almuhtada.org – Kalau kamu pernah berpikir perempuan tidak bisa berperan besar dalam dunia keilmuan, kamu salah besar!
Kita sebagai muslimah justru punya role model yang super keren dalam dunia ilmu pengetahuan.
Fatimah al-Fihri dan Maryam al-Fihri, dua saudari Muslimah dari kota Fes, Maroko, berhasil membuktikan bahwa muslimah bisa jadi pelopor peradaban.
Mereka bukan hanya perempuan muslimah biasa, tetapi mereka adalah tokoh penting yang meninggalkan jejak besar dalam sejarah pendidikan.
Fatimah al-Fihri dikenal sebagai pendiri Universitas Al-Qarawiyyin, universitas tertua di dunia yang diakui UNESCO dan masih berdiri sampai sekarang.
Keren sekali, kan? Universitas ini bukan cuma tempat belajar agama, tetapi juga pusat kajian matematika, astronomi, kedokteran, dan filsafat pada masanya.
Nah, siapa sih Fatimah Al-Fihri itu?
Fatimah Al-Fihri, dengan nama lengkap Fatimah binti Muhammad Al-Fihriya Al-Qurashiyah lahir pada tahun 800 M di Al Qayrawan, Tunisia.
Fatimah Al Fihri juga sering dijuluki oum al banin atau ibu dari anak-anak fes.
Fatimah berasal dari keluarga pengusaha sukses yang sangat mencintai ilmu pengetahuan.
Ayahnya, Muhammad Bnou Abdullah Al-Fihri, bukan cuma mewariskan harta kepada anak-anaknya, tetapi juga semangat belajar dan tekad yang kuat.
Setelah ayah dan suaminya meninggal, Fatimah dan saudarinya, Maryam, mewarisi harta yang cukup banyak.
Daripada foya-foya atau hidup mewah, Fatimah memilih jalan yang lebih mulia dengan menggunakan seluruh warisannya untuk membangun sebuah masjid dan pusat pembelajaran yang kelak dikenal sebagai Universitas Al-Qarawiyyin (Jami’at al-Qarawiyyin).
Pembangunannya dimulai pada tahun 859 M dan menjadi proyek wakaf pendidikan perempuan pertama yang tercatat dalam sejarah Islam.
Universitas Al-Qarawiyyin dengan cepat berkembang menjadi salah satu pusat intelektual terkemuka di dunia.
Di sinilah berbagai disiplin ilmu diajarkan, mulai dari teologi Islam, fikih, astronomi, matematika, kedokteran, hingga tata bahasa Arab.
Universitas ini tidak hanya menarik mahasiswa dari dunia Muslim, tetapi juga menjadi jembatan pengetahuan bagi Eropa pada Abad Pertengahan.
Banyak pemikir besar, seperti filsuf Yahudi Maimonides dan Paus Sylvester II, pernah menimba ilmu di sini.
Sementara itu, saudarinya, Maryam al-Fihri, juga tidak kalah keren.
Maryam membangun Masjid Al-Andalus, yang juga menjadi pusat pendidikan dan kegiatan sosial masyarakat Fes.
Maryam dikenal memiliki keahlian di bidang arsitektur dan seni bangunan, membuktikan bahwa perempuan bisa punya kemampuan teknis dan intelektual yang tinggi, dan Islam sama sekali tidak melarang hal itu.
Justru, mereka berdua jadi bukti nyata bahwa Islam mendorong perempuan untuk berilmu dan berkontribusi bagi masyarakat.
Dalam Islam, menuntut ilmu itu tidak dibatasi oleh gender. Rasulullah bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim, laki-laki maupun perempuan.” (HR. Ibnu Majah).
Artinya, perempuan punya hak dan kewajiban yang sama untuk belajar, mengajar, dan menciptakan perubahan lewat pengetahuan.
Fatimah dan Maryam menjadi teladan bahwa ilmu bukan hanya untuk mencari gelar, tetapi juga untuk berbuat baik dan mendekatkan diri pada Allah.
Dari kisah Fatimah, kita bisa belajar bahwa ilmu itu bukan cuma buat diri sendiri, tetapi juga buat orang lain.
Dengan ilmu, kita bisa membantu banyak orang dan bahkan meninggalkan jejak yang tidak akan hilang meski kita sudah tidak ada.
Tapi, kadang juga kita mikir, “Aku siapa sih? Emang bisa kayak mereka?” Jawabannya: Bisa!! asal punya niat dan tekad yang kuat.
Jadi, buat para muslimah muda di zaman sekarang jangan pernah ragu buat belajar, bermimpi, dan berprestasi! Siapa tahu, dari langkah kecil kamu hari ini, lahir perubahan besar seperti apa yang dilakukan Fatimah Al-Fihri dulu. [] Siti Alawiya
