Benarkah Ajaran Islam Mendukung Patriarki?

Dibalik sistem yang disebut patriarki, ada laki-laki yang juga terluka karena dipaksa untuk selalu kuat (Freepik.com - almuhtada.org).

almuhtada.org – Sering sekali kita mendengar pandangan orang bahwa Islam mendukung patriarki.

Budaya di mana pria selalu jadi pemegang kekuasaan utama, mendominasi kepemimpinan, dan punya hak lebih tinggi dibanding perempuan.

Terkadang di dalam sistem rumah tangga, laki-laki dianggap sebagai raja, sementara perempuan dianggap sebagai “pembantu”.

Tapi, pertanyaannya, apakah benar Islam yang mengajarkan ini? Yuk, kita bedah faktanya.

Patriarki (dari ‘rules of the father’) adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki di posisi superior.

Ini bukan cuma soal “kepala keluarga”. Dampaknya bisa serius: mulai dari kesenjangan gaji di dunia kerja, stigma bahwa perempuan lebih tidak produktif , diskriminasi profesi , sampai anggapan wajar terhadap pelecehan perempuan dalam bentuk sekecil apa pun.

Banyak yang salah kaprah mengira patriarki adalah warisan Islam.

Jawabannya jelas, tidak. Faktanya, Islam datang justru untuk mengoreksi budaya patriarki yang sudah mendarah daging di tanah Arab saat itu.

Coba kita lihat konteksnya. Sebelum Islam datang, masyarakat Arab hidup dalam budaya patriarki ekstrem.

Kondisi perempuan sangat miris: mereka tidak dipandang sebagai manusia, bayi-bayi perempuan digugurkan atau dikubur hidup-hidup, dan ibu sama sekali tidak dihormati. Perempuan dimarginalkan total.

Saat itulah Islam turun dengan salah satu misi utamanya yaitu untuk memuliakan manusia.

Islam datang membawa prinsip keadilan, kesetaraan, dan saling menghargai sesama manusia, tanpa memandang jenis kelamin.

Baca Juga:  Sabar Itu Mahal

Islam menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan punya kedudukan yang seimbang. Keduanya punya hak dan kewajiban yang proporsional sesuai porsinya.

Jadi, Islam tidak datang untuk bilang “Hei, laki-laki lebih superior dari kalian (perempuan).”

Islam datang dan bilang, “Hei, kalian semua (laki-laki dan perempuan) sama-sama mulia di hadapan Allah.” Islam memuliakan keduanya.

Kalau masih ragu, coba lihat Al-Qur’an.

Islam tidak hanya bicara teori.

Dalam Surah An-Naml ayat 23, Al-Qur’an justru menceritakan dan mengabadikan kisah seorang perempuan yang bisa memimpin sebuah bangsa.

Kita kenal dia sebagai Ratu Balqis, pemimpin kaum Saba.

Ini menjadi bukti nyata bahwa Al-Qur’an sendiri mengakui kapasitas perempuan dalam kepemimpinan.

Jadi, apakah budaya patriarki sesuai dengan Islam? Tidak, tentu tidak.

Islam justru hadir untuk mendobrak sistem yang merendahkan perempuan.

Jika hari ini masih ada praktik yang menindas perempuan atas nama agama, bisa jadi itu bukan ajaran Islamnya, melainkan sisa-sisa budaya patriarki yang masih “dibungkus” dengan interpretasi yang keliru. [] Raffi Wizdaan Albari

 

Related Posts

Latest Post