Almuhtada.org – Dari gambar sangat terlihat suasana idul fitri nya, mulai dari banyaknya makanan di meja untuk menyambut tamu-tamu yang datang.
Makanannya yang sangat identik dengan lebaran/idul fitri, sampai berkumpulnya generasi yang berbeda di satu tempat dengan satu tujuan, yaitu silaturahmi, bermaaf-maafan, dan menyambung serta mempertahankan ikatan kekerabatan.
Bermaaf-maafan merupakan tujuan utama di hari raya Idul Fitri ini, anak meminta maaf kepada orang tuanya, kakek dan neneknya, dan lain sebagainya.
Tidak jarang kegiatan saling maaf memaafkan ini membuat seseorang menangis. Namun, itu berarti tulusnya permohonan maaf itu diucapkan dan tulusnya pemberian maaf itu diberikan.
”Monggo dimakan” atau ”Monggo macit”, adalah kata-kata yang selalu keluar dari pemilik rumah sebagai bentuk kebaikan hatinya dalam menyambut tamu, dan tentu saja sebagai tamu sebaiknya kita menerima kebaikan hati itu dengan memakan makanan yang ada, meskipun hanya sedikit atau meskipun hanya meminum segelas air putih, itu pun sebagai bentuk penghormatan kepada pemilik rumah. Walaupun, terkadang ada juga kasus dimana kita terlalu keenakan dan memakannya sangat banyak.
”Silaturahmi” adalah hal yang tergambar dari narasi di atas, orang-orang dari generasi yang berbeda berkumpul bersama di satu tempat, orang yang sedang bekerja dan menempuh pendidikan, baik di luar kota atau bahkan luar negeri menyempatkan diri untuk hadir dalam satu kesempatan untuk merayakan hari raya Idul Fitri bersama keluarga.
Orang-orang bertemu, bermaaf-maafan, bertanya kabar, dan berbincang satu sama lain. Obrolan dan candaan-candaan kecil dilakukan untuk menutup jarak yang terbentuk selama satu tahun terakhir, dan itulah yang mempersatukan lagi hubungan antarmanusia serta meningkatkan rasa solidaritas dan kasih sayang. ”Memperbaiki dan Meningkatkan Lagi Hubungan Antarmanusia” itulah poin utama dari narasi ini.
- Hubungannya dengan Salah Satu Sila Pancasila
Seperti pada umumnya pada hari raya Idul Fitri, orang-orang bersama keluarganya keliling dan mengunjungi tetangga, tokoh masyarakat, dan juga saudara-saudara, baik saudara dekat maupun jauh.
Beberapa orang juga mungkin mengunjungi orang-orang yang pernah berjasa untuknya di masa lalu, seperti guru sekolah, guru mengaji, atau bahkan orang yang pernah ikut mengasuhnya saat kecil di masa lalu.
Namun tentu saja, objek silaturahmi nya tidak menjadi sorotan dan bisa digeneralisir. Dengan kata lain, fokus nya ada pada silahturahmi (nya).
Silaturahmi di hari raya Idul Fitri dapat digambarkan dengan kegiatan berkunjung, bermaaf-maafan, berbincang-bincang dan bercanda tawa.
Seperti yang terlihat pada gambar, semua orang tersenyum bahagia, tentu saja, karena tujuan atau dampak dari ”silaturahmi” adalah meningkatnya hubungan antarmanusia.
Apalagi jika dilakukan pada hari raya Idul Fitri ini, dimana semua orang sudah bersiap untuk menyambut tamu dan menyuguhkan makanan, maka kunjungan ini tidak akan menjadi kunjungan yang mengganggu dan merepotkan, dengan kata lain ”Tujuan” dari silaturahmi ini berkemungkinan besar untuk berhasil.
Semua hal-hal (yang penulis sebutkan di atas) yang dilakukan pada hari raya Idul Fitri secara tidak langsung memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa (Indonesia).
Hal sederhana seperti bermaaf-maafan dan berbincang akan menciptakan ikatan yang menguatkan dan meningkatkan rasa persatuan di tengah masyarakat Indonesia yang beragam.
Nilai ”Persatuan Indonesia” merupakan salah satu nilai dalam lima sila Pancasila. Dengan demikian, hubungan hari raya Idul Fitri dengan salah satu nilai Pancasila yang penulis tampilkan dalam ”Silaturahmi” adalah bahwa silaturahmi tidak hanya menjadi momen untuk menjalin hubungan antarindividu, tapi juga untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Selain itu, hubungan silaturahmi yang terjalin di hari raya Idul Fitri juga menciptakan lingkungan sosial yang harmonis dan damai.
Dalam suasana yang penuh dengan senyuman, maaf-memaafkan, dan saling menghormati, perbedaan budaya, suku, dan agama menjadi lebih terabaikan. Hal ini mencerminkan semangat persatuan dan persaudaraan yang merupakan pondasi utama dalam membangun masyarakat sebagaimana yang diharapkan dalam Pancasila.
Lebih jauh lagi, ketika masyarakat saling mendukung dan berbagi kebahagiaan, mereka menjadi lebih kuat sebagai sebuah komunitas yang satu, bersatu dalam keberagaman dan kebersamaan. Hal ini sesuai dengan visi Pancasila tentang terwujudnya masyarakat yang berlandaskan persatuan dan kesatuan, tanpa memandang perbedaan.
Dengan demikian, hubungan silaturahmi di hari raya Idul Fitri tidak hanya merupakan tradisi budaya yang berharga, tetapi juga merupakan implementasi nyata dari nilai-nilai Pancasila, khususnya dalam membangun persatuan, kesatuan, dan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.
Ketika orang-orang saling membuka pintu rumah mereka untuk manyambut tetangga, saudara, dan kerabat, mereka tidak hanya merayakan momen keagamaan, tetapi juga memeperkuat rasa persatuan di tengah-tengah perbedaan.
Dalam konteks ini, silaturahmi di hari raya Idul Fitri dapat dianggap sebagai bentuk nyata dari praktik kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengutamakan persatuan dan kesatuan. Dan melalui momen seperti inilah, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipahami secara teoriti, tapi juga diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, hubungan silaturahmi di hari raya Idul Fitri menjadi momen yang penting dalam memperkokoh fondasi persatuan Indonesia yang berlandaskan Pancasila.
Melalui sikap saling menghargai, menghormati, dan memaafkan, masyarakat Indonesia mampu menjaga keutuhan, keharmonisan, dan persatuan bangsa, sesuai dengan cita-cita yang terkandung dalam sila ketiga Pancasila.
- Pentingnya Keadaan Tersebut Ditampilkan
”Silaturahmi” atau jika dilihat dari gambar bisa juga dideskripsikan dengan suasana kekeluargaan yang hangat pada hari raya Idul Fitri.
Tentu itu menjadi hal yang penting untuk diimplementasikan, mengingat dampak serta manfaat yang diperoleh (baik bagi individu yang melakukan ataupun bagi Indonesia) dan relevannya dengan kehidupan sosial, budaya, dan spritual masyarakat Indonesia. Beberapa alasan mengapa silaturahmi penting ditampilkan/diimplementasikan, terutama saat Idul Fitri, yaitu :
- Menguatkan Nilai-Nilai Keagamaan
Hari raya Idul Fitri sendiri memang merupakan salah satu hari raya Islam, yang dirayakan setelah satu bulan penuh berpuasa pada bulan Ramadhan.
Bagi umat Muslim, silaturahmi di hari raya Idul Fitri juga merupakan bagian dari ibadah yang dianjurkan. Dengan melaksanakan silaturahmi, berarti umat Muslim memperkuat dan menambah ketaatan mereka kepada ajaran agama.
- Mempertahankan Tali Persaudaraan
Seperti yang sudah penulis paparkan sebelumnya, pada hari raya Idul Fitri orang-orang akan menyempatkan untuk hadir bersama-sama merayakan Idul Fitri dengan keluarga.
Maka, kesempatan inilah yang membantu mempertahankan dan mempererat tali persaudaraan antara anggota keluarga, tetangga, teman, dan lain sebagainya. Melalui kunjungan yang disebut ”Silaturahmi”, hubungan antarindividu dan komunitas menjadi lebih kuat.
- Menambah dan Memperkuat Hubungan Sosial
Sering kali kita bertemu orang baru dalam merayakan hari raya ini, baik disengaja maupun tidak. Saudara jauh yang ternyata belum pernah kita lihat, atau bahkan teman dari orang tua dan anaknya yang ternyata seumuran dengan kita.
Pertemuan-pertemuan seperti ini tentu dapat menambah hubungan sosial kita. Selain itu, dengan saling bertemu, bermaaf-maafan, dan berbagi kebahagiaan, akan menumbuhkan rasa koneksi yang lebih dalam dan membangun lingkungan dan suasana yang harmonis dan nyaman.
- Menghargai Nilai Kemanusiaan
Silaturahmi di hari raya Idul Fitri menunjukkan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Di momen ini, orang-orang secara sukarela saling berbagi makanan, berbagi bantuan, berbagi berbagai macam kebaikan, yang menunjukkan rasa solidaritas, tolong-menolong, empati, dan kepedulian yang tinggi.
- Mempererat Persatuan Bangsa
Dan tentu saja, dalam kaitannya dengan salah satu nilai Pancasila, ”Silaturahmi” juga mempunyai peran penting. Dalam hal ini, silaturahmi dapat meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Melalui kunjungan ke tetangga, saudara, dan kerabat, kemudian dilanjut dengan bermaaf-maafan, berbincang-bincang, dan bercanda tawa, maka bukan saja hubungan antarindividu yang meningkat, bahkan itu juga akan membentuk rasa persatuan dan kesatuan secara keseluruhan pada bangsa Indonesia yang beragam.
Dengan demikian, silaturahmi di hari raya Idul Fitri bukan hanya sekadar tradisi, tapi juga merupakan bentuk implementasi dari nilai-nilai luhur seperti, persaudaraan, kebersamaan, persatuan dan kesatuan. [] Abian Hilmi
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah