Almuhtada.org – Nabi Musa AS. diperintahkan oleh Allah SWT untuk berguru kepada Nabi Khidir AS. Dalam perjalanan menemui Nabi Khidir, Nabi Musa ditemani oleh muridnya yang bernama Yusya bin Nun.
Pada suatu hari Nabi Musa sedang menyampaikan dakwah kepada kaumnya, ketika majelis telah ditutup tiba-tiba ada seorang pemuda menghampirinya. Pemuda itu bertanya kepada Nabi Musa “Siapakah orang yang paling pintar didunia ini?”.
“Pastilah aku orangnya” jawab Nabi Musa dengan sombongnya tanpa mengingat bahwa ada sang pencipta yang maha segalanya. Setelah peristiwa ini Allah SWT mengabarkan kepada Nabi Musa bahwa ada orang yang lebih pintar darinya. Allah SWT juga memerintahkan Nabi Musa untuk berguru kepada orang tersebut alias Nabi Khidir AS. Nabi Musa pun penasaran dengan orang yang lebih pintar darinya.
Kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi Musa untuk membawa seekor ikan dalam perjalanan mencari Nabi Khidir, apabila ikan yang dibawa hilang di suatu tempat maka disanalah Nabi Musa dapat bertemu dengan orang yang lebih pintar darinya.
Keesokan harinya Nabi Musa ditemani muridnya Yusya bin Nun. Nabi Musa memberikan seekor ikan tersebut kepada Yusya bin Nun untuk dibawanya. Nabi Musa mengatakan kepada Yusya bin Nun bahwa dia tidak akan berhenti sebelum menemukan pertemuan dua laut walaupun dalam kurun waktu yang lama.
Singkat cerita akhirnya Nabi Musa dan muridnya Yusya bin Nun sampai pada pertemuan dua laut. Namun dari mereka tidak menyadari bahwa ikan yang dibawanya sudah hilang dengan lincahnya meloncat ke laut. Mereka terus melanjutkan perjalanan, tak terasa Nabi Musa mulai menyadari jika perutnya bunyi dan mereka pun memutuskan istirahat dan memakan bekal yang dibawa.
Setelah selesai mereka melanjutkan perjalanannya lagi, Yusya bin Nun pun teringat dengan ikan yang dibawanya itu sudah hilang. Yusya pun mengatakan kepada Nabi Musa bahwa ikannya sudah hilang saat mereka tiba di pertemuan dua laut. Nabi Musa pun jadi teringat, bahwa tempat itulah yang dicarinya dan mereka pun kembali ke tempat dimana ikan itu hilang atau lebih tepatnya meloncat.
Setibanya di tempat itu, Nabi Musa tidak menyadari adanya seorang laki-laki didekat mereka. Nabi Musa pun terkejut setelah melihatnya dan menebak apakah orang inilah yang dimaksud oleh Allah SWT.
Nabi Khidir pun mengucap bertanya “Assalamualaikum warahmatullahi wabarrakatuh , apakah kau Musa nabi Bani Israil?”. “Iya benar, siapakah engkau?” tanya Nabi Musa. “Sepertinya sudah saatnya Allah SWT mempertemukan kita sekarang, aku Khidir” ucap Nabi Khidir. “Alhamdulillah aku sangat senang bertemu denganmu Khidir” ucapnya dengan senang.
Kemudian Nabi Musa menyampaikan maksud dan tujuannya kepada Nabi Khidir bahwasanya Nabi Musa ingin mengikuti Nabi Khidir supaya Nabi Khidir mengajarkan ilmu-ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan.
Nabi Khidir terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Nabi Musa kemudian ia pun menjawab “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku dan bagaimana kamu akan sabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu” jawab Nabi Khidir dengan bijaksana.
Mendengar jawaban Nabi Khidir, Nabi Musa semakin tertantang untuk berguru kepadanya. Nabi mengatakan bahwa iNabi Khidir akan melihat ia sebagai orang yang sabar. Nabi Khidir pun menyetujuinya namun ada satu syarat yang harus Nabi Musa patuhi, syaratnya adalah selama perjalanan Nabi Musa tidak boleh bertanya sesuatu hal apapun kecuali Nabi Khidir yang menerangkan sendiri.
Nabi Musa menyetujuinya, Nabi Musa dan Nabi Khidir tanpa Yusya bin Nun melalukan perjalanan panjang yang menguji kesabaran Nabi Musa karena perilaku Nabi Khidir selama perjalanan dirasa menyimpang dari kebenaran. Perjalanan dimulai, melihat ada perahu mereka pun ikut naik bersama rombongan yang ada diperahu tersebut atas izin pemilik perahu.
Ditengah terjalnya air laut Nabi Khidir melakukan hal yang tidak masuk akal, Nabi Musa yang sedang memperhatikannya mulai gelisah. Tanpa bisa menahan emosi Nabi Musa pun mengungkapkan kegelisahannya kepada Nabi Khidir dengan nada yang cukup tinggi “Mengapa kau melobangi perahu yang akibatnya bisa menenggelamkan ku, sesungguhnya kamu telah membuat kesalahan yang besar”.
Mendengar tuduhan Nabi Musa, Nabi Khidir menghentikan aktivitasnya sejenak lalu berkata “ Bukankan aku telah berkata, sesungguhnya sekali-kali kamu tidak akan sabar bersamaku”. Nabi Musa terdiam sejenak dan teringat dengan syarat yang diajukan oleh Nabi Khidir. “Janganlah kau menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membantu aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku wahai Nabi Khidir maafkan kelancanganku” mohon Nabi Musa kepada Nabi Khidir.
Nabi Khidir memaafkan Nabi Musa dan melanjutkan aktivitasnya melubangi perahu, Nabi Musa memperhatikan dengan gelisah. Ketika nampak sebuah pulau Nabi Musa dan Nabi Khidir turun dari perahu dan perjalanan mereka berlanjut ke sebuah pemukiman penduduk.
Nabi Khidir dan Nabi Musa berjalan sambil memperhatikan sekitar, mereka tidak menjumpai seorang pun dinegeri itu, semakin jauh berjalan hingga sampai didaerah yang sepi. “Mengapa kau membunuh jiwa yang bersih bukan karena dia membunuh orang lain. Sesungguhnya kamu telah melakukann sesuatu yang mungkar” ucap Nabi Musa. Nabi Khidir menjawab “Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan sabar bersamaku”.
Kesabaran Nabi Musa mulai goyah dan dua kali telah melanggar syarat dari Nabi Khidir. Lalu ia pun bertekad untuk memberi hukuman kepada dirinya sendiri jika ia melanggar syarat untuk yang ketiga kalinya. “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu kali ini maka janganlah kau memperbolehkan aku menyertaimu. Sesungguhnya engkau sudah cukup memberikan aku kesempatan” Ucap Nabi Musa.
Nabi Khidir pun menyetujuinya, mereka melanjutkan perjalanan dan sampailah dipemukiman penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu oleh penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu. Lalu mereka berdua melanjutkan perjalanan, langkah Nabi Khidir terhenti tatkala melihat ada rumah yang dindingnya hampir roboh, maka Nabi Khidir menegakkan Diding tersebut.
Setelah itu Nabi Musa Setelah itu Nabi Khidir memberitahukan kepada Nabi Musa tujuan dari perbuatan-perbuatannya. “Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja dilaut dan aku merusak sedikit bahtera itu agar selamat dari rampasan karena dihadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera” jelas Nabi Khidir.
Nabi Musa hanya menganggukkan kepala mendengar penjelasan Nabi Khidir. “Adapun anak muda itu, kedua orang tuanya adalah orang yang mukmin dan aku khawatir dia akan mendorong orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran dan kami menghendaki supaya Tuhan mengganti dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya.
Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua anak muda yatim dikota itu, dibawahnya ada harta benda simpanan untuk mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang shaleh maka Allah SWT menghendaki agar mereka sampai pada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Allah SWT.
Jadi aku melakukan itu semua bukan semata karena kemauanku sendiri, ada tujuan atas perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya” Penjelasan Nabi Khidir atas perbuatannya selama perjalanan. Nabi Musa pun akhirnya mengerti dan mengaku bahwasanya ada orang yang lebih pintar daripadanya. Nabi Musa pun berterima kasih kepada Nabi Khidir, dialah guru yang hebat. Akhirnya mereka pun berpisah.
Pelajaran yang bisa diambil dari kisah diatas adalah, kita harus sadar bahwasanya semua ilmu yang kita miliki itu datangnya dari Allah SW, maka dari itu janganlah sombong dengan sedikit ilmu yang kita miliki.
Diatas langit masih ada langit, maka diantara banyaknya orang pintar masih ada orang yang lebih pintar. Marilah kita terus mencari ilmu sebanyak-banyaknya, namun janganlah sombong atas suatu capaian yang telah diraih, akan lebih baik jika kita mensyukurinya. [] Vika Rizky Lestari