almuhtada.org – Nabi Muhammad SAW adalah teladan utama bagi umat manusia. Setiap sikap dan perbuatannya mencerminkan akhlak mulia yang menjadi panutan hingga akhir zaman.
Namun, Al-Qur’an juga merekam bahwa beliau, sebagai manusia pilihan, pernah mendapatkan teguran langsung dari Allah SWT. Salah satu kisah yang masyhur adalah ketika Rasulullah berhadapan dengan seorang sahabat tunanetra, Abdullah bin Ummi Maktum.
Peristiwa Turunnya Surat Abasa
Kisah ini diabadikan dalam Surat ‘Abasa ayat 1–10. Dikisahkan, Nabi Muhammad SAW saat itu tengah berdialog serius dengan para pembesar Quraisy. Rasulullah berharap besar agar mereka menerima Islam, karena jika para tokoh terpandang itu beriman, akan lebih mudah bagi masyarakat luas untuk mengikutinya.
Di tengah pertemuan penting itu, datanglah Abdullah bin Ummi Maktum, salah seorang sahabat Nabi yang buta meminta dibacakan ayat Al-Qur’an.
Oleh karena permintaannya berulang-ulang, Rasulullah pun merasa terganggu, karena khawatir pembicaraan dengan para pemuka Quraisy akan terputus. Seketika, wajah beliau sedikit masam dan memilih berpaling.
Saat itulah Allah menurunkan firman-Nya:
عَبَسَ وَتَوَلَّى (1) أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى (2)
Artinya: “Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya” (QS. Abasa: 1–2).
Teguran ini menjadi pengingat bahwasanya kemuliaan seseorang tidak diukur dari status sosial atau fisiknya, melainkan dari ketulusan iman dan kesungguhan mencari kebenaran.
Pelajaran Berharga dari Kisah Ini
Kisah teguran Allah kepada Rasulullah SAW melalui turunnya Surat Abasa menyimpan banyak hikmah. Beberapa di antaranya:
1. Dakwah bukan soal status sosial
Keimanan tidak ditentukan oleh kedudukan atau keturunan. Siapa pun yang tulus mencari kebenaran lebih mulia di sisi Allah dibanding mereka yang hanya mengejar gengsi semata.
2. Menghargai semua orang tanpa memandang fisik
Abdullah bin Ummi Maktum yang tunanetra justru menjadi contoh bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk dekat dengan Al-Qur’an.
3. Rendah hati dalam berdakwah
Bahkan Nabi Muhammad SAW pun ditegur, agar umatnya belajar bahwa dalam dakwah harus ada sikap inklusif, merangkul siapa pun tanpa diskriminasi.
Kisah teguran Allah dalam Surat Abasa bukan untuk merendahkan Rasulullah, melainkan sebagai pelajaran bagi seluruh umat Islam. Dari sini kita memahami bahwa Islam menekankan penghargaan kepada setiap orang, apapun kondisi fisiknya. Semangat Abdullah bin Ummi Maktum untuk terus belajar agama meski memiliki keterbatasan menjadi teladan sepanjang masa.
Melalui kisah ini, kita diingatkan untuk selalu rendah hati, menghormati sesama, dan tidak menilai orang dari penampilan luar, tetapi dari ketulusan hati serta amalnya.
Penulis: Syukron Ma’mun