Almuhtada.com – Berprasangka adalah sifat hati yang kadang kita tidak bisa mengontrolnya, kadang kita berprasangka kurang baik terhadap orang walaupun tanpa mengetahui kebenenaranya, kadang pula kita berprasangka baik walaupun juga tidak mengetahui kebenarannya.
Padahal sejatinya syariat tergantung apa yang kita lihat (data) bukan hanya kira-kira atau prasangka.
Ibaratkan saja saat di pengadilan tidak ada kata “saya kira” tetap harus ada bukti dan saksi bahwa seseorang itu melakukan tindakan, itu namanya syariat.
Jika kita tidak mengetahui kebenarannya, oleh syariat kita dianjurkan untuk berprasangka baik.
Ibaratkan jika kita tidak mengetahui dia mengambil sesuatu yang bukan miliknya maka kita tidak boleh menganggap iya maling, kita tetap harus berprasangka baik.
Jika kita tidak mengetahui kebenaranya kita jangan mencari-cari kesalahan orang lain, kita hanya dianjurkan oleh syariat untuk berprasangka baik, karena mencari-cari kesalahan orang lain dilarang oleh syariat.
Hal ini telah di jelaskan di (QS Al-Hujurat: 12) yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.”
Maka dari itu kita disarankan untuk berprasangka baik, sebenarnya jika diterapkan didalam hidup kita kira-kira enak tidak?
Pasti sangat enak tetapi namanya manusia tempatnya salah dan lupa pasti pengen yang repot, yaitu memikirkan apa yang dia tidak tahu dan membuat gelisah dirinya sendiri.
Jadi kita ingin tentram dalam hidup berdampingan dengan orang-orang terdekat kita entah suami, istri, anak, orang tua, saudara, dan tetangga, maka kita harus merapkan prasangka baik.
Jadi mari teman-teman kita terapkan prasangka baik untuk kebaikan diri kita pula, karena sesungguhnya memikirkan yang belum kita ketahui kebenaranya sungguh tidak berguna, prasangka baik adalah kunci untuk ketenangan hati. []Muhammad Ikhsanudin