Yuk Belajar dari Kapal dengan Muatan Berat Menuju Daratan Kebaikan!

ilustrasi Kapal di tengah laut (pixabay.com- almuhtada.org)
ilustrasi Kapal di tengah laut (pixabay.com- almuhtada.org)

almuhtada.org – Hallo dear, coba bayangkan bahwa ada sebuah kapal besar dengan muatan berat.

Kapal dengan muatan berat itu sedang berada di tengah lautan.

Layar dari kapal itu terkembang sempurna, angin bertiup kencang.

Kapten dari kapal dengan muatan berat itu berdiri di anjungan.

Kapten siap mengarahkan kapal menuju daratan impian.

Namun, ada satu masalah dalam pelayaran ini.

Kapal dengan muatan berat itu tidak bergerak meskipun angin mendorong sekuat tenaga.

Menurut antum, apa yang terjadi dengan kapal itu?

Yes, kapal tidak bergerak dan tetap diam di tempat.

Menurut antum, kenapa kapal itu tidak bergerak?

Betul, muatan di kapal itu terlalu berat.

Gudangnya penuh dengan barang-barang yang sudah tak terpakai.

Barang bertumpuk-tumpuk memenuhi ruang hingga kapal itu hampir tenggelam sebagian.

Apa yang akan terjadi jika moment kapal yang hampir tenggelam sebagian ini dibiarkan?

Betul, kapal tidak akan sampai ke daratan dan bahkan berpotensi tenggelam di tengah laut.

Sobat, perumpamaan kapal dengan muatan berat di tengah laut ini memiliki makna yang dalam lho.

Apa itu? Yes, seperti kapal yang ingin mencapai daratan. Kita seringkali dihadapkan pada pilihan sulit sehingga sulit untuk bergerak maju ya kan?

Pilihan yang sulit itu misalnya kita harus membuang beban yang terasa terlalu berharga untuk dilepaskan.

Namun, jika beban itu tidak dilepaskan maka kapal itu tidak akan pernah sampai pada tujuan.

Baca Juga:  Ini Dia 10 Adab Hutang-Piutang dalam Islam

Inilah hidup. Beban-beban itu bisa berupa kebiasaan buruk, rasa sakit, atau bahkan sesuatu yang kita cintai tapi tahu bahwa itu sudah saatnya dilepas.

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ۝٩٢

Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu, sungguh Allah maha mengetahui.” (TQS. Ali-Imran:92).

Ayat di atas memiliki pesan mendalam lho. Al-Birr dalam ayat itu berarti kebajikan sempurna, kedekatan dengan Allah, dan kebahagiaan sejati.

Namun, antum perlu ketahui bahwa jalan menuju Al-Birr bukanlah jalan yang mudah.

Allah dengan jelas menyatakan bahwa kita tidak akan pernah sampai pada kebajikan itu sebelum kita berani menafkahkan sesuatu yang kita cintai.

Pada kehidupan sehari-hari, ini bisa berarti melepaskan sesuatu yang selama ini kita pegang erat-erat.

Misalnya, rasa aman dari zona nyaman, harapan yang tidak realistis, atau bahkan hubungan yang tidak sehat.

Sesuatu yang kita cintai bukan selalu dalam bentuk materi, tapi juga emosi, kebiasaan, cara berpikir yang sudah terlalu melekat.

Antum bayangkan jika daratan yang ingin dituju oleh kapal itu adalah tujuan hidup antum, kebahagiaan yang Allah janjikan.

Akan tetapi, untuk mencapainya kapal itu harus ringan, layarnya harus terangkat, dan badai harus dilewati, ya kan? []Raudhatul Janah

Baca Juga:  Adab Tidur yang Dianjurkan oleh Rasulullah saw.

Salah satu cara agar kapal itu bergerak adalah membuang muatan berat yang menghalang.

Melepaskan bukan berarti kehilangan tetapi memberikan ruang.

Antum sedang membuat ruang yang lebih dekat dengan Allah.

Yes, ruang untuk kebahagiaan yang lebih besar.

Ruang untuk kebebasan yang selama ini terhalang oleh beban-beban yang antum pegang erat.

Ketika antum berani melepaskan beban berat, antum sedang memberi hadiah terbesar, kebebasan untuk bergerak maju.

Kini antum mulailah dengan meringankan langkah. Lepaskanlah apa yang perlu dilepaskan.

Ingat Al-Birr dalam ayat itu berarti kebajikan sempurna, kedekatan dengan Allah, dan kebahagiaan sejati.

Jangan takut kehilangan, karena Allah tidak pernah mengambil sesuatu tanpa menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. [] RAUDHATUL JANNAH

Editor : Juliana Setefani Usaini

 

 

Related Posts

Latest Post