rakaat sebelum Ashar karena Allah Ta’ala.”
- Lafaz niat dua rakaat rawatib sebelum Sholat Maghrib
أَصَلَّى سُنَّةَ المَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَةً لِلَّهِ تَعَالَى
Artinya: “Aku niat mengerjakan Sholat sunnah dua rakaat sebelum Maghrib karena Allah Ta’ala.”
- Bacaan niat dua rakaat rawatib sebelum Sholat Isya
أَصَلَّى سُنَّةَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْن قَبْلِيَةً لِلَّهِ تَعَالَى
Artinya: “Aku niat mengerjakan Sholat sunnah dua rakaat sebelum Isya karena Allah Ta’ala.”
Nah, demikian penjelasan tentang keutamaan Sholat rawatib yang sudah menjadi amalan-amalan yang bias menjadikan diri kita mulia di sisi Allah. Dengan mengamalkan berbagai Sholat sunnah secara tidak langsung membuat diri kita bisa terjaga dari perbuatan yang mengarah ke dalam kemaksiatan.
Dari solat rawatib muakkad maupun ghairu muakkad tentunya keduanya baik untuk diamalkan di kehidupan sehari-hari. Jadi, marilah kita mulai menghadirkan Allah SWT dengan membiasakan Sholat sunnah rawatib seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Harapannya kita bisa mendapatkan kedamaian dan ketenangan karena dekat dengan Allah, termasuk golongan orang yang bertakwa, dan juga mendapatkan derajat serta kemuliaan disisi Allah SWT. [] Syukron Ma’mun
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah