almuhtada.org – Banyak orang mencari ketenangan dengan menumpuk harta, mengejar jabatan, atau mencari pengakuan. Namun, semakin dikejar, semakin jauh pula rasa damai itu terasa. Padahal, kunci hidup tenang begitu sederhana yaitu ikhlas dan bersyukur dalam setiap keadaan.
Ikhlas artinya melakukan sesuatu semata-mata karena Allah dan tidak mengharap timbal balik dari orang lain. Sementara syukur artinya menerima dan berterima kasih kepada Allah atas semua yang Dia berikan dan takdirkan. Keduanya lahir dari hati yang tulus dan penuh kesadaran, namun tidak mudah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Keikhlasan membuat seseorang tidak mengungkit kebaikan yang telah diperbuat. Ia melakukan kebaikan atas dasar ingin membantu dan mendapat ridha Allah, bukan ingin mendapatkan pengakuan atau timbal balik dari orang lain. Segala bentuk kebaikan harus dilandasi dengan keikhlasan, sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Bayyinah ayat 5:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus.”
Dengan berlandaskan keikhlasan, maka hati akan lebih tenang karena tidak mengharap kebaikan yang telah dilakukan akan dibalas oleh orang lain. Dengan demikian, hati tidak merasa kecewa ketika kebaikan itu hanya dianggap angin oleh orang lain. Demikian pun, ketika kita merasa disakiti oleh orang yang sudah kita bantu, kita tidak marah dengan mengaitkan kebaikan yang pernah dilakukan sebelumnya. Sehingga kebaikan itu tidak hangus sia-sia karena tidak adanya keikhlasan.
Setelah memahami makna ikhlas, kita juga perlu menumbuhkan rasa syukur sebagai pelengkap ketenangan batin.
Bersyukur bisa menjadikan diri selalu berpikir positif, dimana pikiran positif akan berdampak baik pada mindset dan langkah selanjutnya dalam menjalankan hidup. Ketika hidup selalu dipenuhi dengan rasa iri dan benci terhadap takdir, justru hidup akan semakin terpuruk. Karena sepanjang kehidupan hanya digunakan untuk memikirkan orang lain. Padahal dengan bersyukur, Allah akan memberikan lebih baik dari yang kita minta. Sesuai firman-Nya dalam QS. Ibrahim ayat 7:
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Bersyukur bukan berarti ketika memiliki banyak uang, bukan hanya ketika menang perlombaan. Tetapi, bersyukur dilakukan di setiap apa yang talah didapatkan. Ketika kita bersyukur, berarti kita menyadari bahwa segala sesuatu yang datang, baik nikmat maupun ujian, adalah bagian dari kasih sayang Allah terhadap hambanya. Percayalah, dalam setiap apa yang dilalui, akan ada hikmah didapat. Walaupun mengecewakan tapi bisa jadi itu baik bagi kita. Karena yang kita inginkan belum tentu baik bagi diri sendiri. Sehingga bersyukur akan menjadikan hidup lebih tenang. Dengan bersyukur, hati akan lebih menerima segala ketentuan Allah dan selalu memandang bahwasanya yang terjadi memanglah yang terbaik bagi diri kita.
Keikhlasan dan bersyukur sejatinya saling berkaitan dalam membentuk ketenangan batin. Hati yang ikhlas menerima segala ketentuan Allah akan lebih mudah untuk bersyukur atas apa pun yang dimiliki. Sebaliknya, seseorang yang pandai bersyukur akan semakin mudah menjaga keikhlasan dalam beramal, karena ia menyadari bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepadanya. Marilah kita senantiasa berusaha untuk selalu bersyukur dan ikhlas atas ketetapan Allah kepada kita. []Nathasya Putri Ratu











