almuhtada.org – “Aku aman kok, kan udah punya tabungan.” “Kerjaanku lancar, gaji tetap, ada dana pensiun pula. Hidupku pasti baik-baik aja.” Ucapan-ucapan seperti ini terdengar wajar. Bahkan tampak bijak. Tapi jika ditelusuri, bisa jadi itu sinyal bahaya, hati mulai bersandar pada sesuatu selain Allah.
Inilah salah satu jebakan paling halus dari zona nyaman. Ketika kita merasa semua sudah terkendali, semua sudah ada di genggaman, di situlah kadang tawakkal mulai tergeser, bahkan terkikis pelan-pelan. Allah pernah mengajarkan pelajaran penting tentang hal ini kepada Nabi Musa. Dalam Al-Qur’an, Allah bertanya kepadanya:
“Apa yang ada di tangan kananmu, wahai Musa?” Nabi Musa menjawab: “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya dan aku merontokkan daun-daun dengannya untuk makanan kambingku, dan bagiku masih ada manfaat-manfaat lainnya.” (Q.S. Thaha: 18)
Tongkat itu bukan sekadar alat. Ia adalah bagian dari kehidupan Nabi Musa, alat untuk menggembala, bahkan penopang tubuh. Namun, lihat bagaimana Allah menanggapi: “Lemparkan tongkatmu itu, wahai Musa.” (Q.S. Thaha: 19)
Lalu tongkat itu berubah menjadi ular yang menakutkan. Apa maknanya? Allah sedang menunjukkan bahwa bahkan sesuatu yang paling akrab dan menenangkan dalam hidup, yang kita kira bisa kita andalkan, bisa sewaktu-waktu berubah menjadi sumber ketakutan. Tongkat yang menjadi simbol zona nyaman Nabi Musa, seketika dijadikan Allah sebagai bentuk peringatan jangan bersandar pada apa pun selain Allah.
Itulah bahaya utama zona nyaman. Ia membuat hati lupa bahwa semua hal yang kita miliki hanya sarana, bukan sandaran. Kita mulai mengira bahwa keamanan hidup datang dari gaji tetap, bahwa masa depan bergantung pada saldo rekening, bahwa kesehatan bisa dibeli dengan asuransi dan gaya hidup sehat. Padahal, semua itu bisa hilang dalam sekejap.
Tawakkal bukan berarti kita berhenti berusaha. Bukan pula hidup tanpa rencana. Tawakkal adalah soal hati tentang kepada siapa kita menggantungkan rasa aman. Kita tetap kerja, tetap menabung, tetap menjaga kesehatan. Tapi kita tahu betul, rizki datang dari Allah, bukan dari pekerjaan. Keselamatan datang dari Allah, bukan dari kendaraan yang kita kendarai. Kesehatan datang dari Allah, bukan dari vitamin yang kita konsumsi.
Inilah Esensi Tawakkal. Tawakkal itu bukan soal membuang semua usaha atau fasilitas. Tawakkal adalah soal hati. Gunakan fasilitas, tapi hati jangan bergantung padanya. Cari nafkah, tapi jangan percaya rezeki datang dari pekerjaan semata.
Jaga kesehatan, tapi jangan lupa bahwa yang menjaga kita sehat adalah Allah. Kita bisa kapan saja kehilangan zona nyaman, tapi jangan sampai kita kehilangan zona iman, zona dimana hati sepenuhnya bersandar pada Allah meskipun keadaan berubah-ubah. [] Aisyatul Latifah