almuhtada.org – Ilmu Adalah salah satu anugrah dari Allah yang seharusnya menjadikan seorang hambanya menjadi lebih tunduk dan rendah hati. Namun pada kenyataannya, justru banyak orang yang terjerumus karena ilmu itu sendiri. Ilmu bisa menjerumuskan pemiliknya jika melahirkan kesombongan.
قِيلَ ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۖ فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ
Artinya : “Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.”[Az-Zumar 39:72]
Surat ini menjadi peringatan keras bahwa kesombongan, sekecil apapun, bisa menjadi penghalang menuju surga. Apalagi jika kesombongan itu berasal dari ilmu, yang seharusnya justru mendekatkan diri kepada Allah.
Seorang penyair pernah berkata:
“Ilmu menjauh dari orang yang merasa dirinya tinggi, sebagaimana air akan selalu mengalir menjauhi tempat yang tinggi.”
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin menjelaskan makna syair ini yaitu bahwasanya seseorang yang angkuh tidak akan mampu meraih ilmu, karena ilmu akan menjauhinya sebagaimana air yang enggan menetap di dataran tinggi. Ilmu tidak akan bertahan bersama kesombongan, bahkan bisa tercabut dari hati seseorang ketika sifat angkuh mendominasi. (Kitabul ‘Ilmi, hlm. 54).
Tidak hanya itu, Kesombongan karena ilmu lebih berbahaya daripada sombong karena harta. Orang kaya mungkin sombong dengan apa yang bisa dilihat mata, tetapi kesombongan ilmu lebih halus dan sering tersembunyi dalam hati. Akibatnya, pemiliknya sulit menyadari bahwa dirinya terjangkit penyakit hati.
“Ilmu memiliki kesombongan yang lebih parah daripada kesombongan harta, dan butuh untuk dipatahkan.” (Iqthidhoul Ilmi Al-‘Amal lil Khathib)
Ucapan ini menggambarkan bahwa seorang penuntut ilmu rentan terjebak dalam sikap ujub (bangga diri), merasa lebih pintar, merendahkan orang lain, atau berbangga dengan kemampuan yang dimilikinya. Padahal, ilmu yang tinggi seharusnya membuat pemiliknya semakin sadar akan kebesaran Allah dan kelemahan dirinya.
Ilmu adalah cahaya yang Allah anugerahkan untuk membimbing hamba-Nya menuju kebenaran. Oleh karena itu, seorang penuntut ilmu harus selalu menghiasi dirinya dengan kerendahan hati. Semakin bertambah ilmunya, semakin besar rasa takutnya kepada Allah. Ilmu yang bermanfaat bukan diukur dari banyaknya hafalan atau kemampuan mereka, melainkan dari sejauh mana ilmu tersebut diamalkan dengan ikhlas dan disertai akhlak mulia.
Mari kita jaga hati dari sifat ujub, riya, dan haus akan pujian. Belajar untuk merendah, memperbaiki niat, serta mengamalkan ilmu dengan tulus, agar ilmu yang kita miliki benar-benar menjadi jalan menuju kemuliaan, bukan menjadi sebab kehinaan. [Fitri Novita Sari]