Almuhtada.org – Salah satu bulan dalam Islam bernama Dzulhijjah.
Pada bulan ini banyak kelebihan dan kemuliaannya, terutama pada tanggal 11 hingga 13 Dzulhijjah, yang disebut dengan hari tasyrik.
Tentu saja bulan ini hendaknya kita isi dengan berbagai kegiatan yang bernilai ibadah.
Setelah kita melalui dalam setahun, ada tiga sepuluh hari yang mulia dan mengandung kelebihan dibandingkan dengan hari yang lain yakni sepuluh akhir ramadhan, sepuluh awal Dzulhijjah dan sepuluh awal bulan Muharram.
Disamping itu dalam bulan Dzulhijjah merupakan bulan dimana umat islam disyariatkan untuk mengerjakan ibadah yang tidak ada di bulan lain yakni berqurban.
Diantara firman Allah yang menjelaskan tentang kelebihan Zulhijjah terutama awal sepuluh yang pertama terdapat dalam surah Al-Fajar, ayat 1-3: “Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil” .
Dalam interpretasi ayat ini Syekh Ibnu Kasir berpendapat bahwa malam yang sepuluh itu ialah sepuluh malam pertama di bulan zulhijjah, beliau mengambil pegangan dari Ibn Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid dan selainnya. Manakala yang ganjil itu ialah hari arafah.
Semua itu telah terlewatkan dan sungguh beruntung merekayang telah meraih kelebihannya dan semoga menjadi amal ibadah untuk tabungan hari akhirat.
Beranjak dari itu ibadah kita jalani terlewat begitu saja tanpa mengambil hikmah dan berfastabiqul khairat bahkan tidak sedikit diantara kita yang melupakan nya begitu saja.
Namun kini kita berada diantara hari terebut adalah hari tasyrik (yaumil tasyrik).
Hari tasyrik menurut pedapat yang kuat merupakan hari yang mengiringi yaumil aidil adha yakni tanggal 11, 12 dan 13 bulan Zulhijjah.
Ada juga sebagaian ulama yang mengatakan yaumil tasyrik itu empat hari termasuk hari 10 Dzulhijjah.
Syekh Zainuddin Abdurrahan bin Ahmad atau yang lebih popular dikenl dengan nama Ibnu Rajab Al-Hambali menyebutkan hari tasyrik itu tiga hari setelah idul adha,.
Pendapat ini merupakan argumen Ibnu Umar dan mayoritas ulama.
Sedangkan Ibnu Abbas dan Atha berasumsi bahwa hari tasyrik itu jumlahnya empat hari yakni idul adha dan 3 hari setelahnya. (Ibnu Rajab, Lathaiful Ma’arif, hal 314).
Asal usul hari tasyrik
Kata “Tasyriq” adalalah masdar dari fiil madhi (kata kerja) “syarraqa” yang bermakna “matahari terbit, menjemur sesuatu,”.
Penamaan dengan hari tasyrik disebabkan pada hari itu daging qurban dipanaskan diterik matahari. (Mausu’ah Fiqiyah Kuwait).
Dalam pandangan Syekh Ibnu Manzur yang bernama asli Jamaluddin Muhammad bin Mukarram bin Ali (1233-1312/711 H) dalam karyanya “Lisanul al-Arabi” menyebut dua pendapat ulama tentang wajah tasmiyah (alasan penamaan) hari-hari tersebut dengan hari tasyriq, pertama, dinamakan hari tasyriq karena kaum muslimin pada hari itu menjemur daging kurban untuk dibuat dendeng. Kedua, karena kegiatan berqurban, tidak dilakukan, melainkan setelah terbit matahari. (Ibnu Manzur, Lisanul Arab, 10: 173).
Larangan Puasa di Hari Tasyrik
Pada hari tasyrik umat muslim dilarang untuk berpuasa. Hal ini disandarkan dari Amr ibn ‘Ash, ia meriwayatkan:
“Bahwa hari-hari tasyrik itu merupakan hari ketika Rasulullah memerintahkan kita untuk berbuka dan melarang kita puasa.”
Selain itu dijelaskan pula dalam hadits riwayat Imam Ahmad:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولُ اللهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمٌ بَعَثَ عَبْدَ اللهِ بنَحْذافة يَدُوفُ فِي مِنى أنْ لَا تَصُومُوا هَذِهِ الأَيَّامَ فَأَنَّهَا أَيَّامُ أَكل وَسُرْبِ وَذِكْرِ اللَّهِ عَزَّوَجَلَّ
“Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah saw., mengutus Abdullah bin Hudzafah untuk berkeliling Mina dan menyampaikan: “Janganlah kalian puasa pada hari-hari ini (hari tasyrik), karena ini merupakan hari-hari untuk makan, minum, dan zikir kepada Allah Azza wa jalla.” (HR. Ahmad).
Amalan-Amalan Hari Tasyrik
Hari tasyrik merupakan hari yang istimewa. Karena di hari ini hukumnya setara dengan hari Id.
Sehingga terdapat sejumlah amalan yang dianjurkan dilaksanakan pada hari Tasyrik.
Melansir Kemenag NTB, berikut beberapa amalan yang dapat dikerjakan umat Muslim saat hari tasyrik:
- Menyembelih Hewan Kurban
Menyembelih hewan kurban bagi umat muslim yang mampu merupakan salah satu ibadah sunnah di hari tasyrik.
Dengan berkurban, juga akan berbagi kenikmatan kepada orang-orang di sekitar berupa hidangan istimewa dari hewan sembelihan.
- Menikmati Hidangan Makan dan Minum
Alasan utama dari larangan puasa di hari tasyrik adalah agar umat muslim menikmati makan dan minum.
Makan dan minum pada hari tasyrik menjadi bentuk syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT, hal ini sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
- Hari Utama Berdzikir dan Bertakbir
Dalil keutamaan untuk bertakbir pada hari raya hingga tiga hari tasyrik bersumber dari Al-Quran dan Hadits nabi Muhammad SAW.
Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:
“Dan berdzikirlah dengan menyebut nama Allah pada hari yang berbilang.” (QS. Al baqarah: 203)
Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan hari-hari yang berbilang ialah hari-hari tasyrik, juga dikenal dengan sebutan hari-hari yang telah diketahui, yaitu hari belasan.
Ikrimah mengatakan yang dimaksud dengan berdzikir ialah bertakbir dalam hari-hari tasyrik sesudah shalat lima waktu, yaitu: Allahu Akbar, Allahu Akbar, allahu Akbar (Allah Mahabesar, Allah Mahabesar).
Saat hari tasyrik, dzikir dilantunkan pada saat takbiran, membaca tasmiyah (bismillah, dan takbir saat memotong hewan kurban). Rasulullah SAW bersabda:
“Hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan banyak mengingat Allah,” (HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i)
- Membaca Doa Sapu Jagad
Amalan Hari tasyrik berikutnya yakni berdoa. Adapun doa yang banyak dipanjatkan Nabi SAW saat melakukan wuquf dan hari tasyrik doa sapu jagad yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 201.
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: “Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” (Al-Baqarah: 201)
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW selalu memanjatkan doa sapu jagad tersebut.
Imam Syafii mengatakan dari Abdullah ibnus Saib, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW mengucapkan doa berikut di antara rukun Bani Jumah dan rukun Aswad, yaitu: Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.
Demikian artikel ini ditulis, semoga bermanfaat![]Idha Fitri Nuril Layliyah