Saintis dan Pendidik

Oleh:

Fafi Masiroh

Beberapa orang mungkin menganggap bahwa di antara saintis dan pendidik memiliki perbedaan yang sangat kontras. Tidak sedikit orang berargumen bahwa saintis adalah seorang yang sudah terjun dalam suatu lingkup ilmu pengetahuan, atau bahkan sudah menjadi ahli dalam suatu rumpun ilmu. Dalam hal ini misalnya, seseorang yang memiliki kemampuan mendalam terkait disiplin ilmu seperti fisika, biologi, geografi, dan disiplin ilmu lainnya baik mendalami secara material ataupun melalui riset. Sedangkan pendidik merupakan seseorang yang mendidik, yakni membagikan ilmunya kepada orang lain secara kontinu dan berkesinambugan. Dalam hal ini, pendidik berkaitan dengan guru, dosen, konselor dan lainnya. Dari argumen tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa saintis cenderung berpeluang untuk dianggap sebagai seorang ilmuwan, yang disertifikasi mampu untuk menciptakan pengetahuan baru. Lain halnya dengan pendidik, yang hanya sekedar membagikan atau memberikan ilmu pengetahuan yang sudah berkembang dan mereka mampu menguasainya. Hal demikianlah yang membuat di antara saintis dan pendidik memiliki perbedaan yang kontras.

Melihat dari sudut pandang secara luas, bahwa di antara saintis dan pendidik, mereka sebenarnya juga memiliki persamaan. Tentu pastinya, karena setiap kali terdapat perbedaan juga terdapat persamaan. Montessori, seorang doktor wanita pertama dari Italia yang berperan sebagai seorang saintis sekaligus pendidik. Ia merupakan seorang saintis yang berjiwa pendidik, seta seorang pendidik yang selalu memperdalam ilmu. Menurutnya, jika ia menjadi saintis, maka ia seorang pendidik. Mengapa demikian? Karena pendidik, bukanlah hanya semata-mata sebagai sebuah profesi. Pendidik selalu memiliki spirit dalam berbagi ilmu, berkontribusi dalam bidang pendidikan, serta saintis sangatlah perlu memiliki jiwa tersebut. Jiwa untuk membagi ilmu. Bagaimana jika saintis tidak memiliki jiwa pendidik? Lantas bagaimana bisa ilmu pengetahuan yang telah mereka temukan dapat diketahui dan dipahami oleh khalayak umum? Jika demikian, untuk apa mereka menciptakan ilmu pengetahuan baru? Oleh karen itu, saintis, ialah juga pendidik. Demikian juga, menurut Montessori jika ia pendidik, maka ia juga saintis. Seorang pendidik perlu memiliki karakter sebagai saintis, yaitu mereka selalu memiliki semangat dan keinginan besar dalam mengggali dan mendalami ilmu. Jika pendidik menguasai penuh serta mendalami ilmu pengetahuan secara lebih luas, tidak menutup kemungkinan bahwa pendidik akan membagikan ilmu lebih luas da lebih dalam. Bagaimana jika pendidik tidak semangat dalam menggali dan mendalami ilmu? Lantas apa yang akan mereka bagikan jika ilmunya tidak dalam? Oleh karena itu, pendidik pun perlu disebut sebagai saintis.

Baca Juga:  Bijak Bersosial Media di Masa Kampanye Pemilu, Hindari Hoax dan Fitnah

Lepas dari penjelasan tersebut, baik saintis dan pendidik merupakan tokoh yang sebenarnya penting dalam kehidupan ini, terlebih terkait perkembangan ilmu pengetahuan dan kemjuan suatu bangsa serta dalam melahirkan generasi bangsa yang berkualitas.

Penulis merupakan mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang

Related Posts

Latest Post