Almuhtada.org – Pada umumnya, menangis sering didefinisikan sebagai ciri-ciri atau karakteristik dari orang yang lemah dan cengeng, namun hal tersebut sangat bertolak belakang dengan perspektif Islam. Dalam Islam, menangis tidak didefinisikan sebagai karakteristik dari orang yang lemah dan cengeng.
Menurut perspektif Islam, menangis dapat didefinisikan sebagai bentuk kedekatan diri dengan Allah Swt. Bahkan, dalam beberapa hadis dijelaskan bahwa Rasulullah Saw. memerintahkan kita untuk menangis dalam momen-momen tertentu. Lantas, momen apa sajakah itu? Simak artikel berikut dengan seksama!
Berikut merupakan kumpulan momen ketika kita dianjurkan untuk menangis menurut Islam:
1. Menangis ketika membaca atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an
Momen pertama ketika kita dianjurkan menangis adalah ketika membaca atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari juga disebutkan bahwa Rasulullah Saw. ketika Beliau mendengar bacaan Al-Qur’an yang dilantunkan oleh Abdullah bin Mas’ud. Hadis tersebut berbunyi:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ عَلَيَّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ آقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ نَعَمْ فَقَرَأْتُ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى أَتَيْتُ إِلَى هَذِهِ الْآيَةِ )فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدً( قَالَ حَسْبُكَ الْآنَ فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ
Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud, Ia berkata; Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadaku, ‘Bacakanlah Al-Qur`an untukku.’ Maka aku pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah aku akan membacanya untuk Anda, padahal kepada engkaulah Al-Qur’an diturunkan?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Lalu aku pun membacakan surat An Nisa, hingga aku sampai pada ayat, ‘Dan bagaimanakah sekiranya Kami mendatangkan manusia dari seluruh umat dengan seorang saksi, lalu kami mendatangkanmu sebagai saksi atas mereka.’ Maka beliau pun bersabda padaku, ‘Cukuplah.’ Lalu aku menoleh ke arahnya dan ternyata kedua matanya sudah meneteskan air mata.” (H.R. Bukhari)
Berdasarkan hadis di atas dapat dikatakan bahwa Rasulullah Saw. memerintahkan secara implisit bahwa kita sebaiknya menangis ketika kita membaca maupun mendengar bacaan Al-Qur’an. Secara eksplisit, Rasulullah Saw. memerintahkan hal serupa dalam sebuah hadis riwayat Imam Al-Baihaqi yang berbunyi:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ نَزَلَ بِحُزْنٍ فَإِذَا قَرَأْتُمُوهُ فَابْكُوا فَإِنْ لَمْ تَبْكُوا فَتَبَاكَوْا
Artinya: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan dengan kesedihan, jika kalian membacanya, maka menangislah, dan jika tidak bisa menangis, maka pura-puralah untuk menangis.” (H.R. Imam Al-Baihaqi)
Berdasarkan hadis di atas, Rasulullah Saw. memerintahkan kita untuk menangis ketika membaca Al-Qur’an karena sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dengan kesedihan. Bahkan, jika kita tidak dapat menangis, Rasulullah Saw. memerintahkan kita untuk berpura-pura menangis. Hal ini menunjukkan betapa bermaknanya suatu tangisan sebagai bentuk ketulusan hati dalam beribadah kepada Allah Swt.
2. Menangis ketika berzikir kepada Allah Swt. dalam keadaan hening
Selanjutnya, kita dianjurkan untuk menangis ketika kita berzikir kepada Allah Swt. dalam keadaan hening. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim, dijelaskan tentang keutamaan dari menangis ketika berzikir Allah Swt. dalam keadaan hening. Hadis tersebut berbunyi:
“Dari Abu Hurairah R.A., dari Rasulullah Saw. bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa menangis ketika berzikir kepada Allah Swt. dalam keadaan hening memiliki keutamaan yang luar biasa besar, yaitu tergolong ke dalam tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah Swt.
Masih terdapat momen-momen lainnya ketika kita dianjurkan untuk menangis dalam Islam. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, menangis dalam perspektif Islam tidak didefinisikan sebagai tanda kelemahan seseorang, melainkan tanda ketulusan hati dan kedekatan seorang hamab kepada Allah Swt. [Muhammad Khoirul Anwar]