Meneladani Kisah Para Ibunda Pengubah Wajah Dunia, Siapa Sajakah Mereka?

Gambar Ilustrasi Sosok Ibunda (pinterest.com - almuhtada.org)

 almuhtada.org – Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Dari rahim seorang ibu, lahirlah generasi yang akan membawa perubahan bagi dunia. Dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan, seorang ibu tidak hanya membesarkan anaknya secara fisik, tetapi juga membentuk kepribadian dan akhlaknya. Kisah para ulama besar dalam sejarah Islam membuktikan bahwa di balik kecemerlangan ilmu mereka, terdapat sosok ibu yang luar biasa, yang dengan ketulusan doa dan didikannya.

Dalam sejarah Islam, peran ibu tidak sekadar mendampingi, tetapi juga membimbing dan mengarahkan anak-anak mereka menuju jalan kebaikan. Kisah para ibunda ulama berikut ini adalah bukti nyata bahwa di balik keagungan seorang ulama, ada sosok ibu yang berjuang menanamkan nilai-nilai Islam, serta mendampingi dengan doa yang tak pernah terputus.

Baca Juga:  Kamu Harus Tahu! Berikut 5 Ujian Hidup yang Disebutkan dalam Al-Baqarah 155

Yuk kita simak kisah para ibunda-ibunda hebat ini! Dibalik nama besar para ulama dengan ilmu yang luar biasa, terdapat sosok ibu yang luar biasa. Dengan cinta, doa, dan pengorbanannya, mereka membimbing dan menanamkan nilai-nilai Islam, melahirkan generasi ulama yang mewariskan ilmu dan kebaikan bagi umat sepanjang zaman. Lantas siapa saja kah para ibunda hebat dari sang pengubah wajah dunia?

  1. Ibunda Imam Syafi’i

Di Makkah, dalam bimbingan sang ibu, Muhammad bin Idris asy-Syafi’i kecil berhasil menghafal Al-Qur’an pada usia tujuh tahun. Setelah itu, ibunya mengirimnya ke pedesaan agar ia dapat mempelajari bahasa Arab yang masih murni. Hal ini membuat kefasihan dan struktur bahasanya semakin kuat, hingga akhirnya ia tumbuh menjadi seorang imam besar yang dihormati dan diikuti oleh banyak umat.

  1. Ibunda Imam Malik bin Anas

Ibunda Imam Malik menanamkan cintaa kepada ilmu sejak dini. Ia memakaikan pakaian terbaik kepada Imam Malik, lalu mengantarkannya ke Rabi’ah bin Abi Abdirrahman dengan pesan yang sangat mendalam, “Pelajari adab dan akhlaknya sebelum ilmu dan haditsnya.”

  1. Ibunda Imam Sufyan Ats-Tsauri

Ibunda Sufyan Ats-Tsauri berpesan, “Anakku, jika setelah menulis sepuluh huruf hatimu tidak semakin khusyuk, maka ilmu itu justru dapat membahayakanmu.” Ilmu yang sejati adalah ilmu yang mendekatkan seseorang kepada Allah, melembutkan hati, serta meningkatkan iman dan takwa.

Baca Juga:  Why is the Qur'an Called a Universal Book?
  1. Ibunda Imam Al-Bukhari

Al-Bukhari pernah mengalami kebutaan, namun berkat doa ibunya yang tak henti-hentinya dipanjatkan di sepertiga malam, Allah menganugerahkan kesembuhan kepadanya. Dengan rasa syukur yang mendalam, sang ibu mendedikasikan hidup putranya untuk menuntut ilmu. Pada usia 16 tahun, ia menemani Al-Bukhari menunaikan umrah, lalu meninggalkannya di Makkah agar dapat lebih mendalami ilmu. Kelak, Al-Bukhari menjadi Syaikh Al-Muhadditsin dengan karya besarnya, Shahih Al-Bukhari.

Setiap doa seorang ibu adalah harapan yang terukir dilangit, mengetuk pintu rahmat Allah. Dalam untaian doanya, tersimpan kekuatan tak kasat mata yang selalu menyertai langkah kita, membimbing menuju kehidupan yang penuh berkah. Oleh karena itu, jangan pernah meremehkan doa seorang ibu, karena doa itulah yang menjadi cahaya penerang dalam perjalanan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. [Aisyatul Latifah]

Editor: Syukron Ma’mun

Related Posts

Latest Post