Saat Cahaya Ilmu Padam Karena Adab yang Hilang

Seorang siswa mencium tangan guru sebagai bentuk bakti mereka - pinterest

Almuhtada.org – Dalam perjalanan menuntut ilmu, sebagian besar orang lebih fokus mengejar pemahaman, nilai, atau prestasi, dan melupakan hal yang menjadi pintu utama datangnya keberkahan yaitu adab kepada guru. Padahal, para ulama sejak dulu menekankan bahwa ilmu itu cahaya, dan cahaya tidak akan menetap di hati yang gelap oleh kesombongan atau sikap meremehkan orang yang mengajarkannya. Sering kali, kegagalan memahami pelajaran bukan karena sulitnya materi, tetapi karena kurangnya adab terhadap guru sebagai perantara ilmu.

Salah satu penjelasan penting mengenai hal ini terdapat dalam kitab Kifayatul Atqiya’ wa Minhaj Al-Asfiya’ karya Sayyid Bakri Al-Makki Ad-Dimyathi, ketika beliau mensyarah kitab Hidayat al-Adzkiya’. Di halaman 304, disebutkan sebuah riwayat dari Nabi tentang bahaya bagi siapa pun yang meremehkan guru.

Dalam riwayat tersebut disebutkan:

Barang siapa meremehkan gurunya, maka ia akan diuji Allah dengan tiga perkara:

1. Ia mudah lupa terhadap apa yang telah ia hafal

2. Lisannya menjadi sulit dalam menyampaikan ilmu

3. Hidupnya menjadi sempit dan miskin pada akhir hayatnya.

Tiga ujian tersebut bukan hukuman semata, tetapi peringatan bahwa ilmu itu suci, dan kesucian ilmu tidak akan bersanding dengan hati yang sombong. Lupa terhadap hafalan menjadi isyarat bahwa ilmu enggan menetap. Tumpulnya lisan menunjukkan hilangnya kemampuan menjelaskan atau mengajarkan kembali. Adapun kesempitan hidup menggambarkan terputusnya keberkahan rezeki karena hilangnya hormat kepada perantara ilmu.

Baca Juga:  Malam 1 Rajab dianggap Mustajab? Inilah Amalan-Amalan yang Harus Dilakukan

Di era digital seperti sekarang ini, adab kadang hilang tanpa disadari. Komentar sinis, candaan berlebihan kepada guru, sikap tidak peduli ketika guru mengajar, atau hal lain sejenis termasuk bentuk menyakiti hati mereka. Padahal, menyakiti hati guru sama artinya dengan merusak jalan keberkahan ilmunya sendiri.

Adab kepada guru bukan sekadar etika, tapi bagian dari spiritualitas menuntut ilmu. Orang yang menjaga adab akan merasakan ilmu bukan hanya sekadar informasi, tapi menjadi cahaya yang menenangkan, menuntun, dan mengubah hidup. Mereka yang tawadhu’ akan lebih mudah memahami pelajaran, lebih mudah mengingat, dan lebih cepat diberi kemudahan dalam urusan hidup.

Sebaliknya, orang yang meremehkan guru sering kali mendapati hidupnya terasa berat: pelajaran sulit dipahami, hafalan mudah hilang, hati gelisah, atau rezeki tidak stabil. Inilah hikmah mengapa para ulama selalu memulai pembahasan tentang ilmu dengan adab sebelum metodologi, karena adab adalah akar yang menentukan apakah ilmu akan berbuah atau tidak.

Menuntut ilmu adalah perjalanan panjang yang penuh tantangan. Namun, keberkahan dalam perjalanan itu sangat bergantung pada bagaimana seseorang memperlakukan gurunya. Meremehkan guru, sekecil apa pun, dapat menghalangi pintu ilmu dan menghilangkan cahaya keberkahan. Sebaliknya, menghormati mereka membuka jalan bagi kemudahan, pemahaman, dan kebaikan dalam hidup.

Semoga Allah menjaga hati kita agar tetap lembut, menghargai guru-guru kita, dan memberi keberkahan pada ilmu yang kita pelajari. Aamiin

Baca Juga:  Kisah Singkat Utsman bin Affan: Pemimpin dengan Kesabaran yang Tinggi

Penulis : [Fitri Novita Sari]

 

Related Posts

Latest Post