Dilarang Dilakukan Selama Bulan Puasa Ramadan! Apa saja itu?

Ilustrasi orang menutup mulut untuk menjaga perkataannya

Almuhtada.org –Tak terasa umat muslim sudah memasuki bulan puasa Ramadan tahun ini. Bulan Ramadan adalah waktu yang sangat istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia, di mana mereka menjalankan ibadah puasa sebagai bentuk pengabdian dan kedekatan dengan Tuhan.

Selain menahan diri dari makan dan minum dari fajar hingga matahari terbenam, bulan puasa juga mengajarkan umat Islam untuk menahan diri dari berbagai perilaku yang dapat merusak kesucian ibadah. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang dilarang dilakukan selama bulan puasa, baik secara fisik maupun spiritual, yang dapat membatalkan puasa atau mengurangi pahala yang didapatkan.

Baca Juga:  Hati-hati dengan Tipu Daya Iblis: Pelajaran yang dapat kita petik dari Kisah Nabi Adam Alaihissalam dan juga Siti Hawa

Lalu, apa saja hal yang dilarang dilakukan saat puasa?

  1. Rofats

Dalam bahasa Arab, rofats merujuk pada perilaku atau ucapan yang tidak sesuai dengan adab dan etika selama menjalankan ibadah puasa, khususnya dalam konteks berhubungan dengan larangan-larangan puasa. Dalam Islam, rafats sering diartikan sebagai ucapan atau tindakan yang bersifat menggoda, serta perilaku yang berhubungan dengan nafsu syahwat yang dapat membatalkan puasa.

 

Baca Juga:  Amalan-Amalan di Bulan Ramadhan: dari Puasa Hingga Malam Lailatul Qada

 

Rafats ini termasuk dalam larangan yang disebutkan dalam Al-Qur’an, dalam surat Al-Baqarah ayat 187, yang berbunyi:

 

وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِۗ

 

Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. (QS. Al-Baqarah: 187)

Rofats tidak hanya mengacu pada hubungan seksual, tetapi juga dapat mencakup ucapan atau tindakan yang menggoda, berunsur cabul, atau dapat menimbulkan rangsangan nafsu yang mengganggu kekhusyukan puasa.

Baca Juga:  Tingkatkan Ibadah dengan Melaksanakan Kesunahan di Bulan Ramadan

Selama puasa perilaku rofats ini harus dihindari, dan umat Islam dianjurkan untuk menjaga perilaku dan tutur kata mereka agar tetap bersih, santun, dan fokus pada ibadah. Jika seseorang terlibat dalam perilaku rafats, maka puasa mereka bisa batal dan mereka perlu menggantinya dengan puasa qadha atau memberikan fidyah, tergantung pada situasi dan hukum yang berlaku.

 

  1. Fusuq

Fusuq dalam istilah fiqih Islam merujuk pada tindakan atau perilaku yang melanggar perintah Allah, terutama yang berkaitan dengan kedurhakaan atau pelanggaran terhadap hukum-hukum agama, seperti perbuatan maksiat, sombonng, merugikan atau menyakiti orang lain. Secara umum, fusuq dapat diartikan sebagai perilaku atau tindakan menyentuh secara fisik kepada selain mahrom atau pasangan halalnya.

 

Baca Juga:  Perlu Diketahui Ternyata Ini Alasan Allah SWT Tidak Membuat Seluruh Hambanya Kaya Raya!!

Jika dilakukan saat puasa, perilaku fusuq dapat mengurangi kesempurnaan ibadah puasa atau merusak pahala puasa. Dalam Al-Qur’an, Allah memperingatkan umat Islam untuk tidak melakukan fusuq selama berpuasa karena hal tersebut bisa menggugurkan pahala puasa dan membuat puasa menjadi sia-sia. Dalam surat Al-Baqarah ayat 187 disebutkan:

 

Puasa bukan hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari segala perbuatan dosa dan perilaku yang merusak ketenangan jiwa serta kedekatan dengan Allah. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk menjaga diri dari segala bentuk fusuq, baik dalam perkataan maupun perbuatan, agar puasa yang dijalani dapat diterima oleh Allah dan memberikan keberkahan yang maksimal.

 

Baca Juga:  Ambruknya Tata Kelola dan Budaya Korupsi yang Mengakar Kuat Pada Perusahaan Sektor Publik di Indonesia

 

  1. Jahl

Jahl dalam bahasa Arab berarti kebodohan atau ketidaktahuan. Dalam konteks agama Islam, jahl mengacu pada perilaku atau tindakan yang dilakukan karena kurangnya pengetahuan atau pemahaman terhadap ajaran agama, serta ketidakmampuan untuk membedakan antara yang benar dan salah menurut syariat Islam.

 

Dalam konteks puasa, jahl bisa mengacu pada kebodohan yang terjadi akibat ketidaktahuan tentang hal-hal yang membatalkan puasa atau yang dapat mengurangi pahala puasa atau melskuksn prbuatan yang sia-sia selama puasa. Misalnya, seseorang menghabiskan waktunya untuk bermain game daripada beribadah, atau seseorang yang tidak mengetahui bahwa berkata kasar atau melakukan perbuatan dosa dapat mengurangi pahala puasa.

 

Baca Juga:  Ambruknya Tata Kelola dan Budaya Korupsi yang Mengakar Kuat Pada Perusahaan Sektor Publik di Indonesia

 

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًاۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ۝١٦٨

 

“Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata. (QS. Al-Baqarah: 168)

 

Orang yang melakukan perbuatan karena jahl (kebodohan) tidak dianggap berdosa secara langsung, tetapi mereka tetap harus berusaha untuk memperbaiki pengetahuan mereka agar dapat menjalankan ajaran agama dengan benar.

 

Untuk itu, penting bagi umat Islam untuk senantiasa menambah ilmu agama dan memahami dengan baik ajaran-ajaran Islam, agar bisa menghindari jahl dan menjalankan ibadah dengan benar, termasuk dalam menjalankan puasa.

 

[Alya Rosadiana]

 

Related Posts

Latest Post