Oleh: Muhammad Nurul Huda
Computational thinking atau dalam bahasa Indonesia yang berarti berpikir komputasi adalah metode pemecahan masalah yang melibatkan pengungkapan masalah dan solusinya dengan cara yang dapat dijalankan pada computer. Berpikir komputasi bukan hanya dilakuakn dalam pemprograman saja. Akan tetapi dapat dilakuakn oleh semua orang terutama anak-anak sekolah. computational thinking diajarkan kepada anak-anak sekolah agar memiliki kemampuan problem solving yang baik sejak dini.
Banyak di negara maju yang mengaplikasikan computational thinking pada kurikilum sekolah dasar. Sehingga para anak-anak memiliki kemampuan analisis yang baik, dimana pada era digital seperti ini computational thinking sangat dibutuhkan terutama pada startup atau usaha dibidang lain. Selain itu peran manusia juga mulai berkurang karena banyak yang sudah diganti menjadi teknologi seprti artificial intelligence.
Ketika belajar suatu bahasa pemprogaman maka akan melibatkan computational thinking. Karena suatu bahsaa pemprogaman merupakan bagian terkecil dari computational thinking. Dan kebanyakan bahasa pemprograman mudah untuk dipelajari karena hanya memiliki syntax (aturan bahasa ) kurang dari lima puluh, hal inilah yang menyebabkan belajar bahasa pemprograman lebih mudah dari belajar bahasa asing. Fungsi dari suatu bahasa pemprogramn sendiri adalah untuk memecahkan suatu masalah. Selain itu bahasa pemprograman digunakan sesuai dengan tujuan seperti Javascript untuk pengembangan web, Java untuk Native dan Python untuk data scientist.
Contoh dari computational thinking yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam pembuatan mie instan. Sebelumya kita harus menyiapkan semua bahan-bahan terlebih dahulu. Seperti menyiapkan mie, air, kompor dan panci. Lalu kita merebus air dan memasukkan mienya ketika airnya mendidih. Selanjutnya kita tiriskan mie tersebut dan menaruhnya kepiring lalu memberi bumbu. Dan terakhir mengaduknya hingga rata lalu mie siap disajikan.
Dari contoh diatas kita telah melakukan berbagai yaitu proses dekomposisi ialah penyiapan bahan, lalu pengenalan pola, abstraksi, dan algoritma atau urutan pembuatan mie agar lebih cepat. Berbagai permasalahn yang ada di kehidupan sehari- hari dapat diselesaikan dengan mengunakan program. Mungkin kedepanya ada salah satu program yang dapat dibuat untuk memudahakan pemantauan perkembangan seorang santri mulai dari riwayat takzir, pengumpulan tugas, keterlambatan dalam ta’lim dan lain-lainnya dapat dipantau melalui mobile app. Hal ini dapat memudahkan
para ustadz untuk mengetahui progres dan perkembangan anak didiknya dalam skala yang besar dan tentunya menghemat banyak waktu. Selain itu aplikasi seperti masih tidak dikatahui keberadaanya atau belum dibuat mengingat jumlah pondok pesantren di Indonesia yang banyak.
Penulis merupakan salah satu mahasantri Pesantren Rist Al-Muhtada dan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang