Saling Memahami: Sikap Profesional dalam Hidup Bersosial

Ilustrasi laki-laki di tengah kerumunan dalam pasar (AI Generator - almuhtada.org)

almuhtada.org – Manusia tidak mungkin lepas dari sosialnya. Keduanya saling memengaruhi dan terpengaruhi satu sama lain. Dalam sistem tersebut menjadikan orang berdaya sosial tinggi berpijak di kondisi yang menguntungkan, sebagaimana keduanya saling memanfaatkan dan termanfaatkan. Bahwa sosial terarah dengan keberadaan orang tersebut dengan memusat kepadanya.

Tidak bisa dikatakan sepenuhnya mengarah ke baik karena setiap individu berbeda isi kepala, tidak mengherankan jika muncul konflik kepentingan. Mau seberapa pun maksud baik orang berdaya sosial, jika apa yang ia tawarkan berlawanan dengan kepentingan sosialnya, ia pasti akan ditinggalkan. Sehingga ketika itu, keberdayaan sosialnya menurun. Dan ketika itu arah sosialnya dalam kekalutan.

Ketika demikian, muncul pertanyaan, apakah perlu untuk terus memenuhi kepentingan orang lain secara individu dalam berinteraksi sosial?

Untuk itu, penulis baru saja mendapatkan pengalaman yang bermakna dalam projek besar yang melibatkan banyak orang. Selama ini, penulis berpikir, sebagaimana memang itu yang terjadi dalam praktek nyatanya, keterlibatan banyak orang mengarah ke dua kemungkinan, yaitu merenggang atau menjalin. Kegagalan dalam ketidakpuasan satu sama lain atau keberhasilan yang membersamakan. Itu terjadi sebagaimana isi kepala manusia bermacam dan tak seragam satu sama lain.

Sehingga daripadanya menimbulkan kehati-hatian dalam tindak laku penulis di projek tersebut. Untungnya, sekali lagi, sosial berisi individu yang bercorak ragam sehingga di dalamnya terdapat orang yang berbanding terbalik dari penulis.

Baca Juga:  Suara Kebenaran: Whistleblower Sebagai Garda Depan dalam Membongkar Skandal Korupsi

Yang menarik dari sosial adalah ketika ada dua orang berbanding terbalik terhadap seseorang, itu tidak menjadikan dua orang tersebut sama. Mereka hanya sama dalam ketidaksamaannya terhadap seseorang. Itulah yang menjadikan sosial sangat kompleks, yang daripadanya membuat penulis senantiasa memeriksa atmosfer ruangan.

Lebih lanjut mengenai orang yang berbanding terbalik dengan penulis adalah orang yang jelas dengan batasan-batasannya. Penulis dan dia dalam satu divisi yang bertugas sebagai penyetir proyek. Kami adalah yang memberi instruksi dan oleh karena itu harus tegas. Ditambah jarak hari akhir pengumpulan projeknya dekat sewaktu itu, sehingga kami membuat sistematika seefisien yang mungkin.

Kabar buruknya projek yang ditugaskan sangat erat dengan ketergantungannya terhadap momentum dan terkenal tidak seharusnya diburu-buru. Menyadari itu, penulis saling punggung dengan teman satu divisi dalam konteks mengarahkan. Penulis senantiasa mengusahakan kelonggaran bagi divisi lain dengan pemikiran tugas mereka bukan jenis yang akan menjadi lebih baik ketika dalam tekanan.

Namun seiring bergulirnya projek, ketegasan dari teman satu divisi penulis terlihat sebagai suatu bentuk kepercayaan, selain dalam bentuk pemenuhan tugas. Pengingat-pengingat yang diucapkan lantang bukan semata-mata perintah untuk menyelesaikan tugas dalam waktu yang sudah dijadwalkan, sebagaimana ia memaklumi ketika divisi lain meminta waktu tambahan ketika performanya dirasa tidak maksimal.

Kemudian divisi lain, yang menyadari konstruksi sosial yang meringankan beban tugasnya dikarenakan keterkaitannya dengan kreativitas, tidak menjadikan itu alasan untuk melawan penyetir. Meski tidak jarang aku mendapati atmosfer di mana ego satu menjalar keluar meluas tetapi tetap terkendali. Mereka menelan ego masing-masing supaya tujuan besar utama projek tercapai.

Baca Juga:  Warung Diskusi Warga Dukuh Giri

Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya untuk menuju keberhasilan sosial tidak serta merta mengharuskan pemenuhan segala kebutuhan dari kepala-kepala individunya. Yang diperlukan adalah kemauan untuk memahami dan beroperasi fungsional sebagai individu dalam sosialnya. [] Muhammad Irbad Syariyah

Related Posts

Latest Post