almuhtada.org – Dalam kehidupan bermasyarakat, kita sering menjumpai orang yang hobi menyebarkan fitnah, kabar bohong, atau gosip yang memecah belah. Tentulah itu bukan hal terpuji, namun mereka justru menjadikan berita miring sebagai bahan bakar percakapan sehari-hari, tanpa memikirkan akibatnya.
Dalam Islam, perilaku ini mendapat perhatian besar karena dampaknya yang sangat merusak. Al-Qur’an sendiri memberikan perumpamaan yang kuat yakni penyebar fitnah diibaratkan seperti “pembawa kayu bakar”. Mengapa demikian?
Kayu Bakar dan Api Fitnah
Kayu bakar adalah benda yang mudah terbakar dan berfungsi sebagai bahan untuk menyalakan api. Orang yang terus membawa kayu bakar sama saja dengan menyediakan bahan bakar bagi api yang bisa membesar, membakar, dan menghancurkan.
Hal ini selaras dengan penyebar fitnah, ucapannya yang tampak kecil pada awalnya bisa menjadi sumber api kebencian, perpecahan, bahkan permusuhan berkepanjangan. Perumpamaan ini sangat relevan, sebab fitnah pada hakikatnya lebih dahsyat daripada sekadar pertumpahan darah. Allah berfirman :
وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْل
Artinya: “Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.” (QS. Al-Baqarah: 191)
Seperti halnya api yang bisa menghancurkan rumah hanya karena sebatang korek api dan seonggok kayu bakar, begitu juga fitnah bisa menghancurkan tatanan sosial hanya karena sepatah kata yang tersebar tanpa kendali.
Figur “Pembawa Kayu Bakar” dalam Al-Qur’an
Perumpamaan ini juga erat kaitannya dengan sosok Ummu Jamil, istri Abu Lahab, yang disebut dalam surah Al-Lahab:
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ • فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ
Artinya: “Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS. Al-Lahab: 4-5)
Para mufassir menjelaskan bahwa “pembawa kayu bakar” bisa dimaknai secara hakiki maupun majazi (kiasan). Secara hakiki, ia digambarkan sebagai orang yang benar-benar membawa kayu bakar untuk menyakiti Nabi Muhammad SAW. Secara kiasan, ia diibaratkan sebagai penyebar fitnah, penyambung gosip, dan penyulut permusuhan di masyarakat.
Api Fitnah di Media Sosial
Di era digital sekarang, fitnah tidak lagi hanya tersebar dari mulut ke mulut, melainkan bisa viral dalam hitungan menit lewat media sosial. Satu unggahan penuh fitnah sama seperti menambah seikat kayu ke dalam api konflik. Semakin banyak yang ikut menyebarkan, semakin besar pula kobaran apinya.
Misalnya, ada seseorang yang difitnah melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah ia lakukan, lalu berita itu menyebar melalui screenshot, potongan video, atau narasi sepihak. Awalnya mungkin hanya dianggap “candaan”, tapi dalam waktu singkat bisa menimbulkan kebencian massal, perundungan daring (cyberbullying), bahkan kehancuran nama baik seseorang.
Karena itu, Islam memberi solusi yang sederhana namun tegas yakni tahan lisan, tahan jempol, dan jangan ikut menyebarkan sesuatu yang belum jelas kebenarannya. Allah menegaskan dalam Al-Qur’an:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain itu,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun) …”(QS. Al-Hujurat: 6)
Perumpamaan penyebar fitnah sebagai pembawa kayu bakar bukan sekadar metafora, melainkan peringatan yang dalam. Kayu bakar tidak akan menimbulkan api tanpa percikan, tetapi begitu disulut, ia bisa menghancurkan segalanya.
Demikian pula fitnah, mulanya bisa tampak kecil, namun dampaknya akan meluas. Oleh karena itu, mari kita jaga lisan dengan sebaik-baiknya, hindari menyebarkan kabar yang belum jelas kebenarannya, dan pilihlah kata-kata yang menenangkan agar hati kita tetap bersih dan kehidupan sosial lebih harmonis. Wallahu a’lam bishawab. [] Rezza Salsabella Putri