Almuhtada.org – Ketika berhubungan dengan orang lain, mungkin sesekali kita bercanda untuk membangun hubungan yang lebih dekat, tidak canggung dan nyaman bagi semua orang.
Bercanda merupakan perilaku yang berarti menyenangkan perasaan orang lain dengan cara santun tanpa melukai orang lain.
Tujuan utama dari bercanda selalu mengarah pada kebaikan bersama yaitu salah satunya adalah meningkatkan hubungan sosial.
Berdasarkan makna bercanda, hakikatnya adalah untuk kebaikan bersama tanpa harus melukai orang lain.
Namun realitasnya, banyak diantara kita yang masih belum memahami etika dalam bercanda sehingga yang seharusnya bercanda bertujuan untuk menyenangkan perasaan orang lain menjadi melukai perasaa mereka.
Terkadang apa yang kita anggap lucu belum tentu lucu juga bagi orang lain, terutama jika menyangkut hal-hal sensitif yang seharusnya bukan menjadi bahan candaan.
Nabi sebagai kiblat kita dalam segala perbuatan telah memberikan banyak contoh baik bercanda.
Sebagai pengikutnya, kita harus selalu mengaca pada beliau salah satunya dalam bercanda.
Lalu, bagaimana Rasulullah bercanda dalam hubungan sosial? Bercanda seperti apa yang Rasulullah contohkan?
Menjaga Kejujuran atau Tidak Berdusta
Menjaga kejujuran adalah etika dasar dalam bercanda yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Seperti sabdanya bahwa beliau tidak akan mengucapkan sesuatu kecuali kebenaran. Hal ini juga sudah ditegaskan dalam sebuah hadits.
Dari Bahz bin Hakim berkata: telah menceritakan kepada kami (bapakku) dari (kakekku) dia berkata: Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:
وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ، وَيْلٌ لَهُ، وَيْلٌ لَهُ (رواه أبو داود، وحسَّنه الألباني في ” صحيح أبي داود”)
“Celakalah bagi orang yang mengatakan sesuatu agar ditertawakan oleh orang-orang kemudian dia berbohong, celakalah baginya dan celakalah baginya.” (Diriwayatkan oleh Abu Daud, dan dimasukkan dalam golongan Hadis Hasan oleh Al-Al-bani dalam “Sahih Abi Daud”)
Hadits ini menegaskan bahwa kita tidak dilarang bercanda asalkan candaan tidak mengandung kebohongan. Karena kebohongan yang dilontarkan demi membuat orang lain tertawa dapat mengikis keimanan sedikit demi sedikit.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali diantara kita meremehkan kebohongan kecil dengan alasan hanya untuk bercanda. Padahal, kebohongan tetaplah kebohongan walaupun niatnya untuk bercanda dan kebohongan adalah dosa yang seharusnya kita hindari.
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam berucap, memastikan bahwa setiap canda yang dilontarkan tidak mengandung kebohongan.
Tidak Berlebihan
Segala hal yang berlebihan selalu menagcu pada hal yang tidak baik.
Sama halnya dengan bercanda, candaan yang berlebihan dan keterlaluan hingga membuat tertawa terbahak-bahak dapat berdampak buruk pada kita.
Tertawa terbahak-bahak secara terus menerus atau berlebihan dapat mengeraskan hati.
Hati yang keras dapat mengakibatkan kita sulit menerima nasehat bahkan dapat membuat kita sulit tersentuh kebenaran.
Hal ini sejalan dengan hadits nabi dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:
لَا تُكْثِرُوا الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ (رواه الترميذي)
“Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi)
Tidak Menyakiti, Menghina, atau Melecehkan Orang Lain
Sesuai dengan tujuannya, bercanda yang benar adalah candaan yang dapat menyenangkan orang lain dengan cara yang santun, penuh simpati, dan tidak melukai hati orang lain.
Ketika seseorang melontarkan candaan dan salah satu diantara mereka ada yang merasa tersakiti maka ia telah menyalahi etika bercanda.
Karena bercanda yang menyakiti dapat mengakibatkan pada permusuhan, perpecahan dan hal buruk lainnya yang tidak sesuai dengan hakikat bercanda.
Bercanda dalam Islam adalah perilaku yang diperbolehkan, bahkan dianjurkan karena berfungsi untuk menyenangkan perasaan orang lain dan mempererat hubungan sosial serta menumbuhkan kasih sayang.
Rasulullah sendiri dikenal memiliki sense of humor yang tinggi dan sering bercanda dengan keluarga dan sahabat.
Namun, walaupun bercanda dianjurkan, kita tetap harus memerhatikan etika syariat agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya.
Banyak hadits Rasulullah yang menunjukkan bagaimana cara rasul bercanda yang mencakup ketiga etika di atas tadi yaitu: menjaga kejujuran, tidak berlebihaan dan tidak menyakiti.
Semoga dengan bacaan ini dapat menumbuhkan kesadaran kita agar lebih hati-hati dalam berhubungan dengan orang lain khususnya bercanda. Wallahu a’lam bisshowab [Pranita Wulan Andini]











