Manusia, Bahkan Ulama Pun Jatuh Cinta akan Dunia yang Hanya Sementara

Ilustrasi Seorang yang Sangat Menyukai Harta Duniawi (Sumber: Freepik.com – almuhtada.org)

almuhtada.org – Pada zaman Nabi Musa a.s, ada seorang bernama Bal‘am bin Baura. Beliau merupakan ulama besar dari Bani Israil yang dikenal luas karena tinggi ilmunya. Beliau cukup dikenal di kalangan ulama dan kisahnya banyak ditemukan dalam kitab tafsir dan sirah.

Perlu diketahui, sebenarnya kisah ini termasuk dalam kategori israiliyat, atau kisah-kisah umat terdahulu yang bersumber dari kitab-kitab Bani Israil yang kebenarannya tidak bisa dipastikan secara mutlak. Hanya saja, kisah ini mengandung hikmah yang insyaAllah bisa kita dapatkan.

Dikisahkan bahwa Bal’am dikaruniai kemampuan memahami Kitab Taurat dan doanya juga selalu dikabulkan. Diceritakan bahwa hal ini karena ia adalah seorang yang mengetahui nama-nama Allah yang Agung (Ism al-‘Azam), Masyaalah. Namun, di balik kemuliaan ilmu yang dimiliki, ternyata ada kisah memilukan tentang pengkhianatannya kepada Allah dan Nabi utusannya karena godaan dan dorongan dunia yang sementara.

Kisah Bal‘am bin Baura ini disebut dalam tafsir para ulama yang difirmankan Allah dalam surah Al-A‘raf ayat 175:

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami, lalu dia melepaskan diri darinya, maka setan mengikutinya, lalu jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.” (QS. Al-A‘raf [7]: 175)

Para mufassir menjelaskan bahwa ayat ini merujuk kepada Bal‘am, seorang yang awalnya dekat dengan Allah, namun akhirnya berpaling karena godaan kemegahan duniawi. Ia tahu kebenaran, tapi tetap memilih jalan sebaliknya, itulah kesesatan yang menutup hatinya.

Baca Juga:  Cinta dalam Islam: Love Language ala Rasulullah SAW

Dikisahkan bahwa setelah Nabi Musa a.s berhasil menyelamatkan Bani Israil dari kejaran Firaun. Allah memerintahkan Nabi Musa dan kaumnya untuk memerangi kejahatan di negeri yang dihuni oleh Bani Kan’an, kaum kafir yang zalim dan dipimpin oleh seorang tirani.

Setelah berita kedatangan Nabi Musa a.s ke negeri tersebut menyebar kepada Bani Kan’an yang bertujuan membawa ajaran tauhid dan menyeru untuk taat kepada Allah, para pembesar negeri itu pun risau dan meminta Bal’am untuk mendoakan keburukan bagi Nabi Musa agar tidak berhasil.

Awalnya, Bal‘am menolak secara tegas. Ia sadar, permintaan itu bertentangan dengan kebenaran dan sadar bahwa itu menentang Allah dan utusannya. Tapi setelah terus-menerus dibujuk  janji manis berupa harta, kedudukan, dan kemewahan, hatinya mulai goyah. Hingga akhirnya, ia berpaling dengan hati yang buta akan kebenaran.

Singkat cerita, Bal’am pun berdoa dengan niat kebinasaan Nabi Musa dan kaumnya karena godaan duniawi. Namun, doanya tidak dikabulkan dan justru dirinya yang hancur.  Setiap doa yang dipanjatkan oleh Bal’am justru menjadi terbalik. Doa buruk yang dipanjatkan kepada Nabi Musa menjadi doa buruk bagi kaumnya (Bal’am) sendiri, dan doa baik untuk kaumnya (Bal’am) menjadi doa baik untuk Nabi Musa serta pengikutnya.

Akibat perbuatannya ini dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Allah mencabut berkah dari lisannya, hingga ilmu dan doanya tidak lagi memberi manfaat. Keadaan Bal’am ini seperti termaktub dalam Al-Qur’an:

Baca Juga:  Kisah Pemuda yang Menolak Zina karena Takut kepada Allah

“Maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya, ia menjulurkan lidahnya, dan jika kamu membiarkannya, ia menjulurkan lidahnya.” (QS. Al-A‘raf [7]: 176)

Perumpamaan itu menggambarkan kondisi orang yang kehilangan kendali atas hawa nafsunya. Mereka digambarkan seperti anjing yang terengah-engah tanpa arah dan menjadi hamba dunia yang serakah dan tak pernah merasa cukup.

Rasulullah Saw. pernah bersabda:

“Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya,dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (H.R. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Ibnu Majah).

Hadits ini mengingatkan kita bahwa niat tujuan yang diinginkan mejadi fondasi bagaimana kalian akan ditakdirkan. Ketika ilmu digunakan untuk kepentingan pribadi dan bukan karena Allah SWT, maka ia akan menjadi bumerang yang menyesatkan diri dari kebenaran yang hakiki.

Kisah ini juga bisa menjadi tamparan untuk seorang ulama, ustadz, atau siapa pun yang memiliki pengetahuan agama. Mereka harus senantiasa menjaga niatnya agar tidak terjebak pada keindahan juga cinta dunia. Apalagi banyak fenomena akhir-akhir ini yang memperlihatkan praktik yang “menjual agama” dengan maksud terselubung atau tujuan yang tidak bisa dibenarkan.

Mengutip dari Imam Al-Ghazali, “Ilmu tanpa amal adalah kegilaan, dan amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan.” Bal‘am memiliki ilmu yang tinggi, tapi ia kehilangan arah karena keindahan dunia menguasai hatinya dan membuatnya berpaling dari sisi Allah.

Baca Juga:  Cahaya Ilmu dalam Al-Qur’an dan Hadis: Motivasi bagi Penuntut Ilmu

Semoga kita semua dijauhkan dari nasib serupa akan indahnya godaan dunia. Diberi kekuatan untuk menjaga ilmu serta iman dengan niat baik dan hanya tertuju untuk bekal di akhirat kelak. [] Bening Hilmia

Related Posts

Latest Post