Manusia: Titik Temu Langit dan Bumi dalam Pandangan Islam

Ilustrasi Gambar Manusia (Pinterest.com - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Dalam pandangan Islam, , manusia adalah makhluk istimewa yang diciptakan dari dua unsur utama: tanah dan ruh. Kombinasi ini menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling spesial dan unik yang memiliki jasmani dan ruhani, yang tidak hanya hidup di bumi, tetapi juga terhubung dengan langit dengan Tuhannya.

Allah SWT berfirman dalam Surah As-Sajadah ayat 9: “Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”

Ayat ini menegaskan bahwa manusia memiliki kedudukan tinggi karena ruh ilahi yang ditiupkan ke dalam dirinya. Ayat ini menegaskan bahwa manusia adalah makhluk spiritual sekaligus material. Tubuh manusia berasal dari bumi, sedangkan ruh berasal dari Allah. Inilah yang menjadikan manusia sangat unik, mereka bisa digambarkan sebagai titik temu antara dunia langit dan bumi.

Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bumi.”. Hadis ini tidak hanya menjelaskan asal-usul penciptaan manusia secara fisik, tetapi juga menggambarkan keragaman yang melekat pada manusia. Berasal dari tanah yang berbeda-beda, manusia lahir dengan berbagai karakter, warna kulit, dan potensi. Dalam keragaman ini, Islam mengajarkan pentingnya persatuan dan penghargaan terhadap sesama.

Fitrah manusia dalam Islam adalah mengenal dan mengabdi kepada Tuhan. Namun dalam realitas kehidupan, manusia sering melenceng dari fitrah ini. Karena itu, Islam hadir dengan ajaran yang membimbing manusia untuk kembali ke jalur fitrah, jalur tauhid dan kemanusiaan.

Baca Juga:  Gambaran Kondisi Politik Bangsa Arab Sebelum Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Manusia diberikan akal untuk berpikir, hati untuk merasa, dan kehendak untuk memilih. Tiga anugerah ini membuat manusia memiliki tanggung jawab moral dan spiritual yang besar. Karena itulah, dalam pandangan islam, manusia disebut sebagai khalifah di muka bumi seperti firman Allah pada Al – Quran surah Al-Baqarah : 30 “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Namun, menjadi khalifah bukan berarti manusia bebas semaunya. Manusia harus menjaga keseimbangan antara kehidupan spiritual dan fisikalnya, antara ibadah dan muamalah, antara langit dan bumi. Hakikat manusia menurut Islam adalah makhluk yang mulia, tapi juga rentan. Ia bisa menjadi lebih rendah dari hewan jika mengingkari fitrahnya, namun bisa pula lebih tinggi dari malaikat jika ia setia pada amanah Tuhan.

Sebagai makhluk yang hidup di antara dua alam langit dan bumi, manusia ditantang untuk selalu menyatukan keduanya dalam hidupnya.  Ia tidak boleh hanya terlena dalam kenikmatan duniawi yang hanya sesaat, namun juga tidak boleh melupakan bahwa mereka adalah makhlus sosial yang memiliki peran dan tanggung jawab terhadap sesama. Pada akhirnya, mengenal hakikat diri adalah langkah awal untuk mengenal Tuhan yang Maha Esa, dan dari situlah, manusia akan menemukan arah hidupnya yang sejati. [] DWITA SASTA INGGRIANI

Baca Juga:  Bagian Dua: Mengenal Pejuang Islam Masa Khilafah Utsmaniyah yang Identitasnya Kebarat-Baratan

Editor : Aulia Cassanova

Related Posts

Latest Post