Mengenal Al Dinawari : Bapak Ilmu Botani Islam

almuhtada.org – Abu Hanifah Ahmad atau dikenal sebagai Al Dinawari merupakan tokoh ilmuwan Islam yang lahir di kota Dinawari pada 820 Masehi. Beliau merupakan tokoh ilmuwan dalam bidang ilmu botani.

Botani adalah kajian saintifik tentang tumbuhan. Merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang merangkum berbagai hal yaitu mengkaji struktur, pertumbuhan, pembiakan, metabolisme, perkembangan, penyakit, ekologi dan evolusi tumbuhan.

Al Dinawari meruangkan pemikirannya dalam sebuah buku berjudul “Kitab al-Nabat”. Kitab ini terdiri atas enam volume. Namun, hanya tersisa volume lima dan enam. Dalam kitab ini Al Dinawari menguraikan sekitar 637 jenis tanaman serta evolusi tanaman mulai dari kemunculan hingga kematian.

Selain ilmu botani, Al Dinawari juga merupakan seorang matematikawan, astronom, metarulugi, insinyur industri, filolog, kritikus sastra dan etnografer. Beliau memiliki pemikiran analitis yang hiperaktif. Saking luas pengetahuannya, Al Dinawari akan menjelaskan suatu entitas atau fenomena melalui berbagai pandangan ilmu pengetahuan yang berbeda.

Berikut adalah kontribusi Al Dinawari pada berbagai bidang ilmu lain

Bidang Astronomi dan Meteorologi

Pada kitab yang ditulisnya, beliau juga membahas mengenai peran astronomi dan meteorologi Islam dalam pertanian. Ia sudah bisa menentukan awal musim dengan fenomena alam tersebut. Fenomena lain juga dibahas untuk kepentingan pertanian seperti badai, guntur, salju, banjir, sungai, sumur-sumur, dan sumber air.

Bidang Ilmu Bumi

Baca Juga:  Mahasiswa Wajib Tahu! Ini Tips Belajar Ala Rasulullah

Selain bidang astronomi dan meteorologi, Al Dinawari dalam kitabnya juga mengurailkan ilmu bumi dalam konteks pertanian. Beliau menjelaskan batu, pasir serta tipe-tipe tanah yang cocok untuk tanaman, kualitasnya, dan kandungan yang dimiliki.

Bidang Sejarah

Dalam Sejarah Umum, ia menjadi sejarawan pertama di era Islam yang menulis sejarah dari sudut pandang dan kepentingan masyarakat Iran, di mana suku Kurdi merupakan cabang terbesar kedua. Pencatatan dan penekanannya yang cermat pada mitologi dan legenda Iran dan Kurdi sangat kontras dengan pembahasan sepintas tentang fenomena Arab dan Islam yang menjadi pokok bahasan para penulis pada masa itu.

Al Dinawari wafat pada tanggal 24 Juli 896 Masehi di Dinawar. Kontribusi dan warisan penting Al Dinawari tak lekang oleh waktu dan tempat. Sekaligus menjadi pengingat kita sebagai anak muda untuk terus belajar dan menjadikan ilmuwan-ilmuwan Islam sebagai teladan. [Khariztma Nuril Qolbi Barlanti]

 

Related Posts

Latest Post