Kecerdasan Abu Nawas: Menyelesaikan Masalah Perebutan Bayi

Ilustrasi Kisah Abu Nawas (freepik.com - al muhtada.org)

Al Muhtada.org – Suatu hari, terdapat dua orang wanita datang ke pengadilan dan bersikeras mengaku bahwa mereka adalah ibu kandung dari seorang bayi yang sama. Mereka berdua saling berebut dan menyatakan bahwa bayi tersebut adalah milik mereka dan tidak ada yang mau mengalah. Khalifah Harun Al Rasyid, yang merasa kebingungan mendengar tentang kasus ini memutuskan untuk memanggil Abu Nawas untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sebab ia yakin Abu Nawas akan memiliki solusi cerdas untuk menyelesaikan kasus ini.

Ketika Abu Nawas tiba di pengadilan, ia mendengarkan keterangan yang diberikan kedua wanita itu dengan seksama. Mereka masing-masing memberikan alasan mengapa mereka berhak atas bayi tersebut. Semuanya memberikan alasan yang kuat, sehingga belum bisa terlihat jelas tentang siapa sebenarnya yang merupakan ibu kandung asli dari sang bayi. Setelah mendengarkan semua argumen, Abu Nawas berpikir sejenak dan kemudian mengusulkan sebuah solusi yang tidak biasa. Terdengar tidak masuk akal, sebab Abu Nawas dengan santainya menyampaikan, “Baiklah,” kata Abu Nawas, “kita akan membelah bayi ini menjadi dua bagian. Setiap ibu akan mendapatkan setengah dari bayi tersebut.”

Kedua wanita itu terkejut dengan usulan tersebut. Salah satu wanita di sisi kiri tanpa pikir panjang langsung setuju dengan solusi yang ditawarkan Abu Nawas, “Baiklah, jika itu yang harus dilakukan, saya setuju!”

Namun, wanita yang satunya lagi langsung berteriak sambil menangis, “Tidak! Jangan lakukan itu! Saya lebih memilih untuk kehilangan bayi saya daripada melihatnya dibunuh!”

Abu Nawas segera menyadari bahwa wanita yang tidak setuju untuk membelah bayi itu adalah ibu kandung yang sebenarnya. Ia kemudian berkata kepada Khalifah, “Wahai Khalifah, wanita ini adalah ibu yang sebenarnya. Ia lebih memilih kehilangan haknya daripada melihat anaknya terluka.”

Khalifah pun setuju dengan keputusan Abu Nawas dan memberikan bayi tersebut kepada ibu kandungnya. Wanita itu sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Abu Nawas atas kebijaksanaannya. Sedangkan ibu palsu itu dijatuhi hukuman karena kebohongannya.

Baca Juga:  Biografi singkat Sunan Muria dan Dakwahnya yang Menarik

Dalam situasi yang penuh emosi ini, Abu Nawas menunjukkan betapa pentingnya kecerdikan dan kebijaksanaan. Alih-alih langsung mengambil keputusan, ia menggunakan cara yang cerdik untuk mencari tahu siapa yang benar-benar mencintai bayi tersebut. Dengan mengancam untuk membelah bayi, ia sebenarnya ingin menguji reaksi kedua ibu. Dari situasi ini, kita bisa melihat betapa besar cinta seorang ibu. Ibu yang sejati rela melepaskan haknya demi keselamatan anaknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa cinta seorang ibu itu tulus dan tidak egois.

Kisah ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya kejujuran. Ibu yang berbohong akhirnya mendapatkan hukuman, sementara ibu yang jujur mendapatkan kembali anaknya. Abu Nawas tidak hanya menyelesaikan masalah, tetapi juga memastikan bahwa keadilan ditegakkan, memberikan pelajaran tentang konsekuensi dari tindakan kita. Selain itu, ia menunjukkan empati yang tinggi dengan memahami perasaan kedua ibu, tidak hanya melihat dari sudut pandang hukum, tetapi juga dari sudut pandang emosional. Dari kisah ini, kita belajar bahwa dalam menghadapi masalah, kita perlu menggunakan akal sehat, empati, dan kejujuran untuk mencapai solusi. Terkadang logika tidak selalu bisa digunakan, maka kita juga perlu menggunakan naluri dan perasaan. [] Qoula Athoriq Qodi

 

Editor: Nayla Syarifa

Related Posts

Latest Post