Almuhtada.org – Manusia adalah makhluk yang memiliki akal sehingga dalam hidupnya dia bisa membedakan mana yang baik dan buruk.
Namun terkadang nafsu dan egonya mengalahkan kejernihan akal dalam menentukan pilihan yang baik sehingga terkadang manusia itu senantiasa berbuat dosa atau kesalahan selama hidupnya.
Hal ini merupakan fitrah dan termasuk ujian bagi manusia itu sendiri, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an;
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa barang-barang yang berguna bagi manusia dan apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, maka dengan itu Allah menghidupkan bumi sesudah matinya dan Allah membentuk binatang-binatang padanya berbagai macam jenis dan apa yang ditiupkan-Nya pada manusia berupa akal, adalah tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi kaum yang berakal. (QS. Al-Baqarah : 170)
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf : 179).
Berdasarkan karakteristik alaminya inilah manusia bisa menjadi pribadi yang baik ataupun buruk. Akan tetapi, meski manusia memilih jalan yang salah dan menjadi pribadi yang penuh dosa bukan berarti Allah tidak menyayanginya.
Manusia itu akan selalu dipenuhi oleh rahmat dan rahimnya Allah termasuk pengampunan dari-Nya sebanyak apapun dosa yang dilakukan.
Selama dihati mereka ada keingingan untuk bertaubat dan merenungi kesalahan, Allah SWT akan memberikan kebaikan atasnya dan menghapus dosa-dosanya yang lampau.
Ustadz Adi Hidayat mengatakan ada lima sifat Allah dalam menghapus dosa hambanya yang berbeda, diantaranya yakni:
1. Allah Al-’Afuw
Merupakan sifat pengampun Allah untuk kesalahan yang disebabkan karena ketidaksengajaan. Misalnya seperti terlambat mengerjakan shalat subuh karena kelelahan dan bukan karena alasan yang disengaja seperti tidur larut malam atau tidak segera bangun ketika diingatkan.
2. Allah Al-Ghaafir
Merupakan sifat pengampun Allah untuk kesalahan atau dosa yang disengaja. Hal ini dijelaskan dalam surah Al-Ghaafir ayat ke 3.
3. Allah Al-Ghaffar
Merupakan sifat pengampun Allah untuk kesalahan atau dosa yang disengaja serta mengajak orang lain untuk berbuat hal yang sama. Seperti yang dijelaskan dalam surah Nuh ayat ke 10.
4. Allah Al-Ghaffur
Merupakan sifat pengampun Allah bagi manusia yang berbuat dosa lalu mengajak orang lain pada dosa yang sama serta menghinakan orang yang sedang beribadah bahkan meledeknya. Hal ini dijelaskan Allah dalam surah Al-Baqarah ayat ke 114.
5. Allah Ar-Rahmat
Merupakan sifat pengampun Allah untuk hambanya yang berbuat dosa besar seperti syirik, mencuri, berzina dan perbuatan dosa besar lainnya. Maka Allah masih tetap mengampuninya dengan sifat pengampun dan kasih sayangnya.
Demikian besarnya pengampunan yang diberikan Allah kepada hambanya yang berbuat dosa, dari sini dapat disadari bahwasanya kasih sayang Allah itu tidak terbatas dan pantaskah manusia masih bisa bersifat sombong padahal sudah dianugerahi berbagai rahmat dari-Nya.
Maka jangan sampai kita menjadi fir’aun yang kesombongannya melampau batas, padahal saat itu Allah masih memberinya kesempatan untuk bertaubat dan dia malah tidak mengambil hidayah tersebut hingga kematian mencapai kerongkongannnya. []Andhika Putri Maulani
Wallahu’alam bishawab