almuhtada.org – Dalam setiap kegiatan Pramuka, kita tentu akrab dengan lantunan Dasa Darma. Dengan kalimat yang sederhana namun penuh makna ini, terdapat nilai luhur yang tinggi untuk kita dalami. Namun, kalimat demi kalimat yang terucap dengan lantang saat upacara ini apakah benar-benar sudah kita maknai? Atau hanya sekadar semboyan tanpa makna? Yuk simak penjelasannya!
Makna Ketuhanan dalam Dasa Darma Pramuka
Dalam sepuluh butir yang terkandung di dalam dasa darma pramuka, butir pertama tentu menjadi pondasi bagi butir lainnya. “Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Kalimat ini sering kita ucapkan dengan lantang dalam upacara, namun sudah seberapa dalam kita benar-benar memaknainya? Apakah hanya menjadi hafalan semata, ataukah sudah benar-benar menjadi pedoman dalam hidup dan perilaku keseharian kita?
Dasa darma Pramuka bukan hanya sekumpulan kata. Ia adalah cermin nilai karakter dari setiap insan pramuka yang beriman, berilmu, dan berbakti bagi seorang pramuka sejati. Ketika kita merenungi kembali butir pertama dasa darma Pramuka, maka seharusnya hati kita senantiasa ingat bahwa segala hal yang kita lakukan di dunia ini pada dasarnya pasti akan dipertanggung jawabkan.
Ketakwaan bukan hanya soal ibadah formal seperti salat, puasa, atau berdoa pada Allah. Ketakwaan adalah tentang bagaimana kita menempatkan Allah dalam setiap langkah kehidupan, baik dalam belajar, bekerja, berorganisasi, maupun dalam berinteraksi dengan sesama.
Refleksi Pribadi dengan Lebih Menyadari Makna Ketuhanan
Menjadi seorang Pramuka bukan berarti hanya belajar untuk hidup mandiri, tangguh, dan disiplin. Namun dibalik itu semua, dalam Pramuka mengajarkan rasa rendah hati dan mengandalkan Allah dalam setiap urusan. Karena seseorang yang benar-benar takwa akan menjadikan kejujuran sebagai kebiasaan, kepedulian sebagai kebutuhan, dan keikhlasan sebagai kekuatan.
Dalam setiap ikrar seorang pramuka, tentu ada moral yang tidak hanya mengajak kita untuk menjadi manusia yang kuat secara fisik, namun juga tangguh secara spiritual. Mungkin pada kenyataannya tidak jarang sebagian dari kita lupa bahwa dalam kesibukan berkegiatan, nilai-nilai Ketuhanan menjadi sekadar formalitas. Padahal tanpa landasan takwa, semangat Pramuka akan jadi percuma, karena kita kehilangan arah, karena hati kita akan terasa hampa.
Terkadang memang perlu kita ingat, kita kaji, dan kita terapkan kembali, bahwa Dasa Darma yang pertama mengingatkan kita, bahwa segala hal kebaikan bermula dari hati seorang hamba yang mengenal Penciptanya. Ketika kita dekat dengan-Nya, maka tindakan kita pun akan mencerminkan kebaikan. Dengan menolong sesama makhluk ciptaan-Nya, menjaga lingkungan dan alam semesta, serta mencintai tanah air kita, adalah bentuk nyata dari pengamalan nilai Ketuhanan itu sendiri.
Pada akhirnya, Dasa Darma bukanlah sekadar kalimat yang hanya perlu di baca dengan lantang, melainkan sebuah panduan hidup. Dimana butir pertamanya mengingatkan kita untuk melakukan setiap tindakan sekecil apa pun, memiliki makna ketika dilakukan karena Allah.
Dari sinilah seorang pramuka sejati tidak hanya terampil dan tangguh, namun juga berjiwa lembut, berakhlak mulia, dan sadar akan arti Ketuhanan dan Ketakwaan sebenarnya. Dan dengan benar-benar takwa kepada Allah, maka seluruh nilai pramuka akan hidup dalam diri seorang Pramuka sejati untuk menerangi kebuntuaan, menuntun langkah, dan menata hati menuju kebaikan sejati.
Wallahu alam bissawab. Demikian artikel yang saya buat, semoga kita semua termasuk para pramuka sejati yang dapat senantiasa dapat mengamalkan sepuluh butir dasa Darma. Aamiin aamiin yarobbal alamin. Semoga bermanfaat. [] Rosi Daruniah.











