almuhtada.org – samiri adalah nama yang telah diabadikan dalam al-qur`an surah taha. bukan karena prestasinya, tapi karena keburukannya. Ia telah menghasut bani israil untuk kembali menyembah berhala. Dalam surah Taha ayat 85 disebutkan:
Dia (Allah) berfirman, “Sungguh, Kami telah menguji kaummu setelah engkau tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.”
Ia hidup di zaman Nabi Musa dan Nabi Harun as. ketika itu Nabi Musa dan Bani Israil telah bebas dari kejaran Fir`aun, kemudian mereka beristirahat disuatu daerah dekat dari Bukit Thursina. Kemudian Nabi Musa menyuruh Nabi Harun untuk menjaga Bani Israil, sedangkan Nabi Musa pergi masuk ke Gua Thur untuk menemui panggilan Allah Swt, Nabi Musa mendapatkan wahyu berupa Kitab Suhuf dari Allah Swt.
Singkat cerita, ketika Nabi Musa telah selesai, beliau pun keluar dari gua. Betapa marahnya beliau melihat kaumnya yang telah menyembah Tuhan lain, sehingga Nabi Musa melempar lembar Suhuf yang telah didapatkannya. Karena bani Israil telah berani menyembah sebuah patung emas yang diduga buatan samiri.
Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Dia (Musa) berkata, “Wahai kaumku! Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Apakah terlalu lama masa perjanjian itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan Tuhan menimpamu, mengapa kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?”
Sebelumnya, Samiri merasa kangen untuk menyembah berhala, dan akhirnya ia menemukan satu momen yang pas untuk mensiasati Bani Israil menyembah berhala kembali. Kemudian Samiri pun menghaluskan emas dan mencampurkannya dengan bahan pembuat patung lainnya. Setelah jadi ia pun menyeru kepada masyarakat, “Ketahuilah bahwa Musa itu menemui Tuhannya, padahal Tuhannya ada disini (sambil menunjukkan patung sapi). Kemudian lewatlah angin yang menyebabkan patung tersebut bunyi karena memang didesain berlubang supaya bisa mengeluarkan bunyi. Akhirnya Bani Israil pun percaya terhadap perkataan Samiri, dan akhirnya mereka kembali menyembah berhala.
Oleh sebab itu Nabi Musa sangat marah dan berkata kepada Nabi Harun bahwa ia telah mendurhakainya dan tuhannya. Dalam surah taha ayat 92-94;
Dia (Musa) berkata, “Wahai Harun! Apa yang menghalangimu ketika engkau melihat mereka telah sesat? (92). (sehingga) engkau tidak mengikuti aku? Apakah engkau telah (sengaja) melanggar perintahku?”(93). Dia (Harun) menjawab, “Wahai putra ibuku! Janganlah engkau pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku. Aku sungguh khawatir engkau akan berkata (kepadaku), Engkau telah memecah belah antara Bani Israil dan engkau tidak memelihara amanatku(94)”.
Bukannya Nabi Harun membiarkan mereka berada di jalan yang salah, beliau telah berusaha melarang mereka tapi mereka tidak percaya terhadap ucapan beliau karena sifatnya yang lembut sehingga Bani Israil merendahkannya bahkan hampir menyakitinya.
Kemudian Samiri disuruh mengakui alasan melakukan perbuatan tersebut, telah dijelaskan dalam surah Thaha ayat 95-97, dengan balasan yang akan didapat Samiri karena perbuatan buruknya.
Dia (Musa) berkata, “Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) wahai Samiri?”(95) Dia (Samiri) menjawab, “Aku mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui, jadi aku ambil segenggam (tanah dari) jejak rasul lalu aku melemparkannya (ke dalam api itu), demikianlah nafsuku membujukku.”(96)
Dia (Musa) berkata, “Pergilah kau! Maka sesungguhnya di dalam kehidupan (di dunia) engkau (hanya dapat) mengatakan, ‘Janganlah menyentuh (aku)’! Dan engkau pasti mendapat (hukuman) yang telah dijanjikan (di akhirat) yang tidak mungkin engkau hindari, dan lihatlah tuhanmu itu yang engkau tetap menyembahnya. Kami pasti akan membakarnya, kemudian sungguh kami akan menghamburkannya (abunya) ke dalam laut(97).
Khianat adalah perilaku yang buruk, dan ingat segala hal yang kita kerjakan akan mendapat balasan balasan dari Allah Swt sekecil apapun itu. Kita juga harus senantiasa meningkatkan pengetahuan kita tentang Islam, supaya bisa mengetahui yang baik dan batil. [] Nabila putri